21. ...

2.2K 84 1
                                    

CERITA  INI AKAN PINDAH KE AKUN Nurhalisaicha3


  🌼HAPPY READING🌼





•••


"Kenapa mama terus saja menekang, biar Angkara menduduki pewaris Brata," ucap cowok itu kesal.

Sepulang sekolah dia di panggil oleh ibunya yang tidak lain adalah kepala sekola di sekolah barunya itu.

"Cuma kamu yang pantas bukan Arthur, Kamu lebih tua di banding Arthur. Kamu lebih berhak menjadi Tuan Brata selanjutnya bukan Arthur," jelas ibunya---Karleta.

"Kenapa mama begitu terobsessi dengan kedudukan itu?" Tanya Angkara.

"Karena mama sakit hati angkara, ayahmu sama sekali tidak di anggap di dalam keluarga itu, dan kamu hampir saja tak di anggap cucu oleh kakekmu sendiri," jelas Karleta penuh penekanan.

"Nggak ma, ini bukan masalah sakit hati mama, ini masalah iri mama. Mama iri pada Arthur yang lebih di sayang oleh kakek. Ma, Angkara sama sekali tidak peduli dengan keluarga itu, Angkara sama sekali tidak menginginkan mendapatkan posisi itu. Mama, mungkin Arthur lebih disayang dan perhatikan dengan kakek, tapi Ayahnya sama sekali tidak peduli padahal Arthur lebih memerlukan pelukan Ayah," Jelas Angkara. Memegang bahu ibunya dan menatap lekat pada wanita yang telah melahirkannya. "Posisi Angkara lebih bagus di banding Arthur, Angkara masih punya orang tua yang utuh sedangkan Arthur sudah hancur ma, itu pun hancur karena ulah mama,"cicit Angkara pada Akhir perkataannya.

Karleta mendongak melihat putranya yang membahas masalah itu lagi, masalalu yang di sembunyikan kedua ibu dan anak itu.

"Angkara capek, mau istirahat ma" ujarnya dan melenggang pergi, meninggalkan sang ibu yang tidak menyangka jika anaknya masih mengingat bahkan membahas masalalu tersebut.

•••

Gadis itu menatap penangkap mimpi yang sedang membunyikan liotingnya akibat ulah angin yang bertiup.

Dia pun mengambil penangkap mimpi itu, menatap benda yang terkesan antik, memang model penangkap mimpi itu jarang di temukan.

Hari ini, hari dimana untuk sekian lamanya dia bertatap muka oleh pemberi penangkap mimpi itu. Dalam hatinya, apakah jika ia bertemu lagi, apa rasa itu masih ada? entahlah.

"Kila," Ketukan di pintu dan panggilan itu membuat Sakila kaget. Ia pun meletakkan penangkap mimpinya di nakas, dan bergegas membuka pintu kamarnya.

"Mama," ucapnya kaget. Dan memeluk erat sang ibu yang sudah hampir satu bulan tidak bertemu. Azka hanya menggelengkan kepalanya melihat ibu dan anak itu.

"wah, anak papa cuma rindu mamanya, kalau papanya nggak pasti," ujar Adrian--Sang Ayah.

Sakila menoleh ke belakang melihat Ayahnya dan berlari untuk memeluk.

"Uh, Ternyata kangen." goda Adrian.

"Cokelat," gumam Sakila di sela pelukan, membuat adrian mengelus sayang surainya.

"Kalau mau cokelat, kita kebawa." ajak Adrian.

Sakila, Adrian dan Anastasya ibunya ikut turun. "miris amat hidup gue, kek anak tiri di lupain." gumam Azka yang sedaritadi hanya menjadi patung saat adegan pelukan anak dan kedua orang tua itu.

Anastasya mendengar perkataan Azka. Dia pun menoleh "eh mama lupa, ternyata punya anak ganteng gini, "kekeh Anastasya menarik Azka, yang sok merajuk.

•••

"Tante di rumah sendiri?" Tanya cowok itu.

"Nggak, Arthur selalu dirumah kok. Walaupun sering pulang malam," jelas Sinta.

Cowok itu mengangguk sambil mengunya cup cake.

"Angkara mau ijin nginap disini," Ucap Angkara.

"Wah, nginap aja. Arthur pasti juga bakalan senang kalau sepupunya ini nginap." ucap antusias Sinta.

Angkara diam, dia tersenyum hambar mendengar perkataan Ibu Arthur---Sinta.

Hubungan Arthur dan Angkara tidak sebaik dan seakrab itu, setelah kejadian itu. Menyembunyikan senyum hambarnya dengan cara fokus pada cup cake yang tinggal separuh.

"suka cup cakenya?" Tanya Sinta Antusias. Bagaimana tidak seantusias itu, dia senang setidaknya ada yang bisa memakan masakan buatannya, karena jika Arthur akan sulit atau mungkin tidak mungkin.

"Udah tante Angkara kenyang. Simpanin aja buat Arthur nanti dia marah nggak kebagian makan cup cake tante," Ucap Angkara. Membuat Sinta tersenyum nanar.

"Arthur nggak suka tante masakin," Lirih Sinta.

"Dia masih marah dengan tante?" Tanya Angkara.

"Sejak kejadian itu dia marah bahkan benci dengan tante." terangnya.

Arthur diam, sebegitu parahnya kah perbuatan ibunya sampai membuat keluarga kecil ini hancur. Dia merasa bersalah.

Suara motor membuat percakapan keduanya teralih ke pintu yang terbuka, berarti ada yang masuk.

Cowok dengan sweater hitam, rambut yang acak-acakan dengan wajah yang datar melihat kedua orang itu sedang duduk bersama.

Angkara berdiri dari duduknya ingin menghampiri Arthur, namun cowok itu lebih dulu melenggang naik ke kamarnya.

Sinta menepuk bahu Angkara, "Arthur pasti capek, kamu ke kamar tamu aja istirahat juga," Suruh Sinta.

•••

"Mama kenapa sembunyin soal Sania ke sakila?" Tanya gadis itu.

"maafin mama sama papa sembunyiin  masalah itu," ucap Anastasya.

"Iya sayang, papa sama mama cuma mau cari waktu yang tepat buat kasih tau kamu," Lanjut Adrian.

"Sebenarnya saat Sania siuman saat itu mama mau kasih tau kamu, tapi dokter saat itu bilang Sania belum sembuh total, mama berfikir lagi. Selama ini kamu udah coba lupain masalalu itu, mama tidak mau kamu tau dan masih ada rasa bersalah karena Sania tidak sembuh total walaupun siuman," jelas Anastasya.

"Tapi, Sania sekarang udah sembuh total makanya dia balik ke indonesia dan menetetap di apartemen Azka," Lanjutnya.

"Sakila masih sedih ma," lirih Sakila.

"Kenapa?" tanyanya.

"Sania udah main pergi aja. padahal aku belum kangen-kangenan," ucapnya.

"Nanti libur Sekolah kita sama-sama ke Belanda, Family time," ucap Adrian.

Sakila tersenyum, "Sayang deh, sama papa dan mama," ucap Sakila.

"kalau abang," Azka datang dari Arah dapur memegang sekaleng sprite.

"Sayang abang juga," ucap Sakila berdiri merentangkan tangan dan maju dan memeluk Azka.

•••

Drttt.... Drtt...

Deringan handphone itu, membuat sang empunya yang tertidur pulas terganggu.

Arthur melihat nama yang tertera. Tidak ingin mengangkat tapi dalam pikirannya, tuben orang tua itu menelponnya.

"Ke mansion sekarang,"

Ucapan orang tua itu langsung, tidak membiarkan Arthur berkata 'Halo atau Ada apa', Dan setelah mengatakan hal itu dia juga tidak membiarkan Arthur bicara. langsung di putus seakan pulsanya sekarat.

Arthur menatal Jam 23.10, apa yang di inginkan kali ini orang tua itu. Pikirnya.



JANGAN JADI READERS SIDER, AWAS BISULAN-!

VOTEMENT

SALAM

XOXO

ARTHUR IS MY BADBOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang