Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendung pagi ini seolah turut serta menyelimuti hatinya. Mentari seperti tengah sembunyi dan sinarnya sibuk mengintip melalui celah-celah gugusan awan. Yang seolah langit memang sengaja ikut larut dalam nestapa.
Selepas menunaikan ibadah, tepat saat menit bertemu dengan angka 50 pukul 4 sebuah kabar duka menyambut. Cewek itu masih gerimis matanya, masih terkejut hatinya, masih belum bisa mempercayainya. Padahal kemarin baru melepas tawa dengan rupa cowok bertitle teman di arena permainan di pusat perbelanjaan.
Disampingnya, sang Bunda terus mengusap lembut bahunya menenangkan. Ditambah untaian kata penghibur yang meski tak dapat merubah kenyataan namun, agaknya bisa mengurangi kesedihan.
“Bun... Da... Huhuhu...”
Irene mendekap tubuh yang ukurannya hampir sama dengan tubuhnya itu. “Sshh udah ya, nak. Kita do'akan semoga Ayah tenang disana ya?”
Masih dalam perjalanan ke kota Jakarta, Heejin menumpahkan air matanya begitu deras. Menenggelamkan wajahnya yang basah pada permukaan dada sang Bunda.
“Changbin, kita istirahat dulu ya? Kamu nggak capek?” tanya Irene pada cowok yang menghuni jok dibelakang kemudi.
Ini sudah masuk jam makan siang dan mereka baru tiba di Semarang. Agaknya masih perlu banyak waktu untuk sampai Ibukota.
“Ya, Tante...” sahut Changbin singkat. Setelah menemukan rest area yang berseberangan dengan pom bensin di salah satu tol, mobil hitam itu Changbin berhentikan.
Changbin Saptahadi, putra tiri dari Baekhyunㅡmantan suami Irene, sudah bertandang di rumah Surabaya untuk menjemput keduanya soal kemalangan yang menimpa Baekhyun semalam atas mandat dari sang Mama.
“Sayang, istirahat dulu ya? Makan terus solat, kita do'ain Ayah,” bujuk Irene pada anak gadisnya yang wajahnya sudah sangat sembab.
Perlahan Heejin dengan dituntun Irene keluar dari kereta besi itu setelah sebelumnya wajah basah Heejin diusap lembut Irene.
“Yaudah, yuk!” ajak Irene pada kedua bocah itu.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
“Loh katanya mau pergi jogging?”
Hyunjin, oknum yang sedang rebahan didepan televisi pun menoleh. Sang Papa yang baru selesai mandiㅡditandai dengan rambut yang basahㅡ dan mengambil tempat duduk disofa.
“Nggak produktif sekali kamu ini!”
“Ini hari Minggu ya, Pa! Nggak perlu bahas produktif-produktifan segala!” ujar Hyunjin dengan bibir manyun.
Sedang Sehun tersenyum seraya ikut menonton acara televisi yang tengah menampilkan program wisata kuliner. Netranya melirik sekilas kearah puteranya yang masyaallahsedari tadi manyun terus. “Kenapa hmm?” tanyanya mencolek pinggang Hyunjin menggunakan jempol kaki.