Setelah mendapat ilmu baru mengenai dunia teater dari Rio ataupun Edgar, kali ini Katrin memutuskan untuk mulai mengeksekusinya. Hal pertama yang dia lakukan adalah membuat poster open recruitment teater yang nantinya akan dipasang dimading. Lalu membuat brosur yang akan dibagikan ke tiap-tiap anak SMA 3.Untungnyaa semua media ini difasilitasi oleh OSIS, jadi Katrin tak perlu pusing bagaimana mendapatkan uang untuk mencetak keperluannya. Tapi sebelum semua dicetak, tentu perlu design yang harus dibuat. Katrin sudah membayangkan konsepnya, hanya saja dia tak pandai mendesign lewat aplikasi photoshop.
Mau tidak mau satu-satunya orang yang dibutuhkannya saat ini adalah orang yang bisa mendesign menggunakan photoshop. Siapa lagi kalau bukan anak-anak yang ikut eskul IT. Dan salah satunya yang ikut eskul tersebut adalah Dito, sang Ketua Kelas.
"Ditoooo ganteng dehh", ucap Katrin merayu agar Dito mau membantunya.
"Tau nih gue kalau udah kayak gini pasti ada maunya", sahut Dito.
"Hehe lo tau ajaa, mau ya dit bantuiin gue", balas Katrin sambil senyum-senyum merayu
"Ada syaratnya"
"Apaa?"
"Lo harus comblangin gue sama Fee"
"Dihh najis amat lo, si Fee udah punya cowok eii. Mana mau Fee sama cowok kayak lo yang jorok ini"
"Noh kan nge-gasnya keluar, oke gampangg, gue jugaa gak bakal bantu lo"
"Eehh dit eem yaa maap gue keceplosan tadii. Lo sih syaratnya aneh-aneh ajaaa. Emang lo mau dibilang tukang tikung sama cowoknya Fee, enggak kann?"
"Alesan aja lo. Gue cuma ngetes Aja kali, dan bener kan lo nge-gas. Yaudah kalau gittu lo harus jadi pesuruh gue selama seminggu"
"Hahhh iiss gak ada yang lain apa ditt"
"Deal atau batal?", Ucap Dito sambil menawarkan tangan untuk kesepakatan.
"Isss iyaa iyaa deal"
Mereka berdua pun berjabat tangan menandakan sepakat dengan perjanjian tersebut. Bukan hal sulit bagi Katrin untuk meminta bantuan pada anak-anak eskul IT yang lain. Tapi konsep idenya hanya bisa direalisasikan oleh Dito.
Pernah waktu itu ketika kelas 10, Katrin yang mengikuti eskul young entrepreneur meminta tolong pada anak IT untuk mendesign pamflet dagangannya. Tapi yang terjadi semua tak sesuai dengan imajinasi Katrin. Lalu dia meminta tolong pada Dito yang kala itu masih kalem dan kebetulan menawarkan diri untuk membantu mendesignnya, dan yaa semua konsep design yang ada dibayangannya dieksekusi dengan baik oleh Dito. Maka dari itu dia sangat berharap Dito mau membantunya kali ini.
***
Katrin dan Dito mulai menggarap design yang dibutuhkan. Katrin sibuk memberikan arahan kepada Dito agar imajinasinya terlaksana.
"Dit, itu fontnya ganti. Jelek itu. Terus gambar topengnya agak kanan-in dikit. Nanti isiin shadow topeng gitu ya. Terus pinggirnya tambahin gambar pantomim gitu", bacot Katrin.
"Iyeee iyee satu-satu dulu kalii", balas Dito yang kupingnya mulai panas.
Berjam-jam mereka habiskan untuk eksekusi hal tersebut. Dan akhirnya semua selesai sesuai harapan.
"Kyaaaaaa thanks Ditooo", ucap Katrin sambil memeluk lengan Dito.
"Arahhh digini-gini lo manis, coba aja kalau biasanya, paling lo mukul gue lah, nendang gue lah, jambak gue lah. Udah-udah lepasin", sewot Dito.
"Hehe lo tau ajaaa", balas Katrin seraya melepaskan lengan Dito dari pelukannya.
"Eitss jangan lupaa, lo jadi pesuruh gue selama seminggu. Dan tugas pertama lo adalah ambilin drone di temen gue. Mingdep gue ada project sama anak photography", ucap Dito seraya mengingatkan perjanjiaan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/204548483-288-k899942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teater in Love
Teen FictionSebelum mengakhiri masa SMA gue, gue pengen banget punya cowok. Plis, gue terakhir putus itu sama tali pusar gue. Ya bisa dibilang gue jomblo sejak embrio. Alias gak pernah pacaran. Tapi gue maunya sama ANAK TEATER. Terwujud gak ya?