Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalu lintas sore ini terlihat padat seperti biasa. Jam-jam pulang kerja seperti ini membuat jalanan dipenuhi manusia yang dalam perjalanan menuju rumah. Sehun menginjak pedal remnya ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Pria itu dalam perjalanan ke toko donat milik Irene untuk mengambil barangnya yang katanya tak sengaja terbawa oleh Irene. Mie instan.
Detik lampu merah telah mencapai angka 15 dan saat itu matanya bergulir menatap ke sisi kanan, pandangannya kini tertahan pada muda mudi yang menggunakan seragam SMA tengah menaiki motor. Kedua obsidiannya memicing menatap keduanya, semakin ditatap dia semakin yakin jika ituㅡ
“Al?”
Dilihat dari helm, jaket juga motor yang tengah dinaiki. Tidak salah lagi itu Hyunjin. Sedang membonceng cewek.
“Udah berani bonceng cewek dia...” gerutu Sehun yang teringat akan pesannya yang diabaikan oleh puteranya itu.
Lampu hijau menunjukkan eksistensinya. Perlahan kendaraan mulai bergerak maju. Sehun mengambil jalan lurus sedangkan pengendara motor yang diduga Hyunjin itu belok kanan. Padahal jika searah rencananya Sehun akan membuntuti mereka.
Bapakinisepertitidakpernahmudasaja.
Mobil Sehun telah terparkir rapi di depan toko milik Irene. Pria itu mengayunkan tungkainya mendekat setelah keluar dari mobilnya. Kedatangannya disambut satu sosok cewek yang kemarin-kemarin melayaninya sewaktu beli donat.
“Saya mau ketemu Bu Irene. Ada?”
Cewek berhijab itu menautkan kedua alisnya. “Ada,” jawabnya setengah ragu.
Sementara Sehun menunggu, cewek itu masuk. Tak butuh waktu lama cewek itu kembali dengan seorang wanita dewasa yang berjalan di sampingnya.
“Sehun?”
Sehun melemparkan senyumnya.
“Tunggu bentar!” ucap Irene lantas masuk lagi dan kembali membawa kantung plastik putih yang isinya mie instan milik Sehun, menyerahkannya pada si pemilik.
“Hmm ya. Kurang-kurangin makan makanan instan kayak gitu ya?” balas Irene.
Sehun meringis. Malu mungkin.
“Kasihan anakmu masa dikasih makan mie instan terus...” sambung Irene yang lebih mirip seperti menggerutu.
Samaanaknyakasihan, kalosamaPapanya?
Melihat Sehun yang hanya diam saja membuat Irene merasa tidak enak karena tiba-tiba bersikap seperti itu. “Maaf, Hun.”
“Kok minta maaf?”
“Barusan udah ngomel. Hhh maaf, aku paling nggak bisa kalo liat anak-anak makan makanan yang nggak sehat gitu. Anakku aja kalo bawa jajanan beli sembarangan dipinggir jalan gitu aku marahin...”