Part 20

2.7K 193 3
                                    

Maaf.. Maaf... Maaf.... *cengir

Aku bakal post 4 sekaligus... nah puas kan??? Tapi maapin kalau banyak typonya yak heheheheheheheheh... selamat menikmati.. ^^

___

"Sudah tidur?"

"Baru saja." Mama Dila tersenyum memandangi anaknya yang baru pulang dari kantor jam 10 malam ini. "Istirahat lah." Langit yang mendengar perintah itu menggeleng, "Mama yang istirahat karena menjaga Naqi seharian ini, sekarang giliran ku. Terimakasih ya, Ma."

"Naqi kan juga anak Mama. Kamu juga harus ganti baju, lihat ini.. pasti kehujanan kan?"

"Aku bawa baju kok. Di luar sedang hujan, Mama pulang bareng Joni saja ya. Dia sudah menunggu di bawah."

Langit mengantikan Mama Dila menemani Naqi. Ia duduk di samping istrinya, menatap dengan penuh rindu dan hampa. Langit berpikir keras bagaimana agar Naqi bisa sembuh dan mau berbagi cerita.

Lelaki itu kembali menyentuh perut datar Naqila. Mengusapnya penuh sayang dan kelembutan, akankah malaikan kecil mereka akan benar-benar hadir di pernikahan ini? Langit tersenyum. Mengingat betapa bahagianya ia jika Naqi sudi untuk melahirkan jagoan dan atau putri manis untuknya -yang brengsek ini-. Memiliki anak bagi lelaki adalah suau kebanggaan, bukti bahwa ia adalah seorang yang perkasa.

Alahh, bagaimana ia bisa memiliki anak dalam pernikahan yang seperti ini. Langit bahkan diam-diam merasa bahwa Naqi masih membencinya karena masa lalu mereka. Atau jangan-jangan karena dirinyalah Naqi memiliki trauma ini? kalau benar hal itu maka Langit akan membenci dirnya seumur hidup, dan tak akan memaafkan dirinya sendiri akibat itu.

"Semoga pelangi akan muncul setelah hujan lebat." Langit menatap jendela kamar inap Naqi.

Setiap harapan yang Langit tuturkan selalu mengusik hatinya sendiri. Perih dan pedih. Ia berharap, mereka dapat melalui semua ini dengan baik dan sabar. Langit mengenggam jemari Naqi dan menciumnya, ia memandangi wajah istrinya syahdu untuk mengenang masa-masa indahnya bersama Naqi.

Masa indah? yang mana bisa kau sebut indah? semua yang kau lakukan adalah kenangan buruk untuk Naqi.. eh, tapi ada juga yang tidak.. sesekali aku juga melihat Naqi tersenyum, bukankah senyuman artinya kebahagiaan? Wajahnya memerah karena malu.. mengulum bibir karena tak tahu ingin berkata apa.. bukankah Naqi bertingkah seperti itu terhadapku kadang kala? Itu sungguh membuat ku bahagia..

Terutama malam pertama mereka setelah menikah. Ia terkekeh jika mengingat hal itu. Malam dengan hujan pertama setelah Langit menyebut nama Hafa Naqila dalam ijab qabulnya.

Karena setelah ijab kabul seusai sholat subuh di masjid dekat rumahnya. Mereka akhirnya resepsi pagi hari, Hana datang untuk membantu walau awalnya ia kaget setengah mati hingga pertanyaannya tak mampu lagi Naqila jawab. "Kenapa mendadak kasi tahunya, Hafa Naqila sayang kuuuu??!!".

Sedangkan Kila datang setelah acara selesai karena ia berangkat dari kampung. Ia juga mengomel sepanjang rel kereta api. Naqi hanya tersenyum sembari menanggapi kedua sahabatnya ini. Mereka juga kesal karena awalnya Naqila memberi tahu bahwa ia akan mengalami hari paling penting karena akan dikenalkan ke keluarga diacara nikahan Kakak angkatnya –alias Langit-. Bukannya malah dia yang menikah. "Jadi kan aku nggak ada siapin kado." Begitu sekiranya alasan Hana dan Kila yang paling membuat kesal.

Karena kedua sahabatnya itu pun Langit dan Naqi tidak dapat berduaan. Langit sibuk bersama Papa dan beberapa Pamannya yag datang. Mengobrol banyak hal dan memberi wejangan. Mereka sengaja membuat kedua pengantin berjauhan setelah menikah, "Supaya kangennya lebih poll pas malemnya," itu yang diucapkan Mama Dila sembari terkekeh geli saat berbisik kearah Langit. Langit mengeram. Malu lebih tepatnya.

Sister Of Mistress (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang