satu tiga🍂

853 159 47
                                    

Malam minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam minggu.

Banyak orang menyebut malamnya para muda-mudi. Pada waktu itu jalanan, tempat hiburan, pusat perbelanjaan pasti akan didominasi oleh sebagian besar dari kalangan mereka. Entah untuk acara kencan ataupun hanya sekedar jalan-jalan dan main dengan teman sebaya.

Seperti yang tengah dilakukan oleh dua anak manusia yang kini tengah berjalan berdampingan santai di sebuah pusat perbelanjaan itu. Kedua pasang tungkai itu mengayun pelan seraya mengamati keadaan sekitar. Berpikir setelah ini apa yang akan mereka lakukan.

“Yaudah kita kemana nih? Jangan bilang terserah lagi, awas lo!”

Sang cewek terkekeh pelan mendengar kalimat milik sang cowok.

Tak lama cowok itu pun ikut terkikik setelah memasang wajah sok galaknya.

“Ehm terserah...”

Dua pasang sabit yang terbentuk diwajah cowok itu memudar. Digantikan sebuah tatapan datar yang sekali lagi mampu mencipta tawa si cewek semakin keras.

“Ayolah, Hee! Ini kita mau kemana? Makan? Nonton atau apa? Bilang sini sama aa'”

“Geli, Jin!”

“Eh awas!” reflek Hyunjin menarik pergelangan tangan kanan Heejin karena disamping cewek itu ada seorang anak kecil yang tiba-tiba muncul sambil berlari hampir menabrak tubuh Heejin.

Sudah tidak ada spasi lagi diantara mereka. Pergelangan tangan itu masih bertahan pada posisinya.

“Aduh maaf ya, Mbak.”

Heejin tersenyum kikuk merespon permintaan maaf seorang wanita dewasa yang sepertinya Mama dari bocah tadi. Tak lama wanita itu berlalu mengejar si bocah.

Hingga akhirnya cewek itu menyadari bahwa pergelangan tangannya masih digenggam oleh cowok disampingnya. Dia memberanikan diri untuk mendongak menatap cowok yang memiliki postur tubuh menjulang itu.

Eye contact.

Detik pertama.

Kedua.

Ketiga.

“Kenapa?”

Heejin mengernyitkan dahinya, cewek itu meringis menunjuk pergelangan tangan kanannya.

“Oh! Hehehe maap,” sahut Hyunjin dengan senyum mata sipitnya, melepaskan pergelangan tangan yang ukurannya jauh lebih kecil dengan miliknya.

Genggam-able, ya saudara Hyunjin?

Keduanya memutuskan untuk naik ke lantai dua menggunakan eskalator. Setibanya disana Hyunjin langsung mengajak Heejin untuk kembali berjalan-jalan.

“Karena lo bilang terserah tadi dan karenanya lagi gue udah ngerasa laper sekarang jadi, kita makan!”

Yang diangguki Heejin tanpa banyak protes. Cewek itu melangkah mengikuti Hyunjin yang bergerak kearah salah satu restoran ayam. Begitu masuk, mereka sudah disuguhkan dengan antrean yang begitu panjang. Heejin benci ini, mau dimanapun bukan hanya disana. Jika cewek itu hendak memilih tempat makanㅡsaat memilih untuk makan diluar ketimbang dirumahㅡcewek itu pasti akan mencari tempat makan yang agak sepi. Katanya melihat antrian panjang bisa menghilangkan rasa lapar dan nafsu makannya.

𝘽𝙪𝙠𝙖𝙣 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝘽𝙞𝙖𝙨𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang