Kalin membuka matanya perlahan saat mencium aroma sesuatu yang lezat. Gadis itu mengerjap sebentar lalu bangkit duduk. Seperti orang linglung, Kalin menepuk-nepuk pelan kepalanya yang terasa berat. Masih berusaha mengumpulkan nyawa.Lambat laun, Ia mulai sepenuhnya sadar. Kalin teringat dirinya semalam datang ke apartemen Elang dan menemukan tetangganya itu terbaring lemah di lantai dapur. Kalin menyadari dirinya masih berada di lantai dapur dengan selimut yang entah kapan menutupi tubuhnya, tapi Elang sudah tidak ada di pangkuannya.
“Pagi, Kuda Poni..”
Sapaan khas itu seketika membuat Kalin menoleh. Elang berdiri sekitar satu meter di belakangnya. Tersenyum sambil menggoyang-goyangkan penggorengan di tangannya.
Kalin memicingkan mata menatap Elang yang tampak sehat seperti sedia kala. Sejurus kemudian, Kalin membelalakkan mata. Gadis itu bangkit berdiri dan dengan panik memeriksa jam tangannya.
“Pagi? Memangnya sekarang udah pagi?” Kalin tak percaya melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh pagi.
“Kenapa lo nggak ngebangunin gue? Kenapa lo ngebiarin gue tidur di sini? Di lantai dapur lo? Kenapa lo nggak langsung ngebangunin gue pas lo udah ngerasa baikan? Kenapa lo nggak nyuruh gue pulang? Apa yang lo lakuin? Apa yang udah lo lakuin ke gue, hah?!” Kalin berteriak histeris seperti orang frustasi. Elang melongo melihatnya.
“Kuda Poni.. Mendingan lo tenangin diri dulu deh sebelum lo mikir yang aneh-aneh. Bisa?" Elang mencoba menenangkan.
“Gue memang sengaja nggak ngebangunin lo, karena gue ngerasa nggak enak. Lo tidur nyenyak banget. Lagian.. kalau gue nyuruh lo pulang, lo bakal sendirian di apartemen lo. Kikan nge-chat lo, dan bilang kalau dia nggak bisa pulang karena dia nginep di rumah temennya. Mana mungkin gue tega ngebiarin lo sendirian di sana?”
Penjelasan Elang tak lekas membuat Kalin tenang. Gadis itu langsung memeriksa kelengkapan pakaiannya, setelah itu Ia meraih ponselnya dari saku baju dan memeriksanya. Ternyata Kikan memang mengiriminya pesan seperti yang dikatakan Elang.
Kalin mendelik. “Oke. Kalau gitu, lo harus sumpah dulu kalau lo emang nggak ngelakuin apa-apa ke gue!” seru Kalin. Elang tergelak pelan.
“Kenapa lo bisa mikir sampe sejauh itu, sih? Gue tau, mungkin gue memang nyebelin di mata lo. Tapi, gue bukan orang jahat. Gue sama sekali nggak pernah punya pikiran selicik itu.” kata Elang santai. Kalin tak lekas percaya.
“Sumpah dulu nggak?!!”
“Astaga.. oke, oke. Gue, Elang Kertaradjasa bersumpah atas nama Tuhan bahwa gue memang nggak ngelakuin apa-apa sama lo! Atau lo mau sekalian cek rekaman CCTV juga, biar lo percaya?” tanya Elang sambil menunjuk kamera CCTV yang terpasang di atas lemari tinggi di sudut dapur. Kalin menunduk. Sejurus kemudian, Ia mengangkat wajah dan melangkah pergi.
“Gue mau pulang!” serunya sambil berjalan melewati Elang. Laki-laki itu tak membiarkannya, segera ditahannya lengan Kalin.
“Gue udah ngerepotin lo semalem, biarin gue ngebikinin sarapan buat lo dulu, ya? Anggep aja sebagai ucapan terima kasih gue ke lo.” katanya diiringi senyum.
Kalin hendak menolak tapi rasa lapar yang melilit perutnya menginterupsi. Sejak semalam, Kalin memang belum makan dan sekarang Ia tak dapat memungkiri bahwa dirinya merasa lapar dan tergiur dengan aroma nasi goreng buatan Elang.
“Oke! Karena lo memang udah bener-bener ngerepotin gue semalem, gue terima tawaran dari lo!”
Elang tersenyum geli melihat Kalin yang berkata dengan nada angkuh. Laki-laki itu menarik kursi dan mempersilahkan Kalin duduk, Ia sendiri akan menyajikan nasi goreng telurnya yang sudah matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantika Tetangga
FanficSemenjak Elang (Wong Yuk-hei) tinggal di sebelah apartemen yang ditinggali oleh Kalin (Song Yuqi) bersama kakaknya, hidup Kalin benar-benar terganggu. Laki-laki itu terus saja melakukan hal-hal yang membuatnya kesal dan tak tenang sepanjang hari. In...