Part 12

3.7K 238 10
                                    

Aku post 3 berturut-turut nih... Pekanbaru lagi hujan, enak tiduran sambil selimutan nyambil baca ya kan???


___

"Ada apa ini?" Langit kebinggungan melihat wajah Mamanya.

Langit masih sempat menoleh kearah Naqila yang ternyata terbelalak melihat semuanya. Ia menduga wanita ini pasti kaget melihat dekorasi rumahnya.

"Ma? Katakan ada apa?" Fokusnya pada kekacauan yang terlihat.

"Mereka.. mereka bilang pengantin perempuannya lari dari malam tadi."

Bagai petir hebat. Langit kaget setengah mati. Ia menatap calon mertuanya untuk meminta kepastian. "Anak ku ternyata tak ingin di jodohkan dan memilih lari dari rumah malam tadi bersama kekasihnya. Kami minta maaf Langit. Maafkan ibu ya? Kamu masih mau memaafkan keluarga kami kan? Ibu dan ayah sangat marah dan menyesal tapi sudah kami cari kemana pun, dia masih tidak ditemui." Perempuan seusia mama Langit itu ikut menangis. Sedang Langit masih terdiam. Mencerna baik-baik apa yang terjadi.

Seketika itu juga, Naqi yang shok awalnya akhirnya ikut menangis. "Mama? Ini mama kan?"

Perempuan yang memeluk Langit menoleh ketika dirasa mengenal suara itu. Matanya membulat seketika. Ia menyentuh wajah Naqi dan menariknya segera dalam pelukan. "Naqi? Sayang? Bagaimana bisa kamu ada di sini subuh-subuh begini??"

"Ceritanya panjang, Ma." Naqi ikut menangis.

"Maafin mama ya, seharusnya hari ini adalah hari bahagia bagi mu karena mama akan memperkenalkan mu dengan keluarga besar mama dan terutama kakak kamu. Langit. "

"Kami.. sudah.." Naqi tak sanggub berujar.

Mereka memeluk beberapa saat. Hingga setelahnya, Mama Dila melepas pelukan itu dan menyentuh bahu Naqi begitu intens. Matanya menatap anak gadis angkatnya penuh sayang.

"Naqi? Kamu mau bantuin mama?"

"Apa ma? Apapun akan aku lakukan demi mama."

"Menikahlah dengan Langit ya sayang? Agar muka keluarga ini selamat."

"Ma?"

"Tolong mama, sayang. Menikahlah dengan Kakak mu Langit. Dan berbahagialah dalam keluarga ini." Naqila menangis dalam pelukan wanita kesayangannya. Dan tak menyadari betapa kagetnya Langit mendengar permintaan itu.

***

Begitu cepat.

Sejuknya subuh pun ikut menyejukkan jiwa. Setelah sholat subuh berjamaah, Langit pun akhirnya mengucapkan ijab qabul dengan nama wanita lain di mesjid dekat rumahnya. Semuanya begitu lancar, khusyuk dan hikmat. Langit sah memperistri Hafa Naqila. Setelah begitu banyak masalah yang mereka lalui dan ketidak harmonisan hubungan mereka sejak lama.

Langit tak mampu menyela mamanya, dan sesuatu yang ingin ia sampaikan pun menjadi pupus setelah niatnya membatalkan pernikahannya dengan gadis yang di jodohkan dengannya dan menikah dengan Naqi. Gadis itu lari dengan kekasihnya malam tadi. Tak tahan dengan sifat cuek dan dingin Langit kepadanya. Tanpa ia pinta, Langit menikah dengan Naqi yang ternyata adalah anak angkat mamanya. Tanpa sepengetahuannya selama ini.

Setelah subuh itu, Langit akhirnya pulang dan masuk ke kamar pengantin di mana terdapat istrinya di sana. Hafa Naqila. Perempuan yang telah mencuri hatinya dengan begitu tega. Kemudian membuatnya seperti bajingan sampah. Tampak bodoh.

"Assalamualaikum"

Salam itu dijawab pelan oleh Naqi. Langit terdiam diambang pintu saat retinanya menangkap sosok wanita cantik berbalut kebaya putih. Wanita itu menunduk.

"Aku ingin bicara." Langit berujar dan Naqi hanya mengangguk.

"Aku sungguh minta maaf pada mu. Terserah kamu mau memaafkan aku atau tidak tapi yang aku ketahui adalah kita sudah sah menjadi suami istri, Naqi."

Gadis itu tampak menangis pelan. "Aku ingin penjelasan tentang kamu dan mama. Tapi itu bisa nanti-nanti."

Suara Langit memelan. "Hafa Naqila. Kamu istri ku sekarang dan aku adalah suami mu. Terlepas masa lalu ku yang buruk terhadap mu aku benar-benar minta maaf. Juga malam itu."
Wanita itu masih setia terisak.

"Malam itu ak mengikuti mu, hampir saja tertabrak oleh mobil ku. Karena aku kaget melihat mu dan untuk memastikannya, aku mengikuti mu hingga ke dalam klup."

Langit akhirnya menceritakan yang sebenarnya pada Naqi tanpa cela dan tanpa bumbu tambahan. Membuat perempuan itu tambah menangis sesegukan. Ia menyesal telah menuduh Langit memanfaatkan keadaan.

"Andikan saja malam itu aku tidak mengikuti mu, mungkin kejadian malam itu tidak akan terjadi. Aku minta maaf, Naqi."

"Seandainya kak Langit tidak ada, mungkin aku sudah diperkosa orang-orang bejat itu." Langit menunduk. Benar nasehat ustaz yang ikut menjadi saksi ijab qabulnya di mesjid. Bahwa kunci sebuah komitmen adalah komunikasi yang baik.

Langit ingin sekali memeluk wanita ini. Tapi dirinya ragu, takut Naqi menolak. Tapi juga tak tega. Dengan segenap keberanian akhirnya Langit mendekat, "apa aku boleh memeluk mu?"
Naqi yang masih menangis mengangguk pelan hingga terasalah sebuah pelukan hangat mirip subuh tadi saat mereka masih di hotel. Namun kali ini pelukan itu terasa lebih nyaman dan aman, Naqi merasa betah. "Aku minta maaf, kak." Ujarnya dan semakin kencanglah tangisannya dalam kamar Langit. "Aku yang minta maaf, atas dosa-dosa ku lima tahun silam." Langit erat memeluk istrinya. Jiwanya tenang, begitu haru dan penuh kebahagiaan.

Tapi Langit masih malu dan takut untuk menyatakan perasaannya. Ia ingin menunggu, waktu yang tepat dimana Naqi juga akan ikut mengatakan bahwa wanita itu mencintainya segenap jiwa.

Sehabis pengakuan mengenai malam itu, Langit dan Naqi di panggil untuk segera bersiap karena acara resepsi juga akan dilakukan hari ini. Biarlah orang-orang merasa keheranan dengan nama pengantin wanitanya yang mendadak berubah. Langit begitu lega karena ia menikahi wanita ini. Jika saja malam itu menghasilkan sebuah kehidupan nantinya, maka Naqi tidak akan dihina. Walaupun dibenaknya Langit berharap bahwa tidak akan ada kehidupan yang tumbuh karena itu di luar pernikahan. 


TBC~

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang