2. Edgar Prasetya

234 39 23
                                    

Gue Edgar. Hobi gue main gitar, musik lah pokoknya. Gue juga suka bermain peran, baca puisi atau kegiatan seni lainnya. Tapi gue gak bisa nyanyi hm. Kalau dari segi fisik gue emang paling tampan disekolah, jalan raya, bahkan kebun binatang. Fakta.

Kecintaan gue sama seni membuat gue memutuskan untuk bergabung eskul teater disekolah gue. Teater sendiri disekolah gue gak begitu eksis seperti eskul basket, pramuka atau paskibra. Ya walaupun sekolah gue itu sekolah favorite, tapi masih ada beberapa eskul yang mati, contohnya eskul teater ini.

Tak jarang eskul teater selalu dipandang remeh disekolah gue. Terbukti dengan sepi peminatnya yang bergabung di eskul ini. Tapi itu dulu saat gue masih kelas 10. Sekarang eskul teater disekolah gue udah gak kalah saing sama eskul-eskul lainnya. Karena berkat kerja keras semua team, teater sekolah gue sempat bawa nama sekolah menjadi juara 1 operet terbaik dalam ajang FLS2N di Jakarta.

"Abis latihan lo langsung balik kerumah?", Tanya Rio

"Yoi, capek gue" sahut Edgar dengan nada malas dan hanya di ooh-kan oleh Rio

"Oiya cewek tadi yang lo ajak kenalan, siapa namanya? Dari jauh cantik sih", sahut Niko dengan tampang sok coolnya

"Emm siapa ya, gue lupa. Karin kali, gatau deh" ujar Edgar

"Lo kan tadi tatap secara deket tuh, emang cantik apa gimana? Gue agak ragu sama mata gue, takutnya silinder gue nambah", kata Niko kembali

"Mayan, tapi songong. Ke geer-an banget orangnya noh. Sok cantik iya" kata Edgar sambil memutar bola matanya dengan malas

"Alah loo aja yang gak bisa manis sama cewek. Bawaannya cuek aja sih lo. Tapi tadi gue liat seragam sekolahnya, kayaknya anak SMA 3", timpal Rio yang kini ikut numbrug ke obrolan Edgar dan Niko

"Tau ah, gue gak peduli. Gue cabut ya. Bye"

Edgar pun berlalu meningalkan mereka dan anak-anak lainnya dan menuju parkiran untuk pulang. Vespa merah yang menjadi favorite Edgar selalu dikendarainya kemanapun dia pergi. Sebelum dia melajukan vespanya kerumah, Edgar menghidupkan sen kiri untuk singgah di supermarket sebentar. Ingin beli minuman dingin untuk menghilangkan rasa hausnya.

"Berapa?", Tanya edgar kepada mbak-mbak kasir

"7.000 kak, gak sekalian sama rotinya kak? Sedang promo beli 2 gratis 1 kak", sahut mbak kasir tersebut

"Gak", singkat Edgar.

Begitulah Edgar jika belum kenal dengan orang. Cueknya tidak bisa dikontrol dan irit ngomong ditambah dengan kelakuannya yang songong. Tapi akan berbanding terbalik kalau udah kenal dan akrab sama dia.

"Atau isi ulang pulsa kak?", kata mbak kasir itu lagi

"Gak", kata Edgar kembali, lalu ia menyodorkan uang 10 ribu kepada mbak kasir tersebut

"Ini kak kembaliannya, besok-beok jangan jutek gitu kak. Gantengnya hilang", kata mbak kasir itu kembali yang tidak direspon oleh Edgar. Dia langsung keluar menuju kursi yang dilihatnya kosong. Dengan santai Edgar duduk sambil menyeruput minumannya, hingga dia melihat seseorang yang tak asing baru saja memarkirkan motornya

"Edgar?", sapa gadis itu

"Lo masih inget gue?", tanyanya kembali

Edgar seraya mengingat-ngingat gadis itu. Dia tidak asing dengan wajahnya. Dia yakin sempat melihatnya dulu, namun sekarang lebih terlihat dewasa

"Gue Tia, temen SD lo. Lo masih inget gak? yang waktu itu lo sama gue wakilin sekolah buat lomba baca puisi"

"Aahh iyaa, gue inget. Lo Tia yang baca puisi sambil nangis-nangis itu kan? Tapi gak dapet juara?", ledek Edgar yang kini sudah mengenal gadis tersebut.

"Sial lo, yang bagian itu lo inget aja. Btw apa kabar lo? Sekolah dimana sekarang?, Tanya Tia

"Baik. Smansa, lo sendiri?"

"SMA 3. Gue gak nyangka lo di Smansa, pantes penampilan lo udah gak cupu lagi kayak waktu zaman SD, yang berponi itu hahaha", ledek Tia

"Cihh, sial lo"

"yaudah gue masuk dulu ya, mau beli cemilan"

"ohiya, gue juga mau balik"

"oke gar, hati-hati. Kapan-kapan kita kumpul lagi ya"

"gampang", kata Edgar seraya meninggalkan Tia yang juga sudah masuk kedalam supermarket.

***

Katrin yang sebelumnya moodnya sedang memburuk, mencoba chat Tia untuk berbagi kesialannya yang tadi dialaminya. Ia pun membuka ponselnya dan mencari kontak Tia untuk mengirimkan pesan.

Katrin Clarissa: Ti, gue keesel banget hari ini huuuum

Tak lama, Tia membalas pesan Katrin. Katrin pun melihat ada notif line yang masuk di ponselnya.

Tia Bacot👙: Paan dahh, btw lo dimana? Jadi nginep kan?

Katrin Clarissa: Jadi, ni gue udah mau balik. Abis isi bensin, nanti aja deh gue sekalian cerita

Tia Bacot👙: Yyy serah

Katrin membuka pintu rumah Tia tanpa mengetoknya terlebih dahulu, hal itu sudah biasa dilakukannya. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi karena kebiasaan jadinya begitu deh.

Ia langsung menuju kamar Tia tanpa banyak pikir. Katrin bukan main kagetnya saat apa yang dia lihat adalah penampakan Tia yang memakai masker berawarna hijau yang mirip seperti makhluk gaib buto ijo. Keduanya saling berteriak dan tersentak kaget

"aaaa buto ijoo, aaaa pergi gak lo", kata Katrin dengan mata yang masih tertutup

"woi anjir lo kat, ini gue Tia. Enak aja lo samaain gue kayak buto ijo. Bikin kaget aja", protes Tia

Katrin lalu membuka matanya pelan, untung saja yang ada dihadapannya beneran Tia.

"sorry ti, gue gak tau", cengir Katrin

"udah masuk, lo mau cerita apa tadi?", kata Tia sambil memegang daerah sekitar wajahnya yang merasa maskernya kini mulai retak-retak

"besok aja deh ti, gue capek banget", sahut Katrin yang memang sebenarnya malas membahas kejadian konyol yang tadi dialaminya.

"serah lo deh", ucap Tia

Update lagii, terimakasih buat temen2 yang udah meluangkan waktunya untuk baca cerita ini🤧😁 Gue tetep bersyukur walaupun yang baca baru 14 dan vote 1 orang wkwkw. Tetap semangat menuangkan isi otak hahaha, gimana chapter ini? absurd ya?
*Nanya kesiapa dah gue :v

Teater in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang