Part 8

96 56 65
                                    

"Jangan takut akan rasa yang datang mendadak. Rasa itu adalah anugerah dari tuhan yang tidak boleh disia-siakan. Rasa cinta, rasa kasih, rasa suka. rasa sayang, atau rasa rindu? Nikmatilah dengan cara kalian menyikapinya dengan bijaksana."
-Dengan caraku.

Hari ini adalah hari terbebas milan, karena hari ini tidak ada jam nya Bu.Ningrum. Alias gak ada pelajaran matematika. Milan pun menikmati waktu istirahatnya bersama sahabat-sahabat nya yaitu zoya dan gita dikantin. Tapi milan agak sedikit bete karena pacarnya tidak masuk sekolah hari ini, karena ada pertandingan basket.

Namun tak diduga Kenan menghampiri milan yang sedang asik bersenda gurau dengan kedua sahabat nya. Kedatangan Kenan tak dihiraukan oleh milan.

“Milan ikut saya keperpustakaan” ujar Kenan dengan muka datar.

“Ngapain? Males ah” jawab milan.

“Kalau kamu tidak mau ikut. Saya akan bilangin ke bu,ningrum” Kenan mengancam, hingga membuat milan marah.

Dan milan langsung berdiri dari duduknya serta menggebrak meja kantin. Orang-orang yang berada dikantin jadi memperhatikan milan dan Kenan.

BRAKKK!!!!! Suara gebrakan meja kencang. Para siswa yang berada disekitar tak luput memperhatikan pertengkaran antara milan dan Kenan.

“Emang lo pikir gua takut!!! Pengecut lo berani nya aduan. Sedikit-sedikit Bu.Ningrum” emosi milan tak terkendalikan
Zoya dan gita melihat milan seperti itu sampai kaget. Karena milan tidak pernah seemosional tadi.

“Milan sabar, ini kan emang tugas dari Bu.Ningrum. dan ini semua demi kebaikan lo juga kan?” ucap zoya untuk sedikit menenangkan milan. Sedangkan, gita memilih diam no comment.

“Iya. Tapi kan zoy…” belum selesai milan ngomong.

Tangan Kenan, menarik tangan milan dengan kuat untuk menuju keperpustakaan. Milan pun meronta untuk bisa lepas dari genggaman tangan Kenan. Namun semakin milan meronta semakin Kenan menggenggam dengan kuat.

Sampai akhirnya mereka  didalam ruang perpustakaan sekolah…

“Udah kali, lepasin tangan gua. Modus lo megang-megang tangan gua” ujar milan, namun Kenan tak menanggapi hal itu.

 Kenan hanya menyuruh milan untuk duduk, karena Kenan harus mencari buku untuk bahan materi yang akan dipelajari milan. Namun, milan tidak mau duduk ia memilih untuk mencari buku sosiologi untuk bahan pelajaran nya minggu depan. Setelah Kenan selesai mencari buku, Kenan kembali. Namun, Kenan bingung karena milan tidak ada ditempat. Kenan pun mencoba mencari milan disekitar ruang perpustakaan.

 Akhirnya, Kenan menemukan milan. Milan sedang kesusahan mengambil buku dirak yang paling atas. Tanpa pikir panjang, Kenan membantu milan mengambil buku itu. Dengan berdiri dekat disamping milan, tangan Kenan dengan mudah meraih buku itu. Milan menoleh kearah wajah Kenan yang tampak cool. Kini wajah milan dan Kenan saling berdekatan, sampai-sampai nafas keduanya saling terasa satu sama lain.

Dag… Dig… Dug… suara detak jantung milan.

Aduh kenapa gua deg-degan ya? Ingat milan lo udah punya nya reno! Ujar milan dalam hati.

“Kalau gak bisa ambil, ya minta tolong. Udah tau lo pendek, masih aja maksain diri” ketus Kenan dengan tangan nya memberi buku yang diincar milan.

“Enak aja! Gua gak pendek tau, rak nya aja yang ketinggian. Tapi ngomong-ngomong makasih ya” ucap milan seraya tangannya menggenggam buku yang tadi ia incar setelah diberikan Kenan.

Kenan hanya diam. Ternyata, masih tau terima kasih… ucap Kenan dalam hati.

Setelah itu, milan dan Kenan melanjutkan untuk langsung pembahasan materi. Kenan menjelaskan dengan santai namun serius. Jadi, milan mudah menangkap pelajaran yang diterangkan Kenan. Milan juga gak ngerti kenapa giliran yang ngajarin Kenan, milan bisa paham materi-materi fisika dan rumus nya.

Dengan carakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang