Tiga

52 8 0
                                    

"Kalo dia nyakitin lo, lo bilang sama gue, Tar. Lo masih punya gue. Lo bisa kapan aja cerita ke gue. Kalo gue bisa bantu, pasti gue bantu. Inget Tar, lo punya gue." -Dio.

.
.
.
.

Tari sudah tiba dirumah menjelang maghrib. Karena, sepulang sekolah Virzha mengajak Tari pergi untuk memperbaiki hubungan mereka yang bermasalah. Memang belakangan ini, hubungan mereka sedikit merenggang.

Lagi - lagi Tari memaafkan Virzha dan entah sampai kapan akan terus seperti itu. Semoga saja Virzha tidak akan mengulanginya lagi.

"Baru pulang, dek?" Bunda datang menghampiri Tari yang baru saja memasuki rumah.

"Iya nih, bun. Maaf ya Tari pulang telat." Mencium tangan bunda dan berjalan menuju kamarnya.

"Langsung mandi, sholat, terus nanti makan, ya? Bunda tunggu," kata bunda berturut - turut.

Tari hanya bergumam dan mulai memasuki kamarnya yang hari ini sangat ia rindukan. Rasanya Tari tidak ingin melakukan hal lainnya selain menuju ranjangnya yang sudah sangat menggoda sejak Tari membuka pintu kamarnya.

Entah, menurut Tari hari ini adalah hari yang cukup melelahkan. Tari mulai merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan mulai mengeluarkan ponselnya.

Tak ada satu pun pesan dari Virzha. Padahal baru saja mereka berdamai. Tari hanya menghela napas. Virzha memang begitu. Selalu semaunya sendiri untuk menghubungi Tari.

'Kling'

Tari membuka ponselnya berharap Virzha yang mengirim pesan untuknya.

Dio.

Satu nama yang terpampang dilayar ponselnya.

'Tar, temenin gue cari buku yuk.'

Tari menghela napas. Dia pikir ini pesan dari Virzha.

'Gue baru balik, Di. Capek banget nih.'

'Bentaran doang Tar. Cari buku doang.'

'Minta temenin Shena aja ya?'

'Shena nggak bisa Tar. Dia ada acara keluarga. Pliis ... Tar:('

Terlihat ada emot sedih di akhir pesan membuat Tari menggidik geli. Dio si Most Wanted se - alay ini ternyata ya? Alay gitu juga banyak fans loh wkwk

'Iyeudah iye. Gue mandi dulu.'

'Oke. Gue otw.'

Tari pun langsung bergegas menuju kamar mandi setelah membaca balasan terakhir dari Dio.

Tak perlu heran mengapa Tari begitu dekat dengan Dio. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Keluarga Tari sudah mengenal baik Dio. Virzha pun tahu persahabatan antara Tari dan Dio yang sudah sangat kental tak dapat terpisahkan.

Sesampainya Dio dirumah Tari, Dio disambut hangat oleh bunda. Dan melihat Tari yang sudah siap. Tari segera berpamitan kepada bunda dan tak lupa mencium tangan bunda diikuti oleh Dio.

Diperjalanan menuju toko buku. Tidak ada yang membuka suara baik Dio maupun Tari selain suara hembusan angin dan ramainya kendaraan yang juga berlalu lalang di jalan.
Tak lama mereka pun sampai di toko buku.

Tari turun dari motor Dio terlebih dahulu dan membuka helm yang singgah di kepalanya.

"Ayo Tar. keburu malem nih," ajak Dio seraya menarik tangan Tari.

"Salah sendiri. Lo mendadak sih bilangnya. Harusnya bilang dari pulang sekolah, kan gue bisa siap - siap, Di."

"Gue tiba - tiba keinget aja gitu kalo besok Felly ulang tahun. Jadi, gue mau beliin dia buku gitu," jelas Dio seraya memilih - milih buku. "Lo kan cewek nih Tar. Menurut lo... Dia suka buku apa, ya?"

"Mm ... Kalo gue pribadi sih suka novel. Tapi gue nggak tau nih kalo Felly. Lagian sih lo aneh. Suka sama dia tapi nggak tau apa kesukaan dia."

Dio menghela napas. "Ya kan gue mencintai dalam diam, Tar."

Tari terkekeh mendengar jawab Dio. "Sok - sok an lo, Di! Tau Felly udah punya doi aja bapernya Subhanallah."

Dio menatap Tari kesal dan kembali memilih - milih buku. "Ya, lagian dia nggak peka sama perasaan gue. Padahal yang mau sama gue tuh ngantri tau, Tar."

"Kepedean banget lo Di." Tari tertawa geli. "Mentang - mentang banyak fansnya. Mereka semua nggak tahu aja gimana sifat lo yang kayak gini. Kalo aja mereka tahu, gue rasa mereka pergi jauh - jauh deh."

Dio hanya menatap tajam ke arah Tari. Tak terima dengan semua perkataan Tari yang menurutnya tidak benar. Jelas saja, Dio ini keren dan siapa sih yang menolak pesona Dio?

"Oh iya Tar, gimana sama Virzha?"

Tawa Tari pun terhenti dan menatap Dio dengan wajah datarnya.

"Nggak gimana - gimana sih. Seperti biasa," jawab Tari dengan cuek. Rasanya malas sekali jika sudah membahas Virzha. Seperti hilang rasa untuk membahas tentang Virzha. Eh, ada apa ini Tari?

Dio menatap Tari serius. "Belakangan ini, gue sering liat lo berantem sama Virzha. Kalian kenapa sih, Tar?" tanya Dio dengan nada khawatir pada Tari.

Tari menundukkan kepalanya. Menatap buku - buku yang tersimpan rapi di rak - rak. "Ya ... Namanya menjalin hubungan dua orang nggak mungkin kan bakal baik - baik terus, Di?"

"Ya, tapi nggak biasanya gitu kalian berantem terus. Ada sesuatu yang lo sembunyiin ya, Tar?" Dio memicingkan matanya menatap curiga pada Tari.

Tari memalingkan wajahnya. "Nggak ada apa - apa kok. Virzha kan emang begitu orangnya. Dan nggak akan pernah berubah, Di."

Dio menatap Tari. "Kalo dia nyakitin lo, lo bilang sama gue, Tar. Lo masih punya gue. Lo bisa kapan aja cerita ke gue. Kalo gue bisa bantu, pasti gue bantu. Inget Tar, lo punya gue," celoteh Dio tanpa henti.

Tari menatap Dio diam. Tak bersuara. Dan tersenyum tipis.

~~~~~

Selamat malaaaaaam^^

Maafkeun ini absurd

Maafkeun ini gak nge feel

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah baca❤️

Semoga suka ya❤️

Ikuti terus Kisah Tari dan Dio yaaa❤️

-Rahmika Anjani-

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang