II. Kuda Poni

775 75 7
                                    


    Kalin terbangun ketika jam dinding tepat menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu bergegas mandi lalu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

    Setelah semuanya siap, Kalin melangkah menuju dapur. Tak ada Kikan disana. Yang ada hanya sepiring roti bakar yang sudah diolesi selai cokelat dan segelas susu putih di atas meja.

    Kalin menarik kursi dan mendudukinya sambil menyantap sarapan pagi yang sudah disiapkan Kikan untuknya. Sudah menjadi hal biasa jika Kalin sarapan sendirian dan tak mendapati Kikan di apartemennya. Pasalnya, kakak yang lebih tua tiga tahun darinya itu harus pergi ke kampus sepagi mungkin sehingga tidak akan sempat untuk menemaninya sarapan. Terkadang, Kalin prihatin pada kakaknya itu.

    Setelah menghabiskan roti dan susunya, gadis itu bergegas pergi ke sekolah.

    Begitu keluar dari apartemen, Kalin tertegun karena dirinya keluar bersamaan dengan tetangga barunya. Laki-laki itu tengah asik mengobrol dengan seseorang lewat ponsel yang tertempel di telinganya.

    Kalin tidak terlalu peduli dan melangkah santai menuju lift.

    “Iya Ma, Elang juga kangen banget sama Mama. Gimana keadaan disana? Oh.. Pastinya dong! Elang seneng kok disini. Tempatnya nyaman, nggak berisik dan Elang juga punya tetangga yang ramah. Hmm.. iya, Elang pasti jaga diri..

    Kalin melirik ke arah laki-laki yang berjalan di belakangnya. Keningnya mengernyit saat melihat ekspresi manja laki-laki itu, Kalin bertambah menautkan alis ketika mendengar suara rengekan khas anak kecil yang dilontarkan laki-laki itu pada seseorang di telepon.

    Kalin menggeleng pelan lantas melangkah masuk ke dalam lift, laki-laki itu juga ikut masuk dan berdiri di samping Kalin.

    “Siap, laksanakan! I love you!!” laki-laki itu mengakhiri pembicaraan di telepon lalu mengecup singkat layar ponselnya, Kalin yang melihat tingkah tetangga barunya itu sampai bergidik.

    “Eh? Hai!” tiba-tiba saja, laki-laki itu menyapa seperti baru menyadari kehadiran Kalin. Senyumnya tersungging ramah, Kalin hanya membalasnya dengan senyum simpul.

    “Lo.. adik dari tetangga sebelah, kan? Kenalin, nama gue Elang. Elang Kertaradjasa.” laki-laki itu mengulurkan tangannya yang disambut Kalin dengan malas dan senyum sekenanya.

    “Nama lo? Siapa?”

    “Kalin. Kalindamarita.”

    Elang tergelak begitu mendengar nama yang disebutkan Kalin. Terang saja Kalin menatapnya penuh tanya. Apa namanya begitu lucu?

    “Serius? Nama lo beneran Kalin? Gue jadi keingetan sama kuda peliharaan kakek gue kan, nama kalian sama persis. Kalin. Haha.” ucap Elang, masih sedikit tertawa. Kalin mendengus kesal, masa dirinya disamakan dengan kuda? Dan juga, ia baru mendengar bahwa ada orang yang menamakan seekor kuda peliharaan dengan nama Kalin.

    “Dan ini ...” Elang tanpa sopan menyentuh poni rata yang menutupi kening Kalin dan berucap sambil menahan tawa “Poni kalian juga mirip.”

    Kalin langsung menepis tangan Elang dan menatapnya dengan pelototan tajam. Astaga, Kalin tak menyangka tetangga barunya yang terlihat manis dan ramah itu ternyata sangat menyebalkan.

    Pintu lift terbuka. Kalin segera melangkah keluar, tak dipedulikannya sosok Elang yang berusaha menyamai langkahnya yang begitu cepat.

    “Eh, lo sekolah dimana??” tanya Elang.

    Kalin mendengus, "Bukan urusan lo!”

    “Buset.. tetangga gue galak bener.” Elang terkekeh, Kalin sampai mengernyit melihat ekspresi berlebihan laki-laki itu.

Romantika TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang