Part 11

4.7K 218 5
                                    

Ugh! akhirnya, lanjut juga.. sile nikmatiii


___

Pukul 04.00 wib

Naqi mengeliatkan badannya tanda bersiap untuk bangun, namun mendadak gadis yang dipengaruhi rasa kantuk dan pusing ini keheranan karena merasa ada seseorang yang berada tepat di sampingnya sambil memeluk pinggangnya begitu erat.

Ia menarik nafas sejenak sebelum membuka mata, sedangkan yang dirasa tepat di sampingnya tersebut masih setia memeluknya. Namun jika dipikir-pikir kenapa tangan itu terasa tak beralaskan kain? Naqi seketika tegugu dan bangun. Ia memandang ke arah yang ia curigai, dan tak perlu waktu lama, gadis ini pun berteriak sekencang yang ia bisa, membuat orang yang tidur pulas di sampingnya ikut terjaga. Naqi bangun sembari mengais selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.

Ia tak menggunakan hijab. Naqi mengigil menyadari sesuatu,

Apa aku telah berzina?

Pikiranya kacau, badannya ikut mengigil membayangkan hal itu benar-benar terjadi.

"Astagfirullahal'azim!!!" Suara itu yang membuat Naqi akhirnya menitikkan air mata tanda bahwa ia sedang tak bermimpi. Langit terdiam sehabis mengucapkan istighfar tersebut.

Lelaki ini terduduk menyaksikan Naqila sudah berurai air mata sembari meringis nyeri pada seluruh tubuhnya,walau yang Langit saksikan adalah Naqi yang berselubungkan selimut hotel. "Maaf." Bagi Langit tiada kata yang dapat terucap selain maaf. Ia pun shok melihat ini. Sesungguhnya badannya mengigil ketakutan, dosa apa yang telah ia perbuatan? Langit mengutuk dalam hati. Ia memang tidak ada gunanya, bertambah-tambah saja kesalahannya kepada Naqila, dan ini adalah kesalahannya yang terbesar. Harus apa Langit agar Naqi mau memaafkannya? Harus apa dia?

Tapi untuk menjelaskan semuanya pun ia tak mampu.

"Apa yang telah kita perbuat?! Apa salah ku pada mu hingga kamu bisa melakukan perbuatan hina ini terhadap ku?!"

Naqi masih menangis. Pedih hatinya hanya dirinya yang tahu.

"Apa yang terjadi ini zina namanya! Aku.. aku.. sudah menjadi hina dan kotor.."

"Naqila" Langit hanya mampu berujar lirih, suaranya pun sudah serak.

"Kau manfaatkan aku? Untuk apa?!!"

"Tolong jangan berpikir begitu, aku minta maaf atas semua ini." Langit tertunduk karena rasa menyesalnya telah berada di ubun-ubun.

"Bagaimana aku tidak berpikir begitu?!! Aduh!!" Karena ingin pergi dari hadapan Langit, Naqi berniat untuk menjauh namun rasa nyeri di bagian bawah membuatnya semakin di rundung kepedihan dan kehancuran. "Puas?! Sudah puas sekarang?!!"

"Naqi.. tolong.."

Naqi mengeleng kuat. Ia beranjak dari kasur dan berdiri di pinggiran walau genggaman tangannya pada selimut semakin menguat. Badannya sakit dan pegal di mana-mana. Apalagi hatinya saat ini. "Sadarkah kau bahwa, kamu sudah berhasil menghancurkan masa depan ku?!!"

Langit menelan ludah, ia ikut tergugu mendengar hal itu. "Aku khilaf.. aku minta maaf, Naqi."

"Kamu menghancurkannya dengan sangat berhasil, Langit Tsabiru Faturi!"

"Naqi.."

"Kau rebut kesucian ku yang seharusnya ku persembahkan pada suami ku!!! APA KAU SADAR ITU?!!!"

"Tolong jangan berkata begitu."

"AKU BENCI KAMU LANGIT!!! AKU BENCI!!"

Akhirnya Naqi terduduk sembari menangis. Kejamnya perbuatan Langit membuat Naqi begitu marah dan kecewa. Awalnya ia berpikir untuk memaafkan apa yang terjadi, namun setelah merenggut mahkota miliknya oleh Langit membuat Naqila begitu benci. Di luar masih sangat pekat. Langit masih membisu sambil menunduk. Ia menyadari hal ini adalah sebuah ketidak sengajaan. Mereka sama-sama dalam keadaan yang tidak sadar, mabuk dan dipengaruhi oleh obat laknat itu. Langit ingin sekali menjelaskan, tapi ia takut Naqi menganggapnya hanya ingin membela diri. Sungguh tak setitik pun Langit ingin merenggut kesucian yang seharusnya milik suami wanita ini kelak.

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang