' Plea '

356 52 8
                                    

Dalam pelukan Krist, panas tubuh Singto dapat Krist rasakan. Hingga beberapa menit mereka masih dalam posisi itu. Nafas Singto terengah-engah dan badannya menggigil membuat Krist makin khawatir.

Krist melepas pelukannya. "Singto, sebaiknya kau tidur, kau masih sakit".

Singto hanya diam saat Krist membantunya berbaring. "Aku akan ambil baju lagi".

Krist mengambil sebuah kaos biru lengan panjang dari lemari pakaiannya lalu memakaikannya pada Singto. Setelah itu, Krist membungkus tubuh Singto dengan selimut, Krist memasukkan termometer ke mulut Singto untuk mengukur suhu tubuh Singto dan hasilnya adalah 40°C. Krist menghela nafas prihatin melihat keadaan Singto yang tampak lebih buruk dari sebelumnya. Nafasnya memburu dan ia berkeringat sangat banyak.

"Singto, kita ke rumah sakit, ya? Aku takut kondisimu makin memburuk"

Singto menggeleng dengan tatapan matanya yang sayup. "Aku mau disini saja, di kamarmu nyaman".

"Hah...! Kalau begitu sekarang tidurlah"

Singto menutup mata, wajahnya pucat dan nampak kesakitan. Krist duduk di pinggir kasur dan mengompresnya. Krist terus memperhatikan Singto dalam diam.

"Kit... " Singto memanggil dengan suara seraknya.

"Sudah ku bilang tidurlah"

"Terima kasih, ya... "

"... "

"Dan maaf selalu merepotkanmu... "

"Kita kan teman, lagipula aku sudah kebal" Krist dapat melihat senyum kecil Singto. "Jika aku tahu kondisimu akan memburuk seperti ini, aku tidak akan membiarkanmu menceritakannya" batin Krist.

Malam itu Krist berusaha terus terjaga, Ia mengompres kening Singto secara rutin. Hingga lewat tengah malam, matanya terasa sangat berat dan akhirnya ia tertidur meringkuk disamping Singto.

Keesokan paginya, Singto yang pertama membuka mata. Kepala dan badannya terasa enteng akibat obat yang diberi Krist dan tidurnya cukup. Ia mengerjap sebentar sebelum menoleh ke samping, dadanya menghangat melihat wajah tidur Krist yang meringkuk tanpa selimut di sampingnya.

"Hah... beruntunglah aku punya dia... " gumam Singto.

"Mmhhh... " Singto menoleh saat mendengar Krist menggeram.

Krist yang masih terpejam berusaha merenggangkan tubuh, namun karena posisinya terlalu dipinggir, alhasil dia pun terjatuh dari kasur.

"Aduuhhh... " Kesadaran Krist sudah sepenuhnya kembali, ia meringis sambil mengusap pinggulnya.

Singto duduk. "Kau tidak apa-apa?"

Krist mendongak. "Oh Singto? Kau sudah bangun?"

"Dari tadi"

Krist duduk di depan Singto, tangannya terjulur memegang kening Singto. "Hmmm... hangat, tapi tidak sepanas tadi malam. Apa badan mu masih kedinginan?"

"Tidak terlalu... "

"Jam berapa sekarang?" Krist menyalakan ponselnya. "Ya Tuhan! Jam 10?? Aku terlambat!!" Krist panik. Ia buru-buru mengambil handuk dan langsung pergi ke kamar mandi.

Sementara Singto keluar kamar dengan selimut masih membungkus badannya. Ia menuju dapur untuk mengambil air minum dan duduk sendirian di ruang tengah.

Tak lama kemudian Krist keluar kamar dengan kaos putih polos dan celana seragam polisi. Awalnya ia heran karena kasurnya kosong, lalu ia keluar dan melihat gulungan selimut di atas sofa ruang tengah.

[END] The Chaser - [SK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang