Tidak ada pemandangan yang lebih Sehun sukai, selain bangun di pagi hari dan mendapati istrinya berdiri di dekat jendela seraya mengelus perutnya yang semakin membuncit. Cahaya matahari yang menembus jendela menciptakan siluet indah yang mampu Sehun pandangi berlama-lama dari ranjangnya.
Sejak pertama bertemu, Sehun sudah mengakui bahwa Jisoo itu cantik. Tapi dia berkali-kali lipat lebih cantik saat mengandung seperti ini.
Berat badan istrinya memang naik, membentuk gelambir di beberapa bagian tubuh. Tapi Sehun suka itu. Ia tidak suka dengan ibu hamil yang mencoba menahan nafsu makan demi tetap terlihat langsing. Meski sedikit repot menuruti keinginan Jisoo, namun Sehun tidak pernah mengeluh sama sekali.
“Selamat pagi!” ucap Jisoo setelah memberikan morning kiss.
“Pagi!” jawab Sehun seraya tersenyum.
Sehun bercanda sejenak dengan meremas pelan dua pipi Jisoo yang mulai terlihat tembam.
“Cantik,” pujinya.
“Udah, jangan becanda mulu. Cepat mandi sana! Ntar telat, loh.”
Walau berat, Sehun tetap menuruti istrinya dengan langsung menuju ke kamar mandi.
Aroma sup segera menyapa indera penciumannya ketika ia keluar dari kamar. Sup rumput laut sudah terhidang di atas meja. Sehun duduk di kursi makan seraya mengancingkan lengan kemejanya. Jisoo menuangkan susu dan jus ke dalam gelas lalu ikut duduk setelah menyelesaikan tugasnya.
“Kapan kita USG lagi?” tanya Jisoo.
“Nanti aku tanya sama Rose, ya,” jawab Sehun.
Seperti biasa, masakan Jisoo tidak pernah kekurangan suatu apapun.
“Ngomong-ngomong, kamu dulu kok nggak kepikiran nikah sama dokter juga? Apalagi dokter cewek yang kerja di rumah sakit kamu pada cantik-cantik. Rose contohnya.”
Sehun tampak berpikir seraya mengunyah nasinya. “Kenapa, ya? Mungkin karna aku udah dari awal nganggap mereka cuma temen.”
“Hmm, gitu. Kalo sama pasien?”
“Nggak tau juga, sih. Aku emang nggak terlalu naruh perhatian ke orang-orang. Kayaknya memang harus ada sesuatu yang luar biasa dari orang tersebut, baru aku bener-bener bisa tertarik.”
“Berarti aku luar biasa dong, ya?” tanya Jisoo narsis.
“Kamu bukan luar biasa, tapi dari luar negeri!” canda Sehun seraya terkekeh. Entah kenapa dia merasa lucu sendiri dengan apa yang barusan ia katakan.
Jisoo pun ikut tertawa, “Apaan sih, ih!” Ia mencubit lengan Sehun.
“Aduh, Sayang, sakit!” Sehun mengaduh.
“Rasa!”
Keduanya kembali tertawa.
“Awalnya aku heran sama kemunculan kamu di pesta Kak Myungsoo,” Sehun mulai bercerita. “Trus pas lagi ngumpul di bar setelah pesta selesai, kamu muncul lagi dan ngelakuin sesuatu yang bisa bikin cowok pada umumnya ilfeel.”
“Ohh, aku ngerokok ya maksudnya?” tanya Jisoo memastikan.
Sehun mengangguk, “Waktu itu Taeyong sama Eunwoo langsung ilfeel liat kamu ngerokok. Aku juga awalnya ngerasa gitu. Tapi pas kamu panik banget waktu tau Tante Tiffany kritis, penilaian aku langsung berubah saat itu juga. Malam itu setelah donor, sebenarnya aku mau ngecek keadaan mental kamu, bukan fisik kamu. Tapi aku pasti keliatan aneh karna sok kenal sok deket. Jadinya aku pura-pura bilang kalo ada efek tertentu setelah donor. Jujur aku nggak pernah ngasih perhatian semacam itu sama cewek-cewek, bahkan Jennie sekalipun.”
Selama mengandung, Jisoo memang jadi lebih sensitif. Bahkan hanya dengan pengakuan Sehun barusan sudah mampu membuatnya terharu.
“Aku cuma mau bilang, kamu itu istimewa, Sayang. Aku bisa ngerasain itu dari awal. Masalahnya, kamu nggak diperlakukan sebagaimana mestinya, dan itu buat aku pengen jadi seseorang yang bisa kamu andalkan. Makanya aku nggak pernah nolak setiap kali kamu mau datang ke sini. Walaupun setiap kamu datang selalu nyapa aku dengan senyuman, aku tau tatapan kamu kosong. Kamu menyimpan banyak kesedihan di sana. Tanpa aku sadar, kamu udah masuk terlalu dalam ke hati dan pikiran aku. And I just fell in love with you.”
“Sejak kapan?” tanya Jisoo.
“Sejak pertama kali tidur bareng,” jawab Sehun.
“Tapi waktu itu kan kamu masih jalan sama Jennie?” tanya Jisoo bingung.
“Buat liat reaksi kamu, yang ternyata ngerasa biasa-biasa aja. Makanya aku maju mundur mau nyatain perasaan aku. Takut kamu jadi nggak nyaman dan malah mutusin buat balik ke Amerika. I wasn't ready for that.”
“Ya ampun, Sayang...”
Jisoo sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
“Yang aku tau, biasanya cewek yang bakalan jatuh cinta setelah tidur dengan cowok lain. Tapi di kasus kita beda. Malah aku yang ngalamin itu. Kalo pagi itu aku nggak beraniin diri untuk meluk kamu dari belakang, mungkin sekarang kita nggak akan duduk berdua di sini. Mungkin kita nggak akan pernah nikah dan kamu nggak akan pernah hamil anak aku. Butuh nyali besar untuk ngelakuin itu, dan aku gambling dengan banyak hal. Dan harusnya kamu tau kalo jantung aku hampir aja copot setelah lepasin pelukan aku. Aku kira kamu bakalan marah, tapi ternyata kamu tetap tinggal.”
“Kok kamu nggak ceritain ini dari awal sih, Sayang?” rengek Jisoo.
“Karna baru kali ini kamu nanya kenapa aku nggak kepikiran buat deket sama orang lain sebelumnya. Jadi aku rasa ini waktu yang tepat buat cerita.”
“Padahal waktu itu aku sempat punya niat mau balik ke Amrik. Pasti kamu kecewa banget kalo itu sampe kejadian.”
“Wah, bisa nggak tidur bermalam-malam aku kalo itu beneran kejadian! Pas kamu nggak nginap di sini aja, aku hampir nggak bisa tidur. Mikirin kalo tiba-tiba kamu pergi malam itu dan besoknya aku nggak bisa ketemu lagi sama kamu.”
Jisoo sedikit merasa bersalah. Ia benar-benar tidak tahu bahwa Sehun begitu menghargai kehadirannya yang baru seumur jagung di dekat pria itu.
“Maaf ya, Sayang...” ucap Jisoo dengan mata berkaca-kaca.
“Loh, kenapa minta maaf?” tanya Sehun seraya menggenggam tangan istrinya.
“Karna udah bikin kamu harap-harap cemas,” jawab Jisoo.
Sehun tersenyum, “Udah, jangan dipikirin lagi. Udah lewat. Dan sekarang kita juga udah nikah, udah sama-sama.”
Jisoo mengangguk mengiyakan.
“Mulai sekarang, apapun yang kita rasain, kita harus sharing kayak gini. Mungkin waktu itu masih ada sedikit rasa khawatir, tapi sekarang kita harus lebih terbuka lagi,” pinta Jisoo.
“Iya, Sayang. Kamu juga jangan suka mikir yang aneh-aneh lagi, ya. Aku janji kalo ada sesuatu yang aku nggak suka pasti bakalan aku bilang. Supaya kamu nggak sering berprasangka,” balas Sehun.
Sehun kemudian menarik Jisoo untuk duduk di pangkuannya lalu memeluknya.
“I love you to the moon and back,” ucap Jisoo.
“I love you to the Neptune and back,” balas Sehun tak mau kalah.
Mereka kemudian tertawa, sebelum Sehun membungkam bibir istrinya dengan bibirnya.
TBC
Manteman, buat yang suka cerita-cerita kerajaan Joseon, saya baru aja publish cerita berjudul Beautiful Moonlight. Mohon dukungannya ya, timakaci❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Preference | HunSoo
RomanceHari pernikahan Myungsoo tampak lebih meriah dari yang seharusnya karena kehadiran Jisoo, adik perempuan Myungsoo selain Jennie. Hubungan yang canggung di antara mereka membuat teman-teman Myungsoo heran. Cerita ini dimulai oleh Sehun, yang sudah se...