Rumah minimalis dengan estetika konsep kayu yang artistik terlihat seperti tak berpenghuni. Bahkan lampu pelataran halaman depan pun tak dinyalakan oleh sang pemiliknya. Namun pagar rumah terlihat tak terkunci dan pintu utama terbuka sedikit memperlihatkan seseorang yang tergeletak diatas sofa dengan layar laptop yang masih hidup.Klekk, bunyi saklar lampu ruang tamu yang baru saja dihidupkan oleh seseorang.
"Yeh dasar bocah gak guna", gumamnya lalu berlalu kearah dapur dan mengambil segelas air minum.
Triss triss tiss
Beberapa cipratan air diarahkan ke manusia yang sedang tergeletak di sofa dengan kesadaran apatis itu.
"Bangun woii, lo kalau tidur kayak orang mati suri dah", ucapnya kembali dengan nada yang lebih tinggi.
Kesabarannya pun telah habis, karena usahanya untuk membangunkan manusia itu dengan menyipratkan air ke wajahnya hanyalah tindakan yang sia-sia.
"Katrinnnnnn bangunnn, elahh woiii bangun kebo dasar lo", ucapnya dengan nada yang semakin tinggi sambil menggerak-gerakan tubuh sang empu.
Akhirnya sang empu bangun dari tidurnya tanpa harus dicium pangeran kodok.
"Iih gue dimana?", ucap Katrin yang baru terbangun dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.
"Iis ni anak pura-pura amnesia. Lo itu kebiasaan banget deh Kat gak nutup pintu kalau tidur. Lampu juga gak di idupin. Laptop ngomong sendiri, lo kalau gak niat nge-drakor mending jangan ditonton", omel Tia.
"Iis coba lo diem dulu deh. Iih kok gini yaampun, bentar gue dimana woi ini kok bisa disini terus kok ada lo", ucap Katrin kembali dengan panik dan linglung.
"Eh Kat lo kenapa dah aneh gini. Gue udah chat lo, nelpon lo tapi gak ada balesan makanya gue langsung kesini. Nanti mama papa gue balik dari Jepang, gue mintol temenin ke bandara buat jemput"
"Hahhhh", sahut Katrin sambil mencubit dan menepuk-nepuk pipinya.
Flashback on
Sepulang dari sekolah, Katrin membereskan dirinya untuk bersiap ke Pantai bersama Rio sesuai dengan rencana. Waktu menunjukkan pukul lima sore tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Rio yang akan menjemputnya.
Pesan yang dikirim Katrin melalui aplikasi Line itu pun belum di read oleh Rio. Sambil menunggu kedatangannya, Katrin mengambil laptop dan melanjutkan diri untuk menonton drama korea. Waktu terus berlalu hingga menunjukkan pukul setengah enam dan akhirnya ada notif masuk dari Rio.
Rio Perwira
Kat, sorry agak telat ya. Gue masih kumpul di sekre teater. Jam 6 gue jemput ya. Gue janji kita gak bakal ketinggalan sunsetnya. Wait me😙Katrin Clarissa
Ehh okedeh, santuy aja. Kalau gak bisa hari ini juga gapapaSetelah mengirim balasan pesan untuk Rio, Katrin melanjutkan tontonannya sambil sesekali rebahan di sofa yang berhasil membuatnya terlelap dengan nyenyak.
Flashback off
"Gawat tiii gawat, Rio pasti nungguin gue didepan daritadi. Gue cabut dulu ya Ti", ucapnya sambil bergegas dan pergi ke luar rumah tanpa mempedulikan Tia yang masih cengo akan tingkah sahabatnya itu.
"Lahh anjir kok iih kok udah gelap", gerutu Katrin dengan sendirinya lalu balik masuk kedalam rumah dan menghampiri Tia.
"Ti ini jam berapa!?", ucap Katrin dengan panik yang dibalas Tia dengan cengo sambil mengarahkan telunjuknya ke jam dinding tanpa bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teater in Love
Teen FictionSebelum mengakhiri masa SMA gue, gue pengen banget punya cowok. Plis, gue terakhir putus itu sama tali pusar gue. Ya bisa dibilang gue jomblo sejak embrio. Alias gak pernah pacaran. Tapi gue maunya sama ANAK TEATER. Terwujud gak ya?