Satu

119 15 2
                                    

Semoga suka ya❤️
Selamat membaca❤️
Tarik napas dulu❤️
Jangan lupa napasnya dibuang hehe❤️

.
.
.
.

Pagi ini Tari sudah bersiap untuk pergi ke sekolah dengan motor kesayangannya yang sudah hampir 3 tahun ini menemani. Tutu, ya itulah nama motor Tari yang waktu itu Ayahnya belikan sebagai hadiah di hari ulangtahun Tari.

Tari bersekolah di salahsatu SMA yang berada di Jakarta Selatan. Tidak memakan banyak waktu untuk sampai ke sekolahnya. Hanya membutuhkan kurang lebih 30 menit saja.

Sesampainya disekolah, Tari bergegas menuju tempat parkir untuk memarkirkan motornya disana. Baiklah, mari berkenalan. Dia, Tarissa Kinanti. Sebut saja Tari. Tari adalah Pejuang Tingkat Akhir yang menduduki kelas 12 IPA 2. Tari adalah perempuan yang cukup pintar dan juga periang. Selalu tersenyum walaupun kadang hatinya tak demikian. Disini, Tari memiliki 2 orang sahabat.

Ada Shena Nathaya sebut saja Shena dan si Most Wanted yang memiliki banyak penggemar. Siapa lagi kalau bukan Maldio Ganesha. Panggil saja Dio. Si laki - laki good looking yang terkadang begitu menyebalkan. Tetapi, bagaimanapun juga dia tetap sahabat Tari. Tari begitu menyayanginya, sebagai sahabat ya.

"Tar, tadi lo dicariin sama Virzha," ujar Shena saat Tari baru saja meletakkan tasnya.

"Ada apa?" tanya Tari sambil memeriksa ponselnya. Siapa tahu saja ada pesan dari Virzha yang belum sempat Tari buka.

Nihil. Tak ada satupun pesan yang terpampang di layar ponsel Tari.

"Ya mana gue tahu. Dia cuma dateng terus nyari lo. Eh, terus dia pergi lagi," jelas Shena sambil fokus dengan ponselnya.

Tari memanggut - manggut tanda mengerti. Biarkan saja, toh nanti Virzha akan kembali jika memang itu penting.

Ah, tunggu—Tari belum menceritakan siapa Virzha. Dia, Virzha Matheo. Kekasih Tari. Kelas 12 IPS 1. Sudah satu tahun mereka berpacaran. Virzha si penekad dan keras kepala yang Tari benci suka meledak - meledak. Tetapi, bagaimanapun juga Virzha tetap kekasihnya. Kekasih yang dengan berani menyatakan perasaan secara langsung didepan banyak orang. Oh Tuhan, Tari masih saja tidak menyangka jika Virzha benar - benar kekasihnya.

Tari melihat kearah pintu menemukan Dio datang dengan muka tertekuk dan berjalan dengan gusar kearah kursi nya yang berada tepat disebelah Tari. Ada apa Dio ini?

"Kenapa lo Di? Pagi - pagi udah ditekuk gitu mukanya, " ujar Shena seraya menatap Dio penuh tanya.

"Biasanya pagi - pagi gini seneng, kan dapet say hello dari para fans nya," ledek Tari sambil tertawa memojokkan Dio.

Dio mulai duduk menghadap kearah Tari dan menghela napas. "Lo tau kan Felly anak IPS 2 yang gue taksir?" ucap Dio membantu mengingatkan pikiran Tari.

"Ohh iya, gue ingat. Emangnya kenapa?" tanya Tari mulai serius dan menggeser bangku nya agar lebih dekat dengan Dio.

"Dia udah punya doi dong," ucap Dio sambil menggebrak meja.

Tari dan Shena pun terkejut. Karena setaunya Dio tidak pernah seperti ini. Dio bukan Virzha yang suka meledak - ledak.

"Eh santai aja dong Di, mak—" Belum sempat Tari melanjutkan perkataannya, Virzha datang dan berdiri tepat di depan pintu.

Shena menyenggol lengan Tari. "Doi nyariin tuh, mukanya udah merah mabang gitu. Gercep Tar," ucap Shena tak santai.

Tari datang menghampiri Virzha yang mulai menarik tangannya keluar kelas. Tari mulai menatap Virzha seolah bertanya 'ada apa?'. Tetapi, Virzha tetap diam saja dan menatapnya dengan raut muka yang dingin.

"Ada apa Vir?" tanya Tari, "Tadi kata Shena kamu nyari aku. Kenap—" Belum sempat Tari melanjutkan pertanyaannya, Virzha sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Semalem kemana? Kenapa nggak bales pesan aku? Kenapa nggak angkat telepon aku? Kenapa nomor kamu nggak aktif?" oceh Virzha tanpa henti dan menatap Tari penuh selidik.

Tari menghela napas. Ia sudah tidak harus kaget lagi menanggapi sikap Virzha yang selalu seperti ini kepadanya.

"Vir?" panggilnya dengan nada lembut berharap Virzha melunak, "Bisa kan tanya satu per satu? Aku bingung mau jawab gimana kalo kamu banyak tanya gitu." Tari menatap Virzha sambil menyenderkan kepalanya di pintu kelas.

"Susah kalau harus tanya satu per satu ke kamu. Pelan - pelan nggak mempan, Tar," jelas Virzha yang mulai meninggikan suaranya.

Tari menatap Virzha bingung. Apa - apaan sih Virzha ini? Pagi - pagi seperti ini sudah cari ribut didepan kelas. Tidak tahu malu.

"Vir, hp aku semalem lowbatt. Aku lupa nggak charge hpku." Tari mencoba untuk membela diri tak terima disalahkan begitu dengan Virzha.

"Ya, kamu bisa kan pinjem hp bunda? Kirim pesan ke aku gitu. Bilang hp kamu lowbatt atau gimana kek. Nggak ada usahanya banget!" ledak Virzha lebih tinggi tak terima dengan semua penjelasan Tari.

"Vir, semalem itu aku ketiduran. Aku aja tahu hpku lowbatt kebangun tadi malem, nggak usah kekanakkan, Vir," sindir Tari sambil membuang muka malas menatap Virzha yang selalu seperti ini.

Membesar - besarkan masalah. Laki - laki yang pantas disebut si sumbu pendek. Karena Virzha suka sekali meledak - ledak tak tentu arah.

"Kekanakan kamu bilang? Nganggep aku ada nggak sih, Tar? Kamu selalu kayak gini. Ngaret bales pesan aku. Suka nggak angkat telpon aku. Kenapa sih gitu terus? Kalau udah bosen bilang, Tar. Capek ngadepin kamu yang selalu kayak gini!" bentak Virzha dan pergi meninggalkan Tari sendirian dengan dada menggebu - gebu.

~~~~~

Hai.

Garing ya? Hehe

Absurd kan? Ku tau-_-

Kesel nggak sih kalo punya pacar kayak Virzha? Egois dan mau menang sendiri. Kok bisa ya, Tari pacaran sama Virzha?

Ada yang mau tau gimana kelanjutannya nggak?

Jangan lupa ya setelah baca tinggalkan jejak dengan cara vote dan comment.
Karena keduanya sangat menjadi penyemangat buat aku❤️

-Rahmika Anjani-

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang