' Decision '

257 35 0
                                    

Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota, sebuah mobil sedan hitam melewati jalanan aspal melintasi hutan dengan pepohonan tinggi.

Mobil itu terus berjalan hingga memasuki halaman di depan bangunan tua dan berhenti di depan teras dengan empat pilar tinggi.

Orang pertama keluar dari mobil adalah Tor, disusul dengan Bill, lelaki yang bersama Tor saat menemui Singto. Dan yang terakhir keluar adalah Singto dengan pandangan penuh tanya.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam bangunan tinggi bercat putih pudar tersebut. Tor membuka pintu yang tingginya dua kali tinggi badannya, lalu berjalan masuk diikuti Bill dan Singto.

Mereka masuk ke sebuah ruangan besar berlantai karpet merah yang diterangi sebuah lampu gantung melingkar besar yang hampir menutupi seluruh langit-langit ruangan. Tepat di bawahnya terdapat sebuah meja kayu bundar dan delapan kursi di sisi kanan ruangan.

"Tunggulah disini" kata Bill. Kemudian ia pergi menaiki tangga yang berhadapan langsung dengan pintu masuk.

Tinggal Tor dan Singto yang ada di ruangan itu. Mata Singto seolah menjelajahi seisi ruangan.

"Jadi ini tempat persembunyian kalian?" Tanya Singto.

"Kami tak punya tempat bersembunyi, karena kami memang tak ada niat untuk bersembunyi. Namun, tempat ini adalah tempat semuanya berasal"

"Apakah kalian berusaha menunjukkan jati diri?"

"Tak lama lagi kau akan mengetahuinya"

Dan kemudian Bill turun. "Singto, ikut aku"

Tanpa bicara, Singto naik tangga dan mengikuti dari belakang. Mereka melewati lorong dengan banyak jendela kaca di sisi kanan dan berhenti di ujung lorong.

Bill membuka pintu kayu bercat coklat. "Masuklah"

Setelah Singto masuk, Bill kembali menutup pintu dan meninggalkan ruangan.

Di ruangan persegi yang hanya disinari cahaya matahari senja, Singto dihadapkan dengan seorang pria setengah abad, terlihat dari rambut bagian depannya yang memutih di sisir ke belakang, bertubuh tinggi-besar, dan berpakaian kemeja dan celana kain serba hitam.

"Selamat datang, Singto" Sunny, pria yang berdiri di depan Singto menyapa dengan suara beratnya.

"..."

"Anak-anakku sudah bilang bahwa kepolisian sudah tahu latar belakangmu dan kau sekarang menjadi buronan. Siapa yang sangka, orang yang sangat membenci organisasi yang membuatnya jadi pembunuh, sekarang kau malah kemari"

"Kalau aku tidak bertemu orang-orangmu, mungkin aku tidak akan kemari... benar-benar sebuah kebetulan"

Sudut bibir Sunny tertarik. "Jangan salah paham, anggap saja itu takdir"

Singto memutar mata jengah. "..."

"Jadi... apa yang membuat buronan sepertimu kemari? Apa kau sudah putus asa dan tak punya tujuan? Atau malah kau ingin menggantikan Ayahmu?"

"Aku tak sudi menggantikannya"

"Ohoo... " kedua alis Sunny terangkat. "Apa kau menjadi buronan karena berfikir bisa menghancurkan organisasi ini?"

"Tidak. Aku hanya menaruh dendam pada Jay yang membuat hidup ibu dan hidupku hancur"

"Kemana kata Ayahku... pergi? Kau tak sudi memanggilnya Ayah lagi? Sebenci itukah kau dengannya?"

"Aku tak punya Ayah sejak ia dan ibuku berpisah"

"Lalu... apa tujuanmu sebenarnya?"

"Aku hanya berfikir kau mungkin bisa menghilangkan Lev dari diriku"

[END] The Chaser - [SK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang