IX. Udang Di Balik Mie

462 58 0
                                    


"Elang.." Kikan berteriak dramatis lalu berlari mendekati Elang. Gadis itu langsung menangkup wajah Elang, memeriksa dengan panik apakah ada bekas pukulan disana. Ia menghela napas lega karena wajah Elang baik-baik saja, sama sekali tidak ada tanda-tanda kekerasan.

"Sebenernya ada apa, sih? Orang-orang itu.. siapa? Lo bikin gue sama Kalin khawatir tau nggak.." Elang hanya tersenyum menerima sikap perhatian Kikan. Ia sangat senang mempunyai tetangga sekaligus teman sebaik Kikan.

Elang menoleh ke arah Kalin yang masih berdiri di depan pintu dengan wajah jengkel. Elang memberinya seulas senyum menggoda.

"Lo juga ngekhawatirin gue.. Kuda Poni?"

Kalin mendecih lalu berbalik hendak pergi. Namun gadis itu tak sempat melangkah jauh karena Kikan segera menyeretnya kembali masuk ke dalam apartemen Elang yang berantakan.

"Kamu mau kemana, Kalin? Kita bantuin Elang dulu buat beresin ini semua, baru abis itu kita pulang." tukas Kikan tak dapat dibantah.

Elang berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati kakak beradik itu. "Udah, biarin. Nggak perlu dibersihin. Biar nanti gue aja yang beresin besok." ucap Elang santai.

"Nah, bener tuh! Dia pasti udah biasa tinggal di tempat yang berantakan kayak gini. Kita pulang aja, Mbak!" kata Kalin dan menarik tangan Kikan. Kikan jelas menahannya.

"Nggak bisa gitu, Elang. Biar gue sama Kalin bantu beresin, ya?" ucap Kikan tersenyum. Elang berterimakasih sementara Kalin hanya mampu mendengus kesal.

***

"Mereka tuh, siapa sih??" tanya Kalin sambil mengepel lantai, mengeringkan tumpahan air akuarium yang mengenang di dalam apartemen. Elang yang sedang memungut pecahan vas menoleh padanya. Sejenak Ia terdiam, lalu dengan santai menjawab.

"Yang tadi itu? Bukan siapa-siapa, kok. Cuma agen asuransi yang maksa gue buat jadi klien mereka, pas gue nolak eh malah ngajak gelut. Yaudah, gue jabanin aja. Mereka nggak tau aja kalau gue pernah juara hapkido waktu SMA. Haha.."

Elang bercerita dengan menggebu-gebu. Kikan nampak tertarik dan kagum padanya sementara Kalin mencibir tak percaya.

"Sori, tapi cerita lo itu sama sekali nggak masuk akal! Mana ada agen asuransi yang tampilannya kayak gitu? Dikawal bodyguard dan maksa-maksa orang buat jadi klien! Totally nonsense tau nggak!" celoteh Kalin, sama sekali tak percaya dengan cerita Elang yang ketahuan sekali bohongnya.

"Gue tadi bahkan ngedenger jelas kalau mereka bakalan ngebunuh lo!"

Elang berdalih. "Kuda Poni, lo itu masih terlalu kecil buat tahu permasalahan orang dewasa. Mereka nggak akan ngebunuh gue. Itu cuma sebatas gertakan aja. Anceman palsu"

Kalin mencebikkan bibir. Sebenarnya Ia masih penasaran tapi jika memaksakan bertanya tentu akan sangat sia-sia malah dirinya akan dianggap perhatian pada tetangga nya yang menyebalkan itu.

Kalin kembali sibuk mengepel lantai, tanpa sadar bahwa diam-diam Elang menatap ke arahnya dan tersenyum.

***

"Halo, Ma. Baik, Elang selalu baik-baik aja kok. Hmm.. Iya, memang mereka datang dan maksa Elang lagi. Tapi Elang nggak mau dan nggak akan pernah mau. Mama nggak perlu khawatir, ya? Mereka nggak akan berani ngelukain Elang.. Sampe kapanpun, Elang nggak akan nyerahin apa yang udah jadi hak Elang, ke Papa. Ma, kita bahas yang lain aja, ya?"

Elang memindahkan ponselnya ke telinga kanan lalu menahannya dengan bahu. Tangan kanannya menerima sodoran minuman soda yang dipesannya sementara tangan kirinya memegang dompet.

Romantika TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang