Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Mbak Rene tinggal di Surabaya sekarang?”
Tersenyum kemudian mengangguk. Sejak tadi Jisoo tak jemu melontarkan tanya pada Irene. Wanita empat tahun dibawahnya itu masih sama seperti dulu, aktif lidahnya.
Bahkan Jisoo sengaja mengubah duduknya agak menyamping agar lebih bisa mengobrol leluasa dengan Ireneㅡyang kebetulan duduk di jok belakang.
Hanya kedua wanita itu yang sibuk terlibat konversasi, sedang si pria satu-satunyaㅡSehunㅡhanya duduk dengan tenang mengendalikan kemudi seraya menjadi pendengar setia bagi keduanya.
Kereta besi yang tengah dikendarai oleh Sehun telah memasuki gerbang komplek perumahan Irene. Sudah tau dan hafal memang maka dari itu tidak perlu lagi untuk bertanya. Yang membuat Jisoo semakin mengerutkan kening curiga.
Gimanabisa Mas Sehunlangsung tau kalo Mbak Rene tinggaldikompleksini? Perasaantadinggakada nanyadeh...
Tak berselang lama mobil itu berhenti tepat di sebuah hunian minimalis dengan tanaman merambat di area teras. Rumah milik Irene.
“Sehun, Jisoo, terima kasih banyak udah mau ngasih tumpangan. Kalian mau mampir?” vokal Irene mengudara ketika satu tangannya terulur menggapai handle pintu mobil.
“Lain kali aja, Rene. Kamu pasti capek, ini Jisoo juga. Istirahat aja...”
Sementara Jisoo tak menyahut, sibuk menjelajah pandang kearah bangunan lantai dua di sisi kanannya.
“Gitu? Sekali lagi terima kasih. Hati-hati di jalan.”
“Eh Mbak Rene?”
Urung keluar, Irene kembali pada sosok Jisoo yang menolehkan kepalanya kebelakang. “Ya?”
“Kapan-kapan jalan bareng yuk?”
Astaga!
Irene terkekeh pelan. “Ya boleh.”
“Oke, kalau begitu selamat beristirahat...”
Usai menurunkan raga dari kereta besi dengan warna cat hitam itu, sedikit Irene angkat tangannya, dilambaikan pada mereka yang tengah bergerak membuat jarak. Sampai wujudnya lenyap diujung sana.
“Huft capek! Mau rebahan!”
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Shoot!
Benda bundar oranye itu melesat dan sukses memasuki ring. Tembakan itu selalu tepat mengenai sasaran sekali coba. Hyunjin Altair, lakon utama tiap pertandingan basket sekolah.
Harusnya anak itu sudah waktunya pulang tapi, entahlah rasanya mau melangkah ke parkiran pun rasanya malas.
Lagi-lagi berlari kecil seraya mendribble bola, cowok Altair itu lay up dan memasukkan bola itu kembali.