Hunkai YAOI
.
.Kandungan 16 Minggu
Jongin mulai khawatir sendiri. Perutnya membesar dan akan semakin membesar sedangkan dia sama sekali tidak punya penjelasan apapun untuk orang-orang disekitarnya.
Jongin bisa saja acuh terhadap rekan kerja nya tapi tidak untuk Baekhyun. Baekhyun yang menemani nya saat-saat sulit dulu dan sekarang tidak mungkin lagi rasanya menutupi kehamilan ini dari Baekhyun.
Jongin gelisah. Apa reaksi Baekhyun nanti?
Baekhyun.....
Terkejut pastinya.
"Kau menyembunyikan ini dariku selama ini? Kandungan mu bahkan 16 minggu Jongin. Kau.. kau tega. Kau anggap apa aku ini? Orang asing? Siapa ayah nya?" Baekhyun marah.
Wajar saja, mereka sudah seperti saudara kandung bagaimana bisa Jongin membohongi nya selama ini. Jongin keras kepala dan tangguh tapi saat ini dia bahkan sudah mau menangis saja.
"Maaf Hyung.." cicit Jongin.
Baekhyun menghela nafas. Sebelumnya Baekhyun selalu khawatir karena Jongin selalu pucat seperti mayat dan sering istirahat dan ambil kerja dirumah. Bukan, bukan itu masalah nya.
Kenapa kesakitan nya disembunyikan padahal Baekhyun benar-benar khwatir?Baekhyun hanya kecewa. Jongin sudah di anggap nya adik, kenapa Jongin masih tidak percaya untuk berkeluh kesah pada nya? Jongin sudah terlalu banyak menahan sakit sendirian. Baekhyun sayang tapi tidak di anggap.
"Hyung maaf, maaf.."
"Sudah jangan menangis. Siapa ayahnya, Oh Sehun?" Tebak Baekhyun.
Jongin mengangguk, mengusap airmatanya yang tidak mau berhenti. "Maaf Hyung, aku mau menjelaskan nya padamu tapi tidak tahu mau mulai dari mana." suara Jongin serak.
"Sudahlah. Lagi pula aku bukan siapa-siapa bukan masalah yang besar."
"Hyung!" pekik Jongin.
Bukan ini yang di mau Jongin. Jongin menggenggam tangan Baekhyun, berharap pria mungil itu memaafkan nya. Atau marahi saja Jongin, jangan malah diam saja dan menatap dengan sorot kecewa.
"Jangan terlalu banyak pikiran, aku akan berkerja dulu."
Baekhyun melepas genggaman tangan jongin pelan dan berlalu ke luar ruangan. Jongin menutup mulut dengan tangan menahan suara tangis.
.
."Jongin-ssi terlalu banyak pikiran. Ibunya Stres dan bayi merasakan nya juga. Mereka rentan dan bisa drop lebih serius dari ini jika terus berlanjutan. Kalau bisa Jongin-ssi cuti dulu dari bekerja."
Sehun diam saja mendengarkan hasil periksa dokter pada Jongin. Jongin pagi-pagi sekali berteriak sakit di kamar mandi, meremas perutnya dan hilang kesadaran. Baiknya saat itu ada Sehun yang memang sekarang rutin datang pagi buta ke apartement.
Apa jadi nya jika tidak seorangpun di sisi Jongin saat itu?
"Apa mereka baik-baik saja sekarang?" Sehun buka suara setelah lama bungkam.
"Ya, sudah lebih baik. Tapi belum stabil. Anda harus jaga istri sebaik mungkin apalagi ini kehamilan pertama Jongin-ssi."
"Terimakasih Dokter"
Dokter tersenyum dan permisi keluar ruang inap Jongin.
"Ada apa dengan mu Jongin?" lirih Sehun.