15. -Wekeend 2-

52 20 0
                                    

Disinilah Tiana, di kamarnya. Dia sedang terkapar di kasur empuknya. Dia lelah, lebih tepatnya sedang marah dan sangat malu akan kejadian tadi saat bersama Dion yang membuatnya kesal. Ia pun menutup wajahnya dengan telapak tangannya dalam waktu yang lama.

Flashback On.

Dion tertawa cekikikan ketika melihat Tiana menutup matanya. Tiana yang bingung,

Dion kenawhy?

Tiana yang menyadari langsung tersadar dan melotot tajam ke arah Dion yang sudah bersikap datar dan dingin.

Lagi-lagi Dion kelepasan. Sudah keberapa kalinya ia seperti ini? Apa jangan-jangan ia sudah di rasuki setan dari pengabdi setan? Tapi ia tidak mengabdi setan, ia mengabdi ke yang di atas.

"Bangke." umpat Tiana menjauh dari tembok

"Lo mau cium?." tanya Dion datar.

"Ngak, jijih Gue." jawab Tiana singkat.

"Yaudah sama."-Dion

"Ck! Udah sana keluar!!." pekik Tiana membuat Dion meringis.

Tiana mendorong punggung tegap milik Dion, Dion hanya berlaku biasa diperlakukan seperti itu. Tiana mendorong pintu saat Dion sudah berada di luar kamarnya.

Dion berjalan ke arah kamarnya dan tersenyum kecil.

Flashback Off.

"Akuu...lelah... Aku sungguh lelah. Adakah cahaya menerangiku?... Kala ku lintasi jalan tanpa dirimu.. Adakah sang malam mengasihiku? Kan ku peluk dia dengan segala cemasku." Tiana bernyanyi dengan menghayati.

Melepaskan seluruh rasanya untuk di keluarkan bersamaan dengan nada yang dilantunkan olehnya

Ia pandai bernyanyi dan suaranya juga merdu, jadi tak heran jika dia sering memutar lagu yang berada di daftar musiknya dan mengikuti lirik serta nadanya.

Kadang nyanyi india.

Humko hami se curallo~

Terus nyanyi korea

Napitanumma~

Terus dangdut

Satu kali kau salah melangkah bibir mulai berdusta~

Tok!!! Tok!! Tok!!

Suara ketukan pintu membuat Tiana mendengus sebal. "Paansi?!." Tiana mendudukkan dirinya.

"Jalan-jalan." balas Dion.

Ngomong apa tanya bang? Permen jadinya.

"Ah. Jadi badmood."

"Gara-gara tadi?." Dion menampilkan smirknya.

"Tau deh, sebel jadinya."

"Bentar lagi juga suka." Dion menjawab dengan tenang.

"Ha?! Kagak salah denger gue?!!! Gue suka sama lo?! Najisun di barisan PERTAMA!." tekan Tiana pada kata 'pertama'. Dion hanya menampilkan smirk.

Heran gitu, smirk mulu.

Mungkin inilah tanda-tanda bahwa upin-ipin akan lulus dari sekolah tk ƪ(˘⌣˘)ʃ

Tiana berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan mukanya. Tak berselang lama, Tiana keluar dari dalam kamar mandi dan tengah mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang seperti nya khusus untuk muka.

Dion mengernyitkan dahinya bingung. "Jadi?." sahutnya memastikan.

Tiana menduduki kursi yang berada yang berada di depan meja riasnya dan berbalik untuk menengok lawan bicaranya itu. "Ya jadilah!."

My Love [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang