Part 21 - SoM Langit Pov

2.9K 208 3
                                    

Sebelum dipanggil keruangan dokter, aku sempat mengintip Naqi makan disuapi Mama. Ia tampak lesu, sedih wajahnya tak hilang sejak dua hari yang lalu. Sebenarnya hari ini Naqi sudah boleh pulang. Aku hanya ingin mendengarkan penjelasan dokter tentang beberapa hal. Yang mungkin bisa memperbaiki keadaan Naqi yang membuat hati ini terasa lebih baik.

Sudah mulai tinggi matahari beranjak, aku memilih untuk cuti karena Naqi akan pulang kerumah. Aku tahu dirinya sakit dan sedih pasca keguguran. Tapi yang aku takutkan ia membenci diriku karena ada kehidupan di dalam tubuhnya akibat malam laknat itu. Sial! Akan ku cari siapa yang memberikan obat itu kepadanya, dan akan ku masukkan ia kedalam penjara. Aku tak rela Naqi bersedih karena itu.

"Kita tahu sendiri bahwa Ibu Naqila sedang mengalami trauma. Traumanya kambuh karena ada suatu pemicu." Dokter Radna berkata dengan nada pelan.

Ia melanjutkan, "Ibu Naqila selalu bertanya keberadaan Bapak, hanya saja saat anda masuk keruangannya, ia akan berteriak ketakutan. Saya mengira bahwa yang ia takutkan bukan anda tetapi ibu Naqila berhalusinasi bahwa wajah anda berubah menjadi seseorang yang menimbulkan trauma tersebut."

Aku mendengarkan dengan seksama dan mencernanya baik-baik. "Ibu Naqila sudah mulai sembuh pasca operasi kuret, tapi untuk berhubungan suami istri alangkah baiknya bapak menunggu hingga 40 hari, sama seperti masa nifas. Dan untuk memulai kembali program kehamilan, bisa menunggu 2 hingga 3 bulan setelah kuretase. Ada yang ingin ditanyakan lagi?"

"Bagaimana caranya istri saya bisa sembuh dari traumanya?"

"Maaf sebelumnya ya, Bapak. Bukan di bidang saya. Saya rasa bapak bisa berkonsultasi mengenai masalah ini dengan yang lebih ahli dan mulai berbagi cerita dengan ibu Naqila. Mungkin ibu Naqila sendiri butuh teman untuk membagi ceritanya, agar beban masa lalunya lebih ringan."

"Saya bahkan tidak tahu istri saya memiliki trauma."

"Itu lah masalahnya, Pak. Kurangnya komunikasi dan berbagi beban. Ibu Naqila mungkin butuh teman bercerita masalah ini, agar ia merasa ada seseorang yang mendengarkan dirinya."

Langit diam tak tau harus berkata apa. "Jika berlarut itu tidak baik, Pak. Apalagi Ibu dan Bapak pasti ingin menjalani program bayi lagi. Seorang Ibu harus terjaga kondisi spikologisnya, harus merasa aman dan tidak stres, Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia."

Setelahnya, aku membicarakan hal-hal kecil dan beranjak kembali menuju kamar Naqi. Sebelum sampai ke rungan istriku, aku sempat mampir ke kantin rumah sakit untuk membeli minum. Rasanya aku butuh minuman soda yang dingin untuk menyegarkan tubuh dan otak sejenak. Saat membuka lemari es, aku teringat akan sesuatu yang membuat ku mendadak tersenyum tipis. Mengenang lima tahun yang lalu membuat diri ini begitu bahagia.

***

Naqi terbangun dari mimpi buruk. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut. Ketika bangun, Naqi pasti akan merasa kesepian, entahlah hatinya terasa gundah dan itu tampak dari wajahnya. Mungkinkan ia akan mencari ku? Aku intip dia dari pintu kamar pasiennya, dan mendapati Naqi sedang duduk dan mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Ayo.. lihat di meja. Ada sesuatu untuk mu. Aku harap hal ini sedikit membuat mu merasa lebih tenang.

Naqi terpaku saat melihat apa yang telah aku berikan untuknya, hanya sekotak susu coklat dan setangkai mawar merah. Dia tersenyum! YESS!! Ternyata tak sulit membuat wanita ku bahagia. Ia tampak menciumi mawarnya, dan meminum susu kotak yang ku berikan. Tak ada nama di sana, biarlah. Aku hanya ingin membuatnya senang dengan hadiah kecil seperti itu, oleh seserang yang pernah memberinya susu kotak di dalam loker kampus. Apakah ia ingat? Pastilah begitu karena saat ini ia tersenyum.

"Langit? Sedang apa?"

"Eh.. Ma."

Ku pandangi ibu ku yang sedang keheranan menatap anak lelakinya yang senyum tidak jelas di depan kamar rawat istrinya. Anak mu memang sudah gila, Ma. "Apa Naqi sudah mau bertemu dengan mu?"

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang