Elang mencengkeram kuat roda kemudi mobilnya. Matanya memandang lurus ke depan. Tepat ke arah kuda poninya yang sedang berbicara berdua dengan Farish di depan gerbang sekolah. Keduanya tampak saling tersenyum lalu bergandengan tangan. Seperti pasangan yang serasi.Elang menyeringai miris. Ia tak percaya mengapa ada laki-laki seperti Farish. Setelah apa yang dilihat dan didengarnya tadi siang di café, Elang benar-benar tak bisa memungkiri bahwa Farish adalah laki-laki yang jahat.
Dia mempermainkan Kalin. Membuat gadis polos itu berharap banyak padanya. Membuat gadis bodoh itu menyukainya dan terluka secara perlahan. Elang tersenyum getir.
Elang segera menyalakan mesin mobil ketika melihat dua orang yang menjadi pusat perhatiannya masuk ke dalam mobil. Tak lama, mobil itu melaju diikuti mobil Elang yang melaju beberapa meter di belakangnya.
Tak sampai sepuluh menit, mobil yang dikendarai Farish berhenti di depan gedung apartemen yang ditinggali Kalin. Elang ikut menghentikan mobilnya, beberapa meter di belakang mobil Farish. Matanya menatap tajam ke arah Kalin dan Farish yang keluar dari mobil.
“Makasih, ya!” ucap Kalin diiringi senyum manisnya yang menggemaskan. Farish balas tersenyum dan mengacak pelan rambut gadis di depannya.
“Kalau besok malem kita nonton, gimana? Kamu mau?”
Kalin mendongak, menatap Farish dengan mata berbinar. “Beneran?”
Farish mengangguk. “Beneran. Kali ini, aku nggak bakalan ingkar, kok.” ucap Farish meyakinkan. Kalin tersenyum senang.
“Kalau gitu.. aku jemput kamu besok, jam tujuh malem, ya?”
Kalin mengangguk mantap, sejurus kemudian, ia tertegun menerima ciuman singkat di pipinya. Kalin menatap Farish yang tersenyum. Rona merah langsung menghiasi pipi Kalin.
“Aku pulang dulu. Bye..” Farish berbalik lalu masuk ke dalam mobilnya. Kalin hanya bisa tersenyum malu dan melambaikan tangan pada Farish yang mulai memutar arah mobilnya dan mengemudi meninggalkan kawasan gedung apartemen.
Begitu mobil Farish hilang dari pandangannya, Kalin berbalik dan berjalan masuk ke dalam gedung apartemen. Wajahnya masih bersemu merah dan senyum malunya masih terkulum manis. Tangannya menyentuh pelan pipinya yang terasa panas.
Kalin masuk ke dalam lift. Pintu hampir menutup sempurna tapi seseorang menahannya dari luar dan membuat pintu ganda itu kembali terbuka. Kalin terkejut melihat Elang yang muncul tiba-tiba di hadapannya dengan wajah dingin tanpa ekspresi.
Elang tak berkata apapun atau sekedar tersenyum menyapa seperti yang biasa ia lakukan pada Kalin. Laki-laki itu berdiri di sebelah Kalin dengan tatapan lurus ke depan.
Kalin mengernyit melihat tingkah Elang yang tak seperti biasanya. Apa dia marah? Hey, mereka baru saja berbaikan dan bahkan sudah memutuskan untuk berteman. Lalu kenapa sekarang Elang seperti ini?
“Tetangga..” Kalin memanggil pelan sambil berusaha melihat wajah Elang.
Elang tak menjawab ataupun menoleh, laki-laki itu tetap berdiri dengan pandangan lurus ke depan dan wajah dingin tak bersahabat. Kalin semakin merasa tak enak dan juga penasaran.
“Eh, lo kenapa?” tanya Kalin hati-hati. Elang masih mengabaikannya. Laki-laki itu seolah berada sendirian di dalam lift.
Kalin terdiam dan merenung. Kenapa Elang berubah seperti ini? Selama ini, Kalin tak pernah melihat Elang tanpa senyum apalagi berwajah dingin seperti ini. Seberapapun Kalin kesal padanya, seberapapun Kalin mengabaikannya, seberapapun Kalin membentaknya, Elang akan tetap tersenyum dan menghadapinya dengan santai. Lalu sekarang kenapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantika Tetangga
Hayran KurguSemenjak Elang (Wong Yuk-hei) tinggal di sebelah apartemen yang ditinggali oleh Kalin (Song Yuqi) bersama kakaknya, hidup Kalin benar-benar terganggu. Laki-laki itu terus saja melakukan hal-hal yang membuatnya kesal dan tak tenang sepanjang hari. In...