Dua Belas

27 7 14
                                    

'Kalo jatuh kebelakang, kan sakit. Mending jatuhnya ke pelukan gue aja, bikin nyaman.' - Dio.
.
.
.
Selamat membaca❤️
Semoga suka ya❤️
Mohon maaf apabila typo dimana - mana.
.
.
.

Tari dan Dio berjalan berdampingan, menghampiri motor milik Dio yang sudah terparkir rapi.

“Makasih... Banget ya, Di. Udah ajak gue kesini.” Tari menoleh kearah Dio dan tersenyum manis.

“Sama - sama Tari, harus selalu happy kayak gini, ya?” Dio mengacak rambut Tari dari samping.

Tari yang mendapat perlakuan demikian, hanya menganggukkan kepalanya dan tertawa singkat.

“Btw, boleh kali cemburu lagi...” ucap Dio meledek Tari.

“Ih, apaan sih lo.” Tari membulatkan matanya dan memukul lengan Dio, kesal.

“Serius deh, gue suka liat lo cemburu gitu, jadi, sering - sering aja cemburu kayak gitu, ya?” Dio menghentikan langkahnya dan menghadap kearah Tari.

Tari pun ikut berhenti dan menghadap kearah Dio. “Cemburu apa sih, Di? Kan gue udah bilang nggak ada hak.”

“Yaudah, mulai sekarang lo ada hak buat cemburu, ” ucap Dio asal sambil menatap Tari. Maksudmu apa sih, Di? Mau bikin baper anak orang, ya?

“Iya ada hak. Gue ada banyak sepatu hak tinggi dirumah, barangkali lo mau pinjem,” ucap Tari santai. Tari kembali melangkah, meninggalkan Dio sambil menahan tawa.

“Ye, yakali gue pake sepatu gituan,” ucap Dio sambil berjalan mengimbangi Tari.

“Ya, siapa tahu aja mau pinjem, buat apa gitu. Buat futsal kek, atau buat main basket,” ucap Tari asal, meledek Dio.

“Kalo ngomong emang ya, sembarangan banget.” Dio melirik sinis kearah Tari.

Tari hanya tertawa kecil melihat tingkah Dio.

“Mau pulang, nih?” tanya Dio seraya memakaikan helm ke kepala Tari.

“Iya pulang, emang mau kemana lagi?”

“Ya siapa tau mau makan dulu, gitu. Emang nggak laper?”

“Ya ... Laper, sih,” ucap Tari sambil  meringis.

“Yaudah. Kita makan dulu aja, baru pulang.”

Tari tersenyum kearah Dio. Hatinya merasa berdebar - debar. Siapa sih yang tidak senang diperlakukan seperti itu? Dio manis sekali, ya.

“Ayo, naik,” ajak Dio sambil menolehkan kepalanya.

Tari pun segera mengikuti ajakan Dio. “Udah.”

“Pegangan. Kalo jatuh kebelakang, kan sakit. Mending jatuhnya ke pelukan gue aja, bikin nyaman.” Dio meraih kedua tangan Tari, menggenggamnya singkat, dan melingkarkan kepinggangnya.

Jadi, bagaimana ya perasaan Tari?

***

Ferry:
'Ini bukannya cewe lo, ya?'
*gambar*

Virzha membukanya, memperbesar, dan mengamatinya dalam, tak percaya. Ia terkejut bukan main. Saat seperti ini, masih bisa - bisanya Tari senang dibelakangnya? Sedangkan ia, tersenyum saja terasa sangat hambar untuk dilakukan.

Mata Virzha menyala. Ponselnya ia genggam sangat erat.

“Brengsek!!!”

“Bisa - bisanya dia ketawa - tawa tanpa peduli sedikit pun ke gue?”

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang