Senyum Irene mengiringi kepergian seorang pembeli yang baru saja dia layani. Wanita 40 tahun itu keluar dari balik etalase kaca dan pergi masuk kedalam menemui 2 orang karyawannya.
“Ndin, saya mau pulang bentar. Mau lihat anak saya kayaknya udah pulang dari sekolah...”
Cewek berhijab itu tersenyum lalu mengangguk, “Ya, Bu...”
“Yaudah kalo gitu jagain toko ya Ndin, May...”
“Siap, Bu!” respon keduanya kompak, mereka Andin dan Maya.
Segera Irene memesan ojek online untuk sampai ke rumahnya. Saat ini Irene belum memiliki kendaraan untuknya bepergian. Niatnya mau beli motor tapi, Irene tidak bisa naik motor lalu buat apa? Beli mobil tabungannya juga belum cukup. Yaaa nasib...
Sore ini jalanan tak sepadat seperti biasanya. Diatas sana juga terlihat sedikit mendung, mungkin sebentar lagi akan hujan. Bersyukur agar suhu di kota yang terkenal panas setelah Jakarta ini bisa turun beberapa derajat celcius.
Nah, benar saja begitu ojek yang dinaiki Irene memasuki komplek perumahannya gerimis datang menyusul. Gerimis lebat lebih tepatnya.
“Bu, ini masih jauh? Mau berhenti dulu pake jas hujan?”
“Eh nggak usah, Mas! Rumah saya udah deket kok!” tolak Irene sedikit berteriak.
“Oh gitu, yaudah saya ngebut dikit ya...”
“Hmm...”
Sementara didepan rumah terlihat puteri Irene, Heejin tengah berdiri disamping abang tukang siomay yang tengah meracik pesanannya. Cewek itu masih memakai seragam sekolahnya dan keluar tanpa alas kaki hingga kaki putihnya langsung bersentuhan dengan aspal jalan.
“Pak lek, ndak pake pare ya?” ucap Heejin sok medok.
Yang diajak mengobrol tersenyum saja, merasa lucu dengan makhluk cantik disampingnya itu.
“Neng, bukan orang sini ya?”“Eh? Pak lek kok tau?”
“Lah wong bahasa jawanya kaku gitu...”
Heejin nyengir kuda. “Ya, Pak. Saya baru pindah 3 hari yang lalu kesini.”
Irene telah sampai didepan rumah dan segera membayar ongkos untuk tukang ojeknya. Setelah mengucapkan terima kasih, tukang ojek itu pun segera tancap gas berlalu.
“Bunda!!”
“Stela ngapain? Jangan ujan-ujanan!” seru Irene menggunakan telapak tangannya untuk memayungi kepalanya.
Telunjuk Heejin mengarah ke abang tukang siomay. “Bunda mau siomay nggak?” tawarnya kemudian.
“Boleh deh. Nggak pake pare ya!” jawab Irene kemudian masuk kedalam. Persis seperti Heejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽𝙪𝙠𝙖𝙣 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝘽𝙞𝙖𝙨𝙖
General FictionTentang sepasang dewasa, tentang sepasang remaja, tentang cinta mereka. Yang muda mengasihi sesamanya pun yang dewasa. Lantas diakhir cerita siapa yang memenangkan cinta? Sang dewasa atau si remaja? 🍂hunrene feat. jinverse 🍂lokal / bahasa ©aini...