•|28

818 98 28
                                    

Dua minggu berlalu, Yohan hanya termangu menunggu Cha Junho siuman dari tidur panjangnya.

Masa skors Yodah sudah habis, tetapi Ia tetap tidak mau pergi meninggalkan Junho.

Terkadang, Ia menangis melihat Junho sembari terbayang pada hari itu.

Langit lembayung menggantikan langit biru cerah, Yohan berlari tanpa tahu arah. Pikirannya teraduk, sedih, marah, dan juga khwatir terhadap Sowon dan Hyunjin.

Dan, entah bagaimana perasaan Junho pada saat itu.

Sedih, yang pasti.

Mungkin, Yohan bisa menebak kalau Junho mengejarnya. Tapi, Yohan tidak terpikir kalau akhirnya akan seperti itu.

Junho yang terkapar, dengan darah yang menggenang semakin besar. Yohan shock saat melihat kebelakang.

Junho mendorong tubuhnya hingga terhindar dari kecelakaan itu.

Dengan Junho sebagai korbannya.

Yohan langsung menonjok perut Pria yang sudah menabrak Junho, begitu Pria itu keluar dadi mobilnya.

"BAJINGAN!"

Yohan takut, Ia melihat Junho terbaring lemah dihadapannya dengan mata sayu.

Yohan takut, Para Dokter datang dan memeriksa kembali keadaan Junho.

Yohan takut,

Kalau Junho akan meninggalkannya.

Namjoon bahkan tak bisa berkata kata begitu mendengar kabar bahwa Junho ditabrak. Ia panik dan langsung menyusul Yohan dan Junho yang sudah dibawa ke rumah sakit.

Namjoon menyesal telah membiarkan Junho menyusul Yohan. Namun, jika begitu lantas Yohanlah yang akan menggantikan posisi Junho.

Disisi lain, Namjoon menyesal tidak bisa memegang janjinya. Disisi lain, Ia sangat terpuruk dengan kondisi kedua putrinya. Disisi lain, Ia pusing dengan ancaman rekan kerjanya itu.

Yohan menggenggam erat tangan Junho. Ia lalu mengusap wajah Junho lembut dan pelan. "Junho, cepet bangun hm?"

Namjoon kembali merasa bersalah mendengar perkataan lirih dari Yohan.

Yohan mengecup punggung tangan Junho. "Don't you want to get up for me?"

Junho masih diam, menutup mata, dan terkurung dalam mimpinya. Dengan selang infus yang berada di mana-mana, Junho masih setia terbaring lemah.

Yohan mengelus pipi Junho. "Hei, bangun Sayang... Tidur kamu pules banget ya? Kamu gamau gitu liat aku disini hm?"

Namjoon keluar, tak tahan.

Yohan mengelus kelopak mata Junho. "Mimpi kamu seenak apa sih? Jadi pengen nyoba ikut masuk, pasti kamu makin betah kalo aku ikut,"

Tersenyum, menatap Junho sedih. Yohan mengusap rambutnya. "Jangan tinggalin aku, ya?"

"Aku sayang, cinta sama kamu. Makanya aku nunggu kamu disini, kamu sayang juga kan sama aku? Bertahan ya, aku pastiin kamu dirawat dengan baik supaya kamu bisa liat aku," Yohan memainkan jemari Junho, seperti saat sebelum kabar buruk menimpa Yohan juga Junho.

Yohan berharap, Junho masih bersandar padanya seperti saat itu. Namun, sayang. Junho tetap terbaring kaku diatas tempat tidur ini.

Yohan mengusap airmatanya yang merembes keluar.

"You're not far away,"

"I'll be always with you,"

"At the precious moment we have together,"

"I will sing for you forever,"

"When we miss each other, we can play and listen to this song,"

"And dream for you..."


Yohan mendekatkan mulutnya ke telinga Junho. Air matanya ikut membasahi kulit putih Junho. "I don't know what should I do, if you don't get up forever, I love you baby."

Yohan menidurkan kepalanya di situ, sembari memainkan jemari Junho. Setidaknya Yohan tahu, Junho masih bernafas,

Setidaknya Yohan tahu, jantung Junho masih berdetak

Setidaknya, Yohan tahu nadi Junho masih berdenyut.

He know, Junho is still alive and stay alive for Him.

Maybe not.





(A/n) :

Just maid officialy end!

Thanks for you all my beloved readers!❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

just maid [yohan junho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang