Part 5

4K 274 6
                                    

maaf banget ya semalam lupa post.. sebagai gantinya hari ini akan ada dua kali post.. selamat membaca



___

Sudah dua hari semenjak gosip Naqi merebak di penjuru negeri. Selama itu pula Langit berusaha mencari tahu siapa yang menyebarkan berita tersebut. Langit sampai tak berani menunjukkan muka di depan Naqila sebab belum mampu membersihkan nama baiknya. Langit sadar dia salah, salah besar malah. Langit yang dengan cepat menyimpulkan apa yang terlihat dan tidak meminta penjelasan dari orang yang bersangkutan.

Tapi dia bersumpah hanya menelpon Bian dan menceritakan apa yang dilihat. Tidak siapapun ada di sana kecuali pengunjung atau seseorang yang kebetulan lewat.

Eh? Kebetulan lewat?

Langit harus ke hotel itu, menanyakan siapa yang pernah menginap di sana di hari yang sama, jika kira-kira orang tersebut ada sangkut pautnya dengan Naqila dan terbukti menyebarkan gosipnya maka akan lelaki itu habisi dia.

Langit segera bangit dari duduknya dan mengambil kunci mobil. Seketika tubuhnya berbalik. Sebuah tamparan keras di terima olehnya.

PLAK!!

"Papa?"

"Sejak kapan kamu belajar menfitnah anak gadis orang, Langit Tsabiru Faturi?"

"Pa, bukan aku."

"Lalu cobalah bela diri mu!"

Langit menelan ludah. Entah sejak kapan Papanya sudah berdiri di dalam apartemennya. Padahal baru saja ia ingin ke hotel itu. Langit menceritakan apa yang sebenarnya pada lelaki di hadapannya. Mencoba pengertian. "Langit serius dan sangat jujur, Pa. Langit memang jahat sama Naqila, Langit menyesal dan ingin minta maaf. Namun sebelum itu Langit ingin membersihkan nama baik gadis itu."

"Papa kira kau sudah berubah."

"Pa.."

"Nyatanya kamu tetap bersikap tak seperti pria."

"Pa.. Plis. Percaya Langit."

Lelaki yang di sebut Papa oleh Langit hanya diam. Menatap tajam ke arah putra satu-satunya. "Kalau boleh, Langit minta tolong sama Papa. Bantu Langit untuk membuktikan bahwa Langit bukan orang yang seperti banci menyebarkan fitnah seperti itu."

"Papa tidak akan bantu. Kamu sendiri yang buktikan dengan kemampuan kamu dan jangan gunakan nama Papa."

Langit menghela nafas. Jika dulu ia akan sangat mudah membentak orang tuannya dan membangkang, situasi saat ini tak memungkinkan untuk itu. Langit ingin berubah. "Baik. Langit akan buktikan kalau bukan Langit yang menyebar berita itu."

Langit keluar dari apartemennya dan meninggalkan Papanya. 10 menit kemudian seorang wanita masuk dan mendekati lelaki paruh baya tadi. "Kita tak bisa memperkenalkan mereka berdua. Akan membuat Naqila menjadi sedih dan tambah menderita. Aku tak menyangka Langit-"

"Bukan anak kita." Lelaki itu berseru memotong pembicaraan istrinya.

"Bukan Langit penyebarnya. Aku sangat sedih sudah menampar Naqila. Ma, kita harus menemui anak gadis itu. Papa akan bersihkan nama baiknya, dan Fathur."

Perempuan yang disebut Mama tadi mengangguk setuju. "Paling tidak dengan kejadian ini, Langit sedikit berubah. Dia ingin membuktikan jika bukan dia yang melakukan penyebaran berita tak benar itu. Naqila yang membuatnya seperti itu, Ma. Naqila kita."

***

Setelah kejadian itu, besoknya mendadak nama Hafa Naqila kembali terkenal. Bukan masalah negatif, namun pembersihan nama baiknnya kembali juga dengan dosennya. Bahkan artikel-artikel beserta beberapa postingan di media sosial tentang Naqi sudah lenyap tak bersisa yang ada hanya prestasi.

Waktu orang tua Langit mendatangi kos gadis tersebut. Mereka berdua mendapati Naqi sedang belajar sambil ngemil kripik kentang kesukaannya, tidak ada tanda-tanda kesedihan. Entahlah gadis itu pandai untuk menutupinya. Entah benar-benar ia lupakan atau hanya sekedar ia simpan.

Gadis itu hanya bilang. "Nanti, sebulan dua bulan juga orang pada lupa, santai aja Ma.. Pa.. yang pentingkan Naqi nggak kek gitu."

Mama Dila menangis sambil memeluk Naqi. "Ada Allah. Naqi cuman peduli sama perasaan Mama dan Papa. Dan alhamdulillah Mama dan Papa udah nggak salah paham lagi. Semua urusan beres kalau gitu. Pak Fathur juga cuek aja."

Naqi terkekeh. "Pak Fathur bahkan mendadak terkenal karena Papa bersihin nama baiknya. Jadi dosen selebriti, udah banyak fansnya dari seluruh negeri. Bahkan Naqi baru tahu dari IG kalau Pak Fathur itu dulu pernah jadi Presiden Mahasiswa."

"Maafin Papa, Qi." Papa tambah iba. Anak gadisnya tampak ceria seperti biasa di hadapannya. Ia hanya menghapus artikel tak benar itu saja dari internet. Selebihnya Langit yang lakukan. Lelaki itu bergerak cepat juga.

"Naqi yang minta maaf karena buat Papa dan Mama khawatir dan kecewa. Insyaallah, kedepannya Naqi bakal banggain Papa. Oh! Iya satu lagi. Jangan gunain lagi kekuasaan Papa untuk kepentingan Naqi ya. Naqi nggak mau jadi manja gara-gara di urusin begituan sama Papa."

Papa hanya tersenyum. Mengangguk setuju.

***

Dua minggu pun berlalu.

Langit tak tampak lagi di hadapan Naqi. Gadis itu pun merasa aneh. Kadang kala di luar dari kebiasaan itu membutuhkan penyesuaian baru. Termasuk sekotak susu coklat yang selalu ada setiap pagi di lokernya. Siapa yang mengiriminya susu ini?

Naqi mulai penasaran dan bertanya-tanya.

"Qi."

"Hai, Hana."

"Kamu udah denger beritanya belum?"

"Yang mana satu? Aksi kemarin?"

"Bukan Aksi. Tapi Kak Langit." Naqi mengeleng. "Itu Gosip bukan berita."

"Ck, semua orang udah pada tahu. Bukan Kak Langit yang nyebarin beritanya. Tapi salah satu mahasiswa di sini. Kak Langit awalnya nggak mau nyebutin nama orang itu. Tapi akhirnya ketahuan juga."

Naqi memandangi temannya serius. "Kamu serius bukan Kak Langit?"

"Seriusan, seakarang anaknya lagi di proses sama dekan kampus. Bisa-bisa di DO."

"Hafa Naqila."

Bukan. Itu bukan panggilan dari Hana atau siapapun. Naqi bahkan harus menoleh demi memandangi dan memastikan bahwa nada suara lemah dan penuh penyesalah itu milik lelaki yang selama ini ingin sekali ia hindari namun mendadak ia pertanyakan kehadirannya selama dua minggu ini. Dada Naqi berdegup kencang. Ia menarik Hana untuk menghindari lelaki tersebut. Ia belum ingin bertemu. Ia tak sanggub. Mengabaikan panggilan Langit berkali-kali dengan nada teriak..

"Qi? Bentar! Kila telpon nih. Kamu sih pake acara lari dari kak Langit."

Naqi diam di ujung anak tangga. Mereka hampir sampai ke rooftop kampus. Setelah menunggu Hana selesai telponan dengan Kila bahwa Kila minta di jemput karena ban motornya bocor. Hana pamit untuk menjemput Kila sedangkan Naqila akhirnya memilih menunggu mereka berdua sendirian di atas. Ia juga ingin cepat-cepat menjauh dari Langit saat ini. Pikirannya kacau.

TBC~


Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang