Sembilan

48 6 2
                                    

'Kalo ingkar janji, gue apain?' - Dio.
.
.
.
Selamat membaca❤️
Semoga suka ya❤️
Maaf apabila typo dimana - mana.
.
.
.

Tari sudah sampai didepan rumah Virzha. Dengan siapa lagi Tari pergi kalau bukan bersama Dio. Bisa dibilang Dio adalah loyal driver nya Tari.

Sebelumnya Tari juga sudah menghubungi bunda nya jika mungkin hari ini ia pulang telat. Tari tak ingin membuat bunda nya khawatir. Ya, walaupun Tari bukan tipikal perempuan yang suka berkeliaran kesana - kemari. Tetapi, tetap saja sebuah kabar adalah yang utama.

"Rumahnya sepi gini Di." Tari menoleh kearah Dio.

"Coba dulu ketuk pintunya siapa tau ada orang didalem."

Dio celingak - celinguk mencoba memeriksa apakah ada orang atau tidak.

Tari merasa tangannya keringat dingin. Segrogi itu kah? Dada Tari pun naik turun tak karuan. Jadi, Tari deg - deg an ya?

Tari mulai mengetukkan pintu dan mengucapkan salam.

Tidak ada jawaban.

Tari mencoba berulang kali tetapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam sana.

"Di, kayaknya nggak ada orang deh. Kita pulang aja yuk?" ajak Tari seraya berbalik badan hendak melangkah pergi.

"Ehh, nanti dulu ... Baru juga dateng. Ayo, dicoba lagi mungkin nggak denger." Dio menarik tangan Tari.

Tari menghela napasnya dan menatap Dio. "Oke, coba sekali lagi. Kalo tetep nggak ada jawaban, pulang ya?"

"Iya, iya.. Yaudah dicoba dulu." Posisi Dio berhadapan dengan Tari.

Tari dan Dio bertatapan sejenak. Percayalah, tinggi badan Tari hanya sebatas pundak Dio. Jadi, ini Dio yang memang tinggi atau Tari yang pendek ya? Tetapi, jangan salah perempuan pendek itu imut, katanya. Kayak author:v minta digampar:'v

"Kenapa gue deg - deg an gini sih di deket Dio. Nggak biasanya kayak gini loh," batin Tari sambil masih menatap Dio.

Dio hanya tersenyum sangat manis kearah Tari.

Tari pun kembali mengetuk pintu rumah Virzha. Berharap setelah ini ada orang yang membuka pintu. Berharap jika malah Virzha yang keluar dan menjelaskan ketidakhadirannya di sekolah.

Benar.

Pintu terbuka dan menampilkan Virzha yang berdiri dengan wajah yang dingin dan tatapan tajamnya.

Tari tersenyum dengan mata berbinar melihat Virzha membuka pintu.

Virzha tetap berdiri tak berniat keluar bahkan sekadar menyapa kedatangan Tari dan Dio.

"Vir, kamu baik - baik aja?"

"Baik," jawab Virzha singkat.

Tari tergugah mendengar jawaban Virzha yang sangat singkat hanya membalas dengan senyum tipis. Ada apa sebenarnya?

"Kamu kenapa nggak masuk sekolah? Kan lagi UP."

Virzha diam menatap Tari. "Aku nggakpapa. Kamu nggak perlu khawatir kan aku."

Tari terperanjat mendengar jawaban Virzha. Apa maksud dari jawaban Virzha? Bukankah ini hal yang wajar jika Tari khawatir dengan Virzha. Ya, wajar saja Tari kekasihnya, kan?

"Kok jawaban kamu kayak gitu sih Vir? Ya, jelas aku khawatir sama kamu. Gimanapun juga kamu pacar aku."

Virzha tersenyum miring. Membuang mukanya kesegala arah.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang