10. Kode

131 27 3
                                        


Sepulang dari Starbucks, Katrin tak henti-hentinya senyum-senyum sendiri. Hatinya hari ini benar-benar berbunga karena perkataan Rio yang sempat bilang Katrin imut lahh, cantik lahh, apalagi waktu Rio mengacak-ngacak rambutnya dengan gemas. Uh benar-benar hari yang spesial bagi Katrin.

Kalau dideskripsikan dari fisik, Rio memiliki tubuh yang tinggi dengan kulit yang putih. Rambutnya yang panjang tapi tak gondrong dilengkapi sedikit poni kesamping membuatnya terlihat imut juga. Matanya yang sipit ditambah bibirnya yang merah muda membuatnya terlihat sempurna. Ganteng.

Selain fisik yang ideal, Rio juga anaknya sangat humble. Baik dan ternyata juga receh. Welcome sama orang dan lagi satu, dia selalu saja melontarkan kalimat yang bisa bikin orang "salting" tanpa rasa canggung sedikitpun ketika mengucapkannya.

"Umm Rio. Paten banget buat dijadiin doi", batin Katrin sambil senyum-senyum sendiri.

***

Hari ini hari Senin. Untung saja Katrin tidak telat, maklum ada si Tia yang selalu menjemputnya tiap ada kegiatan pagi. Kalau telat bisa berabe urusannya sama Pak Caplin. Hari Senin lagi.

Terik matahari membuat para siswa mengeluh kepanasan yang sejak hampir satu jam berdiri dilapangan untuk mengikuti upacara. Maklum, kepsek suka banget ngomong. Jadi tak heran.

"Adohhh siapa sih tu yang punya kepsek!? Lamis amat dah lambenya", ujar Dito dengan frontal.

"Tau nih, udah sejam ngomong gak berbusa apa tuh lambe ", sahut Yudi.

"Pura-pura pingsan aja udahh. Ni yang cewek-cewek suruh", timpal Alit.

"Kenapa gak cowok aja!? Lo nyuruh cewek pura-pura pingsan karena dia lemah!?", Sahut Katrin seperti biasa. Nge-gas.

"Faktanya cewek itu begitu Kat. Terima aja udah", balas Alit yang tak mau kalah berargumen.

"Maksud lo!? Sorry aja ya Kita sebagai kaum penerus Ibu Kartini gak terima dianggap lemah! Gak semua cewek itu lemah!", Balas Katrin makin nge-gas yang membuat kebisingan diantara barisan kelasnya. Hal itu juga terdengar sampai depan dan jelas didengar kepsek.

"Anak 12 IPA 4 Ada apa itu ribut-ribut?", Ujar Kepsek dari depan.

"Kepanasan Pak. Udah sejam nih berdiri pak. Pada dehidrasi nih kita. Mau Ada tragedi pingsan masal emangnya Pak?", Ucap Alvi ketua kelas 12 IPS 1 yang sekaligus ketua geng anak-anak IPS, padahal yang ditanya anak 12 IPA 4 tapi yang nyahut anak IPS. Begitulah perbandingan yang jelas anatara IPA Dan IPS di sekolah Katrin. Kalau kelas Katrin hanya ngedumel sendiri, tapi anak IPS langsung ngomong ke objeknya. Bar-bar mode on.

"Ya baik karena sudah mau jam setengah 9, jadi sekian amanat dari saya. Setelah ini silahkan masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran", ucap Kepsek mengakhiri amanatnya setelah mendengar perkataan Alvi.

"Mantaplah emang anak IPS itu, akhirnyaa bubar juga", umpat Dito.

"Harusnya lo jadi ketua kelas kayak gitu dong dit", timpal Alit.

"Dasar cowok lemah", ucap Katrin nimbrug.

Setelah upacara bubar. Mereka kembali ke kelas masing-masing. Hari ini tidak jadi ada sidak dari OSIS Dan guru BK karena waktunya sudah lewat gara-gara kepsek yang ngomong banyak. Tapi Ada syukurnya juga sih si kepsek itu ngomong banyak. Jadi aman gak ada sidak.

Kelas Katrin kini mendapat pelajaran Fisika yang diisi oleh Pak Caplin. Nama aslinya Pak Suryo, tapi anak-anak di SMA 3 manggilnya Pak Caplin, semacam nama ejekan gitu. Habis mirip banget sama Calpin. Kumisnya, kurusnya, pokoknya percis. Makanya deh sampai adik kelas juga pada panggil Pak Calpin.

Teater in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang