Part 18

2.8K 224 3
                                    

ini nggak pake revisi lagi, maapin yak kalau masih banyak typonyaaa



____

"Sepertinya Naqi melihat sesuatu yang memancing rasa traumanya." Hana menyeduhkan teh dalam gelas. Ia memandangi Kila yang sedang melihat dekorasi rumah Naqi yang bagus. "Ku kira dia sudah sembuh."

"Dia belum sepenuhnya sembuh." Kila yang menjawab.

"Padahal aku ingin sekali bercerita banyak. Bertanya kenapa bisa Naqi menikah dengan kak Langit."

"Apa dia sudah berubah? Aku juga penasaran. Mendadak Naqi menelpon di saat aku sedang akan melakukan operasi dan mengatakan bahwa ia akan menikah. Gila saja, kaget banget aku. Mana jauh lagi dari kampung ke Jakarta."

"Aku apalagi, Kila. Baru aja aku temenin Naqi jalan dan makan siang, eh besoknya dia bilang akan menikah. Dengan Kak Langit lagi."

"Tapi kan kau bisa datang pas acara." Kila mengunyah kue kering di tangan. Hana hanya mengangkat bahu acuh. Naqi sedang istirahat di kamarnya. Di paksa untuk tiduran sejenak karena kondisinya yang kacau. "Apa kita harus kasi tahu kak Langit ya?" Hana berujar lirih. Ia mengangkat nampan berisi air teh, ingin menuju ke kamar Naqi.

"Sebenarnya sih harus. Emangnya Kak Langit udah berubah ya? Aku masih takut jika bertemu dengannya, dia kan paling seram waktu kuliah. Apalagi sifatnya yang jelek. Aku kasihan dengan Naqi."

Kila dan Hana keluar dari dapur, saat akan menuju tangga, sebuah suara membuat Hana dan Kila terperanjat.

BUKK!!!

"Akkhh!!! Sakit!!!"

"NAQILA??!!" Hana dan Kila berbarengan, nampan yang ada di tangan Hana bahkan sudah terjatuh dan gelasnya pecah di lantai. Mereka berdua segera berlari ke arah tangga. Mendapati Naqi sedang meringis sakit memegangi perutnya karena jatuh. Naqi tadi hendak turun menemui kedua sahabatnya, rasanya tidak enak meninggalkan mereka padahal ia hanya teringat akan traumanya sebentar. Walau dengan tubuh yang masih belum stabil dan oleng, Naqi turun dan saat itu lah ia tak seimbang. Naqi terpeleset dan mengelinding jatuh dari tangga. Untungnya tidak terlalu jauh. Namun hal itu mampu membuat wanita ini kesakitan. Apalagi di bagian perutnya. "Hana!! Naqi pendarahan!"

"Astagfirullah!! Cepat kita ke rumah sakit, Kila."

"Aku akan menelpon kak Langit."

Hana memberikan penanganan pertama, ia juga memapah Naqi dibantu oleh Kila untuk membawa wanita ini ke rumah sakit. Naqi terus terusan memegangi perutnya dan meringis kesakitan, ia juga menangis karena perih. "Sakit sekali.. perut ku.." Darah sudah membanjiri rok wanita ini. Malam sudah sangat pekat, di bulan Oktober ini musim sudah mulai penghujan. Langit tampak tak bersahabat.

***

"Dimana Naqila? Dimana istri ku sekarang??" Langit tampak kacau. Setelah menerima panggilan dari Kila yang berkata dengan takut-takut. Akhirnya Langit pulang jam itu juga dengan helikopter. Meninggalkan semuanya begitu saja.

"Sedang istirahat. Tapi sepertinya ia sedang dalam keadaan yang tidak baik." Papa yang berkata. Karena di dalam sedang ditemani oleh Mama Dila. Langit akhirnya masuk kedalam ruangan Naqi. Membuat tiga orang perempuan di dalamnya menoleh dan mempersilahkan Langit untuk mendekat. Langit terasa hancur mengetahui berita buruk ini. Ia tergugu, hatinya terlalu sedih dan sakit. Ia menatap wajah Naqi yang masih tertidur. Matanya bengkak, pastilah wanita ini menangis tadi.

"Langit? Istirahat lah dulu, kamu kan baru sampai." Mama Dila menyentuh punggung anak lelakinya. Namun Langit hanya mengeleng dengan wajahnya yang datar. Ia menyentuh tangan Naqi, menciuminya lembut. Ia mengusap wajah istrinya pelan, wanitanya pastilah terluka mendengar kabar ini.

"Mama keluar sebentar ya." Mama Dila akhirnya keluar besama Hana dan Kila. Membiarkan Langit berdua saja dengan istrinya. "Kamu pasti terluka kan?"

Langit menghela nafas pelan. Hatinya ikut perih. "Ternyata bayi kita tak sanggup hidup di dunia ini, Qi." Langit menyentuh perut datar Naqi. Menangis tiada gunanya bagi lelaki ini. Ia harus memberikan semangat untuk Naqi. Entahlah setelah ini wanitanya akan membencinya atau bagaimana, karena pristiwa malam itu ternyata memberikan sebuah kehidupan di dalam rahim Naqila.

Langit masih setia menemani Naqi malam itu. Setelah di kuret karena kandungan Naqi tidak dapat dipertahankan. Naqila akan di rawan beberapa hari di rumah sakit. Untung saja di Kepri ada Bian yang bisa membantu Langit menghendel semua urusan. Tentu saat Langit di hubungi mereka sedang dalam pesta. Bian datang dengan begitu bangga memeluk Langit. Dan Langit langsung bisa membuat Bian kaget setelah mengatakan bahwa ia sudah menikah. Menikah dengan Hafa Naqila.

Sudah pukul 12 malam. Naqi terbangun dan terdiam beberapa menit. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah dan menyadari bahwa sekarang ia sedang berada di rumah sakit.

"Aduh." Kepalanya pusing, Naqi memandangi seorang lelaki yang tertidur di samping kasur pasiennya. Naqi mengigil. Entah mengapa yang ia takuti ada di sini. Dekat dengannya. Naqila otmatis berteriak histeris. Membuat Langit yang tertidur terbangun karena suara istrinya.

"Naqi??"

"AAAaaa!!! Jangan!! Menjauh!!"

"Naqi? Kamu kenapa? Ini aku."

"Tidak!! Aku tidak bersalah!! Ampunn!!!'

Langit kaget menatap wajah istrinya yang tampak ketakutan. Ia mencoba mendekat, membuat Naqi lebih tenang. Langit ingat ini, pernah Naqila berteriak seperti ini lima tahun yang lalu.. yang spontan saja membuat Langit merasa marah pada dirinya. Sebenarnya ada apa dengan Naqilanya?

"Naqi? Tenang.. ini aku Langit.. suami mu."

Naqi menangis, ia mengeleng ketakutan. Di matanya di hadapannya bukan lah Langit. Melainkan sesosok masa lalu yang sudah lama tidak muncul. Dan sekarang datang lagi. Naqi benci ini.

"Langit? Ada apa ini?"

"Nggak tahu, Ma. Tiba-tiba Naqi berteriak."

"Kamu keluar dulu. Biar mama yang urus."

Mau tak mau Langit akhirnya keluar dari ruangan Naqi. Ia menyaksikan Naqi yang sedang menangis dalam pelukan mamanya. Kenapa Naqi ketakutan jika melihat Langit? Apakah sebenarnya Naqi belum bisa memaafkan dirinya? Apakah dirinya begitu membekaskan kebencian di dalam diri Naqila?

Langit mengacak rambutnya asal. Badannya yang lelah dan hatinya yang perih membuat kepalanya bertambah pusing. Langit terduduk dalam kursi tunggu. Menutup mata dengan lengan kanan. Memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi.

Setelah beberapa menit berlalu, Mama Dila keluar setelah membuat Naqi tenang. Ia memandang anak lelakinya kasihan. Mama Dila duduk di samping Langit, dan meneuk pundak anaknya memberi semangat. "Ada yang ingin mama kasi tahu."

Langit masih tetap pada posisinya, "Naqi itu ada trauma. Mama belum tahu cerita masa lalunya seperti apa, sudah kami coba sembuhkan di spikiater. Alhamdulillah Naqi perlahan-lahan berubah dan sudah bisa bersosialisasi. Dia juga sudah bisa traveling sendiri."

"Sejak kapan?"

"Sejak ia kecil sudah memiliki trauma itu. Mama sadar setelah ia besar, saat kamu S2. Sampai sekarang Mama belum tahu ceritanya bagaimana. Tapi ketika ia melihat kekerasan atau menerima kekerasan ia akan seperti itu."

Langit menatap Mamanya dan menghela nafas pelan. Ia baru tahu cerita ini, pantas saja Naqi lima tahun yang lalu terlihat kacau saat menerima kekerasan. Seketika itu juga Langit menunduk dan meratapi kekesalannya. Karena sejak dulu dirinya selalu mendatangkan kesedihan untuk Naqi. Ia membully wanita ini, membuatnya sedih, menfitnah Naqi, apalagi yang bisa Langit lakukan untuk membuat Naqi memaafkannya? Mamanya pasti tahu hubungan Langit dan Naqi karena masalah fitnah besar yang tercipta karena Langit. Masalah Pak Fathur dan Naqila waktu itu. Mungkin karena itu pula Mamanya tidak mau memperkenalkan dirinya dengan Naqila. Karena Langit adalah bajingan sialan.



TBC~

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang