Part 17

2.9K 208 1
                                    

Ih!! nggak tega cuman kasi satu part doang... ya wes lah ini aku kasi lagi sebagai penutup..



___

Tringgg... tringgg...

"Kak.. Kak.. itu ada yang nelfon."

Langit dengan malas melepas pelukannya pada Naqi. Ia meraih ponsel dan mengangkatnya seperti biasa.

"..."

"Sekarang?"

"..."

"Oke baik, aku segera ke sana."

"..."

"Agkh!! Kenapa bisa begitu?"

Langit langsung turun dari ranjangnya dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Sudah pukul 15.00 dan dirinya di haruskan untuk bergegas. "Mau kemana kak?"

Langit menatap istrinya yang masih duduk di atas kasur. Walaupun ia tadi mencuci muka asal-asalan saja agar lebih segar. "Aku harus segera berangkat ke Jepang sekarang. Naqi, tolong aku siapkan pakaian ya."

Naqi yang kaget pun langsung mengangguk dan mengambil beberapa pakaian beserta keperluan lainnya, memasukkannya kedalam koper. "Berapa lama kak?"

"Halo?"

"..."

"Waalaikumsalam, Pa."

"..."

"Iya, kami keteteran melihat jadwal Mr. Hayama. Jadi aku akan menuju Jepang untuk mendapat tanda tangannya segera. Kemungkinan sehabis dari Jepang aku akan ke Bali. Ada yang harus aku urus dan mungkin memakan waktu beberapa bulan." Langit melirik Naqi yang juga sedang menatapnya. Ia mengigit bibir sejenak karena merasa tak enak harus meninggalkan Naqi dalam waktu yang lama.

"Aku ingin, Pa. Tapi Naqi akan kesepian di sana jika aku ajak. Papa tahu sendiri kan kantor kita di Bali sedang kritis. Aku bahkan mungkin akan full time di kantor."

"..."

"Waalaikumsalam."

Naqi tak lagi menatap wajah Langit. Ia sedang membereskan pakaian dan keperluan Langit yang lain dan segera menyerahkannya pada lelaki itu. "Maaf ya." Langit memeluk pinggang Naqi dan mendekatkan dirinya pada istrinya tersebut. "Jaga kesehatan di sana ya, Suami." Naqi hanya mampu bersabar. Padahal baru saja ia ingin menjalin sebuah hubungan serius dan tak main-main dengan lelaki ini. Ingin menumbuhkan sesuatu yang mulai tumbuh juga di hati Naqi. "Selesai semua urusan aku akan langsung pulang."

Naqi mengangguk setuju. Ia melepas kepergian Langit di depan pintu karena di sana sudah berdiri asisten pribadi lelaki ini. "Jangan kangen ya."

"Geer!" Naqi mencibir.

Langit tertawa pelan. Ia mencium kening Naqi cukup lama. Menyesapnya dengan penuh kerinduan yang dalam.

Sepertinya aku yang bakal kangen berat.

Langit meringis mengingat ia yang begitu mendamba akan wanita yang belum tau isi hatinya ini. Naqi yang wajahnya sudah memerah itu pun mengambil tangan Langit dan menciumnya hikmat. Berdoa dalam hati agar perjalanan suaminya akan lancar. Sejujurnya Naqi sedikit gelisah. Ia merasa tak rela membiarkan Langit pergi. Ada kesedihan dan kekhawatiran yang aneh dan tak menentu. "Jangan lupa makan."

"Kamu anterin aku ke bandara aja deh."

***

"Dimana.. dimana??"

Naqi kehabisan kata-kata saat lelaki di seberang sana mengucapkan lokasinya sekarang. Mereka sedang video call. Langit yang menelfon dan bilang ingin melihat Naqi yang sedang memasak di dapur, karena Mama Dila dan Papa tidak ada di rumah, jadilan Naqi seorang diri di rumah.

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang