“Ma.. Apa yang harus Elang lakuin? Elang suka sama tetangga Elang yang udah punya pacar..” Elang berbaring di sofa dengan ponsel di tangannya. Ia terdiam mendengarkan jawaban ibunya di seberang sana.Laki-laki itu tersenyum kecil lalu teringat kebersamaannya dengan Kalin malam itu. Saat mereka melihat bintang jatuh dan mengucapkan permintaan di dalam hati.
“Ma.. sekarang Elang cuma berharap semoga dia ngeliat dengan mata kepalanya sendiri soal kelakuan busuk pacarnya. Cuma itu satu-satunya jalan supaya dia bisa percaya sama Elang kalau pacarnya itu nggak bener-bener serius sama dia.. dan mungkin setelah itu, dia baru bisa nerima Elang..” senyum Elang menipis, ia menatap langit-langit ruangan apartemennya dengan tatapan menerawang.
“Kamu beneran suka sama dia, Lang?” pertanyaan Ibunya membuat Elang refleks mengangguk.
“Nanti biar Elang kenalin langsung deh orangnya sama Mama. Elang yakin kalian pasti bakalan cepet akrab. Sifat Mama sama dia hampir mirip soalnya,”
“Wah.. bener, nih?”
“Bener, Ma. Dia itu super sensitif dan punya hobi marah-marah. Tapi di sisi lain.. dia itu manis dan bisa bikin mood Elang bagus terus. Persis Mama banget, kan?”
Ibunya hanya tertawa kecil di seberang sana. Perbincangan jarak jauh anak dan ibu itu kemudian terganggu oleh bunyi bel yang menggema ke seluruh ruangan apartemen Elang. Laki-laki itu beringsut duduk.
“Ma, Elang ada tamu, nih. Nanti Elang telepon lagi, ya. Bye..”
Elang memutuskan sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia lalu bangkit dan berjalan menuju pintu depan sembari menerka-nerka, siapa yang bertamu semalam ini. Pukul sepuluh malam seharusnya bukan waktu yang tepat untuk bertamu.
Begitu membuka pintu, Elang langsung mengernyitkan kening karena tak mendapati seorangpun di luar. Laki-laki itu tertegun.
“Sejak kapan tempat ini jadi ada hantunya?” gumamnya lantas bergidik ngeri. Elang baru akan masuk ketika matanya menangkap keberadaan sebuah map biru tergeletak di dekat kakinya.
Elang mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu membungkuk meraih map tersebut.
“Apaan, nih?” gumamnya dengan alis tertaut. Ia lalu membawa masuk map tersebut dan membukanya hati-hati.
Kedua mata Elang terbelalak saat melihat beberapa lembar fotonya dengan Kalin terletak di dalam map. Foto saat dirinya menjemput Kalin di sekolah.
Elang lalu menemukan tulisan di belakang foto tersebut. Isi tulisan itu membuatnya mendesis tak percaya.
“Perempuan ini punya arti khusus kan, buat kamu? Kalau kamu gak ingin dia celaka, segera tanda tangani surat pengalihan hak waris dan serahkan ke Papa secepatnya.”
Elang benar-benar tak percaya dengan apa yang dibacanya. Ternyata Ayahnya menggunakan cara kampungan yang begitu licik. Elang meringis melihat surat pengalihan hak waris yang terdapat di dalam map.
***
“Pagi, Kuda Poni,” sapaan khas itu terdengar tepat ketika Kalin keluar dari kamarnya. Gadis itu menahan senyum yang memaksa mengembang di bibirnya. Sepertinya, Kalin mulai menyukai sapaan itu.
Elang terduduk santai di sofa ruang tengah, menghadap layar televisi yang sedang menayangkan berita pagi yang membosankan.
Kalin beranjak menuju dapur tapi satu kalimat yang diucapkan Elang membuat langkahnya terhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/191702404-288-k477020.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantika Tetangga
FanfictionSemenjak Elang (Wong Yuk-hei) tinggal di sebelah apartemen yang ditinggali oleh Kalin (Song Yuqi) bersama kakaknya, hidup Kalin benar-benar terganggu. Laki-laki itu terus saja melakukan hal-hal yang membuatnya kesal dan tak tenang sepanjang hari. In...