•|27

500 90 24
                                    


Here we go, guys.

Ready ;) ?

I hope so.


Hangyul di D.O dan kabarnya Ia dibawa terapi.

Yohan di skors seminggu.

Junho tidak, tapi demi menyembuhkan traumanya Ia harus pergi terapi juga.

Ya, Hangyul memang seorang psikopat. Orang tua nya tahu, awalnya Hangyul home-schooling karena dia harus diawasi.


Lima tahun berlalu, Hangyul tidak pernah menunjukkan sisi psiko nya. Ia bersikap seperti orang normal. Hangyul juga memliki beberapa teman rumah.


Maka dari itu, orang tuanya memutuskan keluar dari zona aman. Hangyul disekolahkan diluar kawasan orangtuanya.


Khawatir pada awalnya, tetapi kabar buruk yang mengiming imingi pikiran mereka tak kunjung sampai ke orangtua Hangyul.



Akhirnya, Orangtuanya membiarkan Hangyul diluar zona amannya.



Hangyul awalnya juga berusaha menahan diri melihat darah. Ia berhasil menahan hasrat tersendirinya terhadap cairan kental itu.

Hingga orangtuanya meminta Hangyul melewati batas amannya. Bersekolah umum.


Hangyul berusaha santai, berjalan di lorong kelas. Menyapa satu-dua orang yang bahkan tidak Ia kenal.




Hangyul satu kelas dengan lelaki bernama Kim Yohan. Lelaki yang jago taekwondo. Yohan menjadi chairmate Hangyul.



Mereka pun mulai bersahabat hingga, Hangyul maupun Yohan bertemu dengan sosok bernama Cha Junho. Orang yang membuat usaha Hangyul runtuh seketika karena cairan kental amisnya yang keluar secara tidak disadari oleh si empunya.







***



Junho baru pulang terapi, mampir ke rumah Yohan karena diminta si empu.

"Kangeeennn~ gimana terapi kamu? Lancar? Nanti aku temenin deh kapan-kapan ya?" Yohan bergelendotan manja di pelukan Junho.

Junho terkekeh melihat Yohan.

Disaat dua kekasih ini sedang cuddle, Datang Papi Namjoon dengan muka tertekuk. Menghampiri Yohan.


"Yohan," panggil Papi Namjoon. Yohan hanya menggumam kecil sembari lanjut memainkan jemari mungil Junho yang sudah nyaman menyender di dada bidang Yohan.


"Hh, jadi gini... Papa minta maaf sebelumnya, ke Junho juga." ucap Papi Namjoon sambil menghela napas dalam dalam.

Junho perlahan bangkit dari senderannya, begitu juga Yohan. Walau mereka masih pangku pangkuan. Junho duluan yang merespon. "Kenapa?"



"Duh... Gimana ya, Papa gatega sama kalian berdua," Papi Namjoon mengusap bahu Junho dan Yohan.




"Bilang aja kali, palingan mau nge-prank Yohan kan? Kayak dua minggu lalu." Yohan masih setia memainkan jemari Junho.





Papi Namjoon mengusap wajahnya gusar. "Ini serius Yohan, perusahaan Papa terancam bangkrut."


"Lah kunaon?" tanya Yohan mulai serius.





"Dua hari yang lalu, rekan kerja papa yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Papa. Yang sekaligus bikin perusahaan Papa melimbung naik keatas, bilang mengancam Papa kalau Papa ga ngikutin permintaannya,"

Yohan mengangguk, mendengarkan antusias. Begitu pula Junho disebelahnya.




"Papa gak suka dengan permintaannya, papa tentang lah. Tapi, dia ngancem Papa bakal bangkrutin perusahaan kita. Ok, papa masih bisa nyari jalan keluar. Papa masih tetep tentang dia,"




"Tapi, dia bilang. Dia bakal ngehancurin impian Sowon jadi dokter. Dia bakal ngehancurin keluarga kita. Papa ga percaya, jadi masih Papa tentang. Dan, akhirnya dia bertindak." Papi Namjoon menghela napas.



"Sowon kecelakaan tadi, Hyunjin yang satu mobil luka parah, tapi ga separah Sowon. Mama lagi nemenin mereka di rumah sakit. Mereka ditabrak sama mobil chevrolet dengan plat nomor **** dan Papa yakin banget itu punya bawahannya rekan Papa."


Yohan kaget, jelas. "Tunggu pa. Emang permintaan rekan Papa apa?"


Papi Namjoon menatap sendu Yohan Junho bergantian. "Dia mau... Kamu Yohan, dia mau kamu jadi menantunya."



Yohan menggebrak meja cukup keras. Dengan langkah bergetar, Yohan keluar meninggalkan Papi Namjoon dan Junho keluar rumah. Papi Namjoon menghela napas, Junho menatap kosong kepergian Yohan.


"Junho," panggil Papi Namjoon lembut. Junho tersentak dan menoleh. "Iya?"

"Maaf ya, ngecewain kamu. Saya tahu, kalian saling sayang, saling cinta, maafin saya akhirnya ngebuat kalian kayak begini." Papi Namjoon berucap dengan nada rendah. Junho memaksakan tersenyum tulus kepada Papi Namjoon.

"Engga papa kok, kalo emang takdirnya kayak begini juga kita harus gimana? Saya akan tetap dukung Yohan kok, Yohan hanya perlu dorongan, hehe." Junho tersenyum. "Junho samperin Yohan dulu ya?"

Paoi Namjoon mengangguk dan melepaskan Junho.

Junho pun pergi keluar untuk mencari Yohan.

Junho pikir, gampang menemukan Yohan karena selang waktu Yohan pergi tidak terlalu lama. Tapi justru Junho kelimpungan mencari Yohan.



"Duh... Yohan dimana sih?" gerutu Junho sembari celingukan mencari sosok Yohan.





Langit berubah warna menjadi oranye, Junho tak kunjung menemukan Yohan.

Junho berjongkok, menatap lamat lamat lalu lintas yang tidak padat.

Seseorang berjalan, refleks membuat Junho berdiri. Junho berlari mengejar sosok itu, berusaha menyelamatkannya.

"BRAKK!!"


"JUNHO?!"





(A/n) :

Wkwkwk.

just maid [yohan junho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang