Elang menatap hampa sebuah map berisi surat pengalihan hak waris yang dikirimkan Ayahnya beberapa hari yang lalu. Ancaman yang melibatkan Kalin memang belum terbukti, tapi Elang yakin, jika ia tak menuruti keinginan ayahnya itu, Kalin dalam bahaya. Ia tak mau menyeret Kalin ke dalam masalahnya. Ia sudah berjanji untuk bersikap selayaknya tetangga biasa.Perlahan, Elang menggerakkan tangannya dan menyalakan mesin mobil. Sambil menghela napas, ia menyimpan map tersebut di jok sebelahnya dan mulai menjalankan mobilnya membelah jalan raya.
Beberapa menit kemudian, Elang menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang sebuah rumah mewah. Laki-laki itu bergegas turun. Sambil membawa map biru di tangannya, Elang melangkah memasuki pekarangan rumah yang luas.
Dua orang pria bertubuh besar langsung menghadangnya di depan pintu utama rumah tersebut. Elang tersenyum getir lantas mengangkat map di tangannya.
“Gue datang buat ngurus ini,” kata Elang dingin. Dua pria di depannya saling berpandangan sejenak, lalu menyingkir satu sama lain, memberikan jalan untuk Elang yang segera membuka pintu dan masuk ke dalam rumah besar milik Ayahnya.
Langkah Elang terhenti begitu dilihatnya sosok Ayahnya yang tengah berjalan menuruni tangga ditemani istri mudanya yang begitu memuakkan di mata Elang.
Ayah Elang tersenyum lebar melihat putranya datang, matanya langsung berbinar menatap map biru di tangan Elang.
“Jangan coba-coba nyakitin dia. Dia bukan siapa-siapa.” kata Elang dingin. Ayahnya tertawa hambar.
“Elang.. Elang, Bukan siapa-siapa tapi kamu nggak ingin dia kenapa-kenapa?”
Elang menarik napas dalam lantas menjatuhkan map di tangannya ke atas lantai.
“Udah Elang tanda tanganin. Puas? Sekarang, biarin Elang hidup tenang!”
Tanpa menunggu reaksi ayahnya, Elang berbalik dan melangkah pergi. Tak dipedulikannya tawa puas yang terdengar dari mulut Ayahnya dan Ibu tirinya.
***
Kalin keluar dari apartemen dengan wajah lesu. Tampak jelas di wajahnya kalau gadis itu kurang tidur. Matanya sembab, jelas saja, ia menangis hampir semalaman.
Pertengkarannya dengan Elang semalam masih membekas dalam ingatannya. Kalin tak yakin apa yang dikatakan Elang tentang Farish benar atau salah, dia hanya tidak bisa percaya jika Farish hanya main-main dengannya.
Kalin berdiri di depan lift, menanti pintu itu terbuka. Setelah beberapa detik menunggu, pintu itupun terbuka lebar. Kalin tertegun saat matanya bertemu dengan iris kecoklatan milik Elang.
Tak ada sapaan, tak ada candaan atau bahkan senyuman, Elang melangkah keluar dari dalam lift dan melewati Kalin begitu saja. Perlahan, Kalin menoleh dan melihat punggung Elang dengan tatapan sedih.
“Kenapa sih, lo harus ngajak gue berantem semalem? Kenapa gue nggak tega ngeliat lo kayak gitu? Apa lo udah nggak mau nyapa gue lagi?” tanya Kalin dalam hati. Gadis itu tersenyum getir lalu masuk ke dalam lift.
Setelah pintu lift itu tertutup rapat, Elang berbalik, menatap pintu itu dan berkata dengan sedih.
“Pagi, Kuda Poni..”
***
Lagi-lagi hujan menghambat perjalanan pulang Kalin. Gadis itu terjebak di halte dekat sekolahnya bersama beberapa orang yang juga berteduh disana. Bus yang di tunggu tak kunjung datang dan semakin memperburuk keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantika Tetangga
FanficSemenjak Elang (Wong Yuk-hei) tinggal di sebelah apartemen yang ditinggali oleh Kalin (Song Yuqi) bersama kakaknya, hidup Kalin benar-benar terganggu. Laki-laki itu terus saja melakukan hal-hal yang membuatnya kesal dan tak tenang sepanjang hari. In...