Delapan

36 6 2
                                    

'Ayoo, isi perut dulu, Tar. Biar bisa mikir. Biar hafalan nya lancar 4G LTE.' - Shena.
.
.
.
Selamat membaca❤️
Semoga suka ya❤️
.
.
.

Pagi ini Tari sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, sebelum ia berangkat ke sekolah tak lupa ia sarapan pagi terlebih dahulu. Sarapan pagi bersama adalah rutinitas di dalam keluarganya.

"Bunda, ayah.. Tari berangkat dulu ya?"

Tari meraih tasnya dan berjalan menghampiri kursi ayah dan bundanya hendak mencium tangan berpamitan.

"Hati - hati ya sayang? Sekolah yang pintar.."

Ayah mengelus - elus rambut hitam lebat miliknya.

"Kalau pulang sore kabarin bunda ya, dek," kata bunda. Bunda berjalan berdampingan dengan Tari menuju pintu.

Tari menganggukan kepalanya dan tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."

***

Cuaca pagi ini cukup cerah. Matahari yang menghangat tak henti menunjukkan sinarnya. Hari datang silih berganti tak tentu arah. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa jika sebentar lagi Tari akan lulus sekolah. Saat ini adalah hari pertama Tari melaksanakan Ujian Praktik.

Suasana kelas mendadak berisik di pagi hari. Tetapi, berisik nya saat ini tidak seperti biasanya yang mengobrol kesana kemari. Berisik kali ini disebabkan karena siswa - siswi sedang sibuk menghafal materi Ujian Praktik.

Tari sudah terduduk manis disamping Shena dan terlihat mulutnya komat - kamit menghafal materi. Hari ini adalah Ujian Praktik Agama. Jadi, ada beberapa ayat Al Qur'an yang harus dihafal beserta artinya.

"Ck, susah banget dah di hafalnya." Dio berdecak lidah dan menggaruk - garukkan kepalanya tak gatal. Mengeluh sebelum berperang.

Tari menoleh kesamping kanannya, menatap Dio bingung dan mengerutkan keningnya.

"Kenapa Di?"

"Susah banget, nggak hafal - hafal gue Tar. Banyak banget lagi.."

"Pelan - pelan Di, santai. Jangan buru - buru. Lo ambil inti - intinya aja. Jangan di baca semuanya. Atau nggak lo buat artinya versi lu sendiri. Kan mempermudah juga," jelas Tari menasehati Dio.

Dio mengangguk - anggukan kepalanya pertanda mengerti. "Ohhgitu, gue coba ya Tar?"

"Coba aja, Di. Pahami kalimatnya. Kalo lo baca semuanya ya emang panjang dan susah di hafal."

Dio menatap Tari seraya tercengir kikuk. "Makasih Tari, emang ya orang pinter tuh sabeb. Gampang banget cara belajarnya."

"Yeelah, lebay lo. Ayo makanya belajar sama - sama."

"Iya, pokoknya bimbel sama Tari aja deh ya sebelum ujian."

Tari tertawa ringan kearah Dio. "Udah ih, hafalan lagi. Bentar lagi giliran lo, kan?"

"Iya, giliran gue." Dio menatap Shena yang berada tepat disebelah Tari. "Shen?" panggil Dio.

"Lagi serius dia, nggak boleh diganggu," jawab Tari yang tetap fokus kearah bukunya.

"Sok serius dah lo Shen. Gua mau tanya nih.." Dio menatap Shena yang masih terlihat serius dengan hafalannya.

"Shen?"

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang