Epilog.
Libra POV :
Jika ada predikat wanita terbahagia, mungkin aku mendapatkannya saat ini. Setiap malam aku masih sering bertanya pada diriku sendiri apakah ini mimpi atau bukan. Bagiku ini adalah sebuah keajaiban.
"Sayang buruan, aku lapar," Aku yang sedang memilih buku di toko buku berbalik saat mendengar suara seseorang.
"Iya, ini tinggal bayar kok." jawabku. Laki-laki itu tersenyum sumringah mendengar jawabanku.
"Sini, biar aku yang bayar." laki-laki itu mengambil buku-buku dari tanganku dan berjalan menuju kasir.
"Gak usah, aku bayar sendiri aja." tolakku.
"Udah gakpapa, itung-itung latihan buat nafkahin calon istri."
"Apaan sih, gak usah gombal." Diam-diam aku tersenyum saat mendengar jawabannya.
Selesai membayar buku, kami pergi ke sebuah restoran untuk makan. Setelah memesan kami duduk di kursi yang trlah disediakan.
"Belum terlalu sore, gimana kalau habis ini kita ke makam dulu?"
"Boleh," jawabku.
***
Kami pergi ke makam setelah sebelumnya membeli beberapa tangkai bunga. Satu untuk mama, satu untuk mama Leo, satu lagi untuk Andi.Tiba-tiba aku teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian saat di rumah sakit yang pernah Leo ceritakan. Cerita yang tak akan pernah aku lupakan.
*Beberapa tahun yang lalu
Author POV :
Leo duduk di ruang tunggu rumah sakit sambil menggenggam sebuah jepit pita bermotif garis-garis hitam putih. Keadaan Libra semakin memburuk, ia harus melakukan sesuatu. Tinggal menunggu beberapa menit lagi hingga akhirnya operasi pendonoran itu dilakukan.
"Ingin kopi?" tiba-tiba seseorang muncul di sampingnya.
"Tidak." tolaknya pada Andi yang kini duduk disampingnya.
"Biar gue yang ngelakuin."
"Ngelakuin apa?"
"Pendonoran itu."
"Dari mana lo tahu soal pendonoran?" tanya Leo terkejut.
"Lo gak perlu tahu. Gue cuma mau bilang biar gue aja yang donorin."
"Gak, gue bahkan udah cek kesehatan buat donorin."
"Masalah itu gampang, gue juga udah."
"Operasinya tinggal beberapa menit."
"Memang. Tapi itu buat gue, bukan buat lo."
"Maksud lo apa sih?"
"Denger, Libra butuh lo buat hidup. Lo itu sumber kebahagiaannya. Biarin gue donorin jantung gue dan dia bisa hidup lagi. Gue pengen dia bahagia, dan kebahagiaannya ada di lo. Tapi gue mohon, lo jangan kasih tahu siapapun. Buat fakta bahwa lo pendonornya. Lo pergi jauh selama beberapa lama. Gue juga bakal bilang kalau keluarga gue pindah ke luar negeri. Di saat yang tepat, lo kembali dan jelasin semuanya ke dia. Kenapa? Karena dengan cara seperti ini dia akan makin cinta sama lo dan lupain kesalahan yang pernah lo buat."
"Ndi,"
"Please, gue cinta sama dia, ini satu-satunya cara yang bisa gue lakuin buat nunjukin rasa cinta gue."
Tiba-tiba Andi berdiri, "Semoga kalian bahagia."
Setelah itu Andi pergi dan itu adalah terakhir kalinya Leo melihat Andi untuk selamanya.
*Kembali saat ini
Setetes air mata terjatuh dari pipi Libra.
"Aku kangen Andi." Leo yang melihatnya tersenyum sendu dan mengusap kepalanya."Gak boleh nangis, Andi pasti udah bahagia di sana. Dia pengen kamu itu bahagia, kalau kamu sedih Andi juga bakal sedih." Libra hanya mengangguk saat Leo memeluknya.
Setelah beberapa saat Libra mulai tenang.
"Sayang,"
"Hm," jawab Libra singkat saat Leo memanggilnya. Libra menyenderkan kepalanya di dada Leo.
"Nikah yuk!"
Libra terkejut dan seketika melihat ke sekeliling.
"IIIHH KAMU KOK GAK ADA ROMANTIS-ROMANTISNYA SIH, MASA NGELAMAR CEWEK DI KUBURAN!" Libra memukul lengan Leo.
"Ya kan aku udah gak sabar."
"Gak mau tau, pokoknya lamarannya harus diulang." tegas Libra.
Satu minggu kemudian, Leo melamar Libra di taman yang pernah mereka kunjungi beberapa tahun lalu.
Tamat
Akhirnya bisa juga nulis epilog, maaf kalau agak pendek.
Ngerasa bersalah banget karena gak pernah update cerita:(((Terima kasih banget buat para readers yang udah baca cerita aku yang masih banyak banget kekurangan.
I love you more than 3000So, pada setuju kalau aku buat sekuel cerita ini?
Jangan lupa vote dan comment dan follow akun wattpad aku.
Happy reading all❤

KAMU SEDANG MEMBACA
LIBRA & LEO✔
Teen Fiction(END/REVISI) Saat penghinaan datang, jiwa penderitaan yang terkekang akan memberontak untuk keluar. Semuanya telah diputuskan. Harus ada darah yang berkorban demi sebuah penyesalan. . . . . . . . . . . Tentang gadis rapuh yang berkamuflase di balik...