Luv

3.6K 432 173
                                    

Kandungan 36 Minggu

.

.

Semenjak resmi menikah, Jongin diam-diam memperhatikan setiap kebiasaan Sehun dan mengingat nya. Apa yang disukainya dan yang tidak disukainya. Jongin juga berusaha menekan rasa egois dan ikut memberi perhatian untuk Sehun.

.

.

"Sehun."

"Hum?" Sehun menoleh sebentar dan kembali mencuci gelas susu habis pakai.

Jongin menghela nafas, tahu kalau Sehun tidak baik-baik saja. Dua hari ini Sehun hanya tersenyum setengah dari kurva bibirnya.

Biasanya Jongin selalu suka melihat mata bulan sabit itu kala tersenyum namun belakangan tidak. Sehun yang bilang untuk saling terbuka tapi pria itu sendiri malah memendam sendiri permasalahan nya.

Jongin berjalan mendekat. Memperhatikan bahu kokoh itu dari belakangan.
"Makan malam dulu. Piringnya aku saja yang cuci."

"Tidak, sebentar lagi selesai."

"......"

Sehun menghentikan cucian piringnya. Membasuh tangan dengan air kemudian membalik tubuh. Jongin sudah bersedekap tangan di dada. Memicing tanda kesal.

"Aku akan makan, oke? Sudah kesal nya." Sehun mengalah. 

Sedikit banyak nya Sehun sudah tahu bagaimana Jongin. Jongin tidak marah-marah, tidak berteriak tapi akan diam dan tatapan nya pasti membuat orang yang dilihatnya tidak merasa nyaman. Sehun termasuk yang tidak nyaman di tatap begitu.

"Tapi jangan sentuh piring nya." Sehun memperingati.

Jongin mengangguk, "Cepat makan."

Itu hanya secuil dari perhatian Jongin.

.

.

Semenjak tinggal bersama, Sehun suka sekali bergelung dengan perut Jongin. Katanya hangat. Belum lagi gerakan bayi dalam perut Jongin membuat Sehun gemas. Bahkan tidak jarang Jongin tertidur karena menganggap Sehun sedang mendongeng saat mengajak bicara bayinya.

Tapi belakangan Sehun tidak banyak bicara. Sehun tetap bergelung dan mengusap perut Jongin kemudian tertidur.

"Sehun."

"Hum?" Suara Sehun serak, sepertinya akan tidur.

"Ada apa?"

Sehun diam. Menghela nafas pelan-pelan kemudian mengeratkan pelukan pada Jongin. "Maksudnya apa sayang?"

"Jangan menutupi nya Sehun, katakan padaku." Suara Jongin melembut.

Menyugar rambut Sehun yang membenamkan wajah di ceruk leher Jongin. "Bukan kah kita harus terbuka? Kamu lupa pernah mengatakan nya?"

Sehun melepas pelukan nya. Mereka saling tatap, Sehun memejamkan mata saat jari Jongin membenarkan rambut yang jatuh di kening Sehun.

"Aku hanya merasa lelah sekali." Jawab Sehun

"Apa jadwal kerja terlalu padat ?"

"Ya lumayan, belum lagi beberapa masalah kecil muncul di tim intern kantor." Sehun menggenggam jari Jongin, "Pasti kamu terganggu sekali dengan sikapku ya? Aku tidak bisa membendungnya lagi. Rasanya untuk tersenyum saja begitu berat."

"Kenapa baru cerita sekarang? Kalau aku tidak tanya kamu pasti diam saja kan?"

Sehun mengecupi buku jari Jongin, "Maaf. Aku tidak mau membebani kamu."

"Kalau begitu jangan bicara komitmen dengan ku."

"Jongin." Sehun menatap Jongin memelas. Jangan bertengkar lagi, please. Sehun was-was.

Jongin mengelus rahang Sehun, "Maka dari itu cerita padaku. Jangan pendam sendiri dan membuatku terlihat konyol karena hanya bisa menebak-nebak apa yang terjadi padamu. Mengerti?"

Sehun tersenyum. "Baik Nyonya."

.

.

Jongin kontraksi lebih cepat dari yang seharusnya. Keringat dingin membasahi kening Jongin, Jongin tidak teriak dia hanya meringis sedangkan wajahnya hampir merah padam menahan sakit.

Sehun panik sekali, ini adalah oengalaman pertamanya.

"Jongin.. Jongin." Sehun hanya bisa menggumam kan nama Jongin sepanjang jalan menuju rumah sakit. "Tarik nafas hembuskan."

Setidaknya masih tersisa sedikit kewarasan pikiran Sehun saat ini. Ingat bagaimana pelajaran yoga saat menemani Jongin.

Jongin meremas tangan Sehun melampiaskan rasa sakit.

.

.

"Masih sakit?" Sehun menggenggam tangan Jongin dari sisi bed Jongin.

Jongin menggeleng. Sehun sudah menyelesaikan urusan administrasi rumah sakit dan memilih kamar kelas vip. Jongin juga sudah di pasangi alat pernafasan dan infus agar tidak lemas. Jongin harus puasa dulu sebelum operasi. Sehun setuju untuk melahirkan bayi mereka sekarang walaupun belum genap 9 bulan 10 hari seperti yang seharusnya.

"Apa dia akan baik-baik saja kalau operasi sekarang?"

Sehun mengelus tangan Jongin dengan ibu jari, "Aegi akan baik-baik saja, kalian akan baik-baik saja. Kalau tidak operasi sekarang, ada kemungkinan hal lain terjadi ."

"Aku tidak menyangka dia malah minta keluar sebelum waktunya." Gumam Jongin.

Sehun tersenyum.

Jongin menatap Sehun ."Kamu berantakan sekali."

Rambut Sehun di elus, Jongin mengusap kening Sehun. "Kulitmu dingin."

Sehun tertawa. "Aku hanya terlalu panik tadi. Mau secepatnya sampai disini."

"Terimakasih." Ucap Jongin.

"Kenapa mengatakan itu, sudah seharusnya kan? Aku suami kamu dan ini bayi kita." Tangan Sehun mengelus perut Jongin yang bulat dan keras.

"Aku mencintaimu."

Sehun menatap Jongin, terkejut. Untuk pertama kalinya Jongin mengatakan itu.

Berdiri dan mengecup kening Jongin,"I love you too."

.

.









End .

06/12/2019

06/12/2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Arrogant DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang