Tiga Belas

32 6 2
                                    

'Kasihan nyesek berkepanjangan. Menahan cemburu yang menggebu - gebu.' - Dio.
.
.
.
Selamat membaca ya❤️
Ini bonus part dariku untuk kalian😊
Semoga suka ya❤️
Maaf jika ada typo dimana - mana.
.
.
.

“Tolong jauhin Dio.”

Tari menatap Virzha tak percaya. “Aku nggak bisa jauhin Dio. Dio sahabat aku, Vir.”

Virzha balik menatap Tari tak suka. “Kamu masih ngeberatin Dio? Kamu sadar nggak, sih sama apa yang udah kamu perbuat dibelakang aku? Kamu bohongin aku. Kamu khianatin aku. Kamu jalan sama dia. Bisa - bisanya kamu seneng - seneng sama dia, tanpa mikirin aku sedikit pun. Jadi, sebenernya aku atau dia yang pacar kamu, Tar? Kamu ngerti nggak sih mak—

“Aku mau pulang.” Tari menahan tangisnya.

“Selesein dulu baru pulang. Nggak tanggung jawab banget!” sindir Virzha.

“Aku mau pulang, kamu ngerti nggak, sih?! ” bentak Tari. Tari lelah dengan semuanya. Tari lelah berhadapan dengan Virzha.

“Oke, aku antar kamu pulang.” Akhirnya Virzha melunak.

"Nggak usah. Aku pulang sendiri aja.”

“Aku antar, Tar. Aku yang bawa kamu kesini.” Virzha menggenggam tangan Tari.

“Nggak usah.” Tari melepaskan genggaman tangan Virzha, mulai melangkah pergi.

“Tar? Aku antar!!” teriak Virzha masih berada ditempat pijakannya. Melihat Tari semakin jauh dan makin lama makin menghilang.

Virzha menjambak rambutnya kasar lalu berteriak frustasi. Apa yang sudah ia lakukan kepada Tari? Virzha baru menyadarinya. Ia menyakiti Tari lagi dan lagi. Virzha menyayangi Tari dengan amat sangat. Virzha takut kehilangan Tari.

Kedekatan Tari dan Dio membuat Virzha gelap mata. Membuat Virzha bertindak kasar pada Tari. Virzha menatap tangan nya, ia tak menyangka tangannya sendiri dengan berani menampar pipi Tari.

“Maafin aku, Tar.”

***

Tari sudah sampai beberapa menit setelahnya dan mendapati bunda tak ada dirumah. Mungkin bunda sudah mengirim pesan padanya. Tetapi, ia masih enggan untuk membuka ponselnya. Tari segera menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya.

Tari menatap cermin yang berada tepat dihadapannya. Melihat dari pantulan cermin, ada luka lebam di tulang pipi kirinya. Ia menyentuhnya perlahan dan kembali menitikkan airmatanya.

Tak boleh ada yang tahu perihal luka lebam ini. Tak boleh ada yang tahu jika Virzha yang sudah melukainya seperti ini. Terlebih bunda. Bunda tidak boleh tahu yang sebenarnya. Jadi, bersiaplah memasang topeng keesokan harinya :)

Ia masih tak menyangka Virzha bisa memperlakukan dirinya seperti itu. Virzha sudah berani bersikap kasar pada Tari yang jelas - jelas hanya kekasihnya. Mencaci maki Tari tanpa ada rasa iba sedikitpun. Apa ia tidak menyadari jika sudah menyakiti Tari sedalam ini? Apa ia tak berpikir, ibu nya juga sama - sama wanita seperti Tari. Ia teringat Dio. Mengapa bukan Dio saja yang menjadi kekasihnya?

Apa Virzha akan selamanya seperti ini? Tari khawatir, jika Virzha akan melakukan yang lebih dari ini. Kesalahpahaman saja bisa menampar pipi sampai lebam, begini. Jika kesalahan besar, bagaimana? Author tidak bisa membayangkannya:')

Tari mengusap airmatanya. Tari tidak boleh lemah. Tari tidak boleh sedih. Ingat pesan Dio, bahwa dirinya harus selalu senang. Ah, Tari jadi merindukan Dio. Dio memang memiliki andil besar dalam hidupnya. Walaupun karena Dio juga hubungannya dengan Virzha menjadi salah paham seperti ini. Ini memang salah Tari, sudah membiarkan Dio masuk terlalu dalam.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang