Breakfast At Sehun's

5.7K 801 94
                                    

Sehun mengenakan celana jeans dan kaosnya dengan terburu-buru. Taeyong dan yang lain pasti sudah dekat, karena pesan tersebut dikirim oleh Taeyong sekitar 30 menit yang lalu. Ia gelagapan. Bagaimana jika tiba-tiba Jisoo terbangun?

Yang perlu ia lakukan adalah mengusir squad-nya secepat yang ia bisa. Mungkin sekitar 15 menit saja dan ia harus membuat alasan agar mereka semua segera pergi dari apartemennya.

Tak lama kemudian, bel pintu apartemen Sehun pun berbunyi.

"Shit!" umpatnya sebelum keluar dari kamar dan mengintip dari lubang kecil pada pintu masuk.

Benar, itu adalah Taeyong dan yang lain.

Sehun mengatur nafas dan ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja. Ia harus benar-benar tampak seperti baru saja bangun tidur. Ketika membuka pintu, suara teriakan dari neraka pun menggema di dalam apartemennya.

Sehun berusaha untuk setenang mungkin meski dalam hati ia merasa ketar ketir. Kenapa mereka semua harus sebising ini? Mereka adalah kumpulan pria dewasa, bukan mahasiswa seperti dulu.

"Ditelfonin berkali-kali nggak ngangkat. Padahal udah janji mau lari pagi bareng," tukas Taeyong yang langsung rebahan di atas karpet.

Sehun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Sorry, guys! Gue ketiduran." Ia hanya berusaha membuat alasan yang cukup masuk akal.

"Ya udah, nggak apa-apa. Gue juga udah bilang gitu ke mereka," sambung Minho.

"Ngomong-ngomong, ada apa ke sini?" tanya Sehun.

"Ini si Eunwoo yang ngajakin dari tadi. Dia takut lo kenapa-napa karena nggak ada kabar," jawab Junho.

Ingin sekali rasanya Sehun menepuk jidatnya sendiri. Tapi teman-temannya pasti akan mengira dirinya aneh. Ia kemudian duduk di sebelah Minho dan berusaha sekuat tenaga untuk tampak tenang.

"Sehun..."

Tubuh Sehun seketika menegang. Hal yang dia takutkan akhirnya benar-benar terjadi. Semua orang menatap Sehun dengan bingung. Kenapa ada suara perempuan di dalam apartemennya?

Pintu kamar Sehun terbuka dan semua orang tampak terperanjat. Eunwoo yang sedang minum bahkan tidak menyadari jika air kembali mengalir keluar dari mulutnya.

Jisoo, muncul dari dalam kamar dengan hanya mengenakan kemeja Sehun yang oversized di tubuhnya.

"Oh, lagi rame, ya? Cuma mau nanya, shower kenapa nggak nyala?" tanya Jisoo ke Sehun.

Sehun yang sejak tadi menahan nafas kemudian menjawab. "Sebentar." Entah pada siapa kata itu ditujukan. Tapi setelah itu Sehun berjalan ke kamar dan melewati Jisoo menuju kamar mandi.

Jisoo tersenyum pada semua orang sebelum kembali masuk dan menutup pintu.

Semua orang kemudian saling tatap. Mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sedang apa adik perempuan Myungsoo di sini? Di dalam kamar Sehun dan mengenakan kemejanya pula! Mereka pun mulai berspekulasi.

"Udah bisa?" tanya Jisoo yang menyusul Sehun.

"Udah. Gue tinggal, ya?"

Jisoo mengangguk lalu menutup pintu kamar mandi. Sehun membuang nafas perlahan, melepaskan sesak yang tiba-tiba menekan dirinya. Ia bahkan ragu untuk muncul di depan teman-temannya karena mereka pasti akan mencerca Sehun dengan banyak pertanyaan.

Sial! Kenapa Sehun bisa lupa dengan janji pagi ini?

Sehun menutup pintu kamar setelah keluar dari sana dan mencoba menghindari tatapan semua orang padanya. Ia kembali duduk di sebelah Minho.

"Hun, lo punya utang penjelasan sama kita semua," kata Minho.

Sehun menghela nafas panjang. "Iya, nanti, ya. Setelah Jisoo pergi."

Semua orang pun bungkam dan menahan pertanyaan masing-masing. Mereka lebih memilih untuk diam demi menghargai kehadiran orang lain di apartemen ini yang mungkin tidak akan merasa nyaman dengan tingkah kesetanan mereka.

"Kok diam-diam aja, nggak pada makan?" tanya Jisoo setelah keluar dari kamar dengan mengenakan salah satu kaos Sehun yang lagi-lagi tampak kebesaran di tubuhnya.

"Enggg..." Taeyong bergumam tak jelas. Ingin menjawab tapi tidak tahu harus mengatakan apa.

"Ya udah, gue masakin sebentar, ya. Masih pada di sini, kan?" tanya Jisoo lagi.

Kali ini semua orang mengangguk. Hanya Sehun yang tetap duduk diam dengan tegang.

"Untung kita udah belanja semalam ya kan, Hun?" tanya Jisoo pada Sehun yang hanya dibalas anggukan kaku.

Perkataan Jisoo kembali memancing tatapan semua orang pada Sehun. Rasanya ia ingin buang air kecil di celana saking gugupnya.

Jisoo mengeluarkan beberapa stok makanan dan dengan lihai mengolah bahan-bahan tersebut. Eunwoo yang memang sejak tadi duduk di dekat dapur memutuskan untuk memecah keheningan.

"Lo jago masak, ya!" pujinya.

Jisoo tersenyum seraya memotong cabai. "Di Amerika kan tinggal sendiri, jadi harus belajar masak. Soalnya bosan beli terus."

"Oh, gitu. Pantes keliatannya udah biasa. Ada yang bisa gue bantu?" tawar Eunwoo.

"Bantu nyiapin alat makan aja kalo nggak ngerepotin. Gue mau masak nasi goreng," jawab Jisoo.

"Okeh!" Eunwoo bergerak cepat lalu menyiapkan beberapa piring, sendok, dan gelas ke atas meja.

Taeyong kemudian ikut membantu setelah Jisoo selesai memasak dan menyalin nasi goreng ke atas piring. Minho dan Junho sudah duduk di meja makan. Begitu juga dengan Sehun yang sejak tadi lebih memilih untuk diam saja.

Meski sempat canggung, Taeyong dan Eunwoo berhasil mencairkan suasana dengan candaan konyol mereka. Jisoo pun ikut tertawa karena pria tampan seperti mereka benar-benar lucu dan sama sekali tidak menjaga imej.

"Kok kita nggak pernah tau soal lo, ya, Jis?" tanya Taeyong yang mendadak sudah akrab dengan Jisoo hanya karena membantu menyiapkan nasi goreng ke dalam piring.

Sehun menatap tajam pada Taeyong. Seperti ingin mengatakan, kenapa lo ngebahas masalah se-krusial itu di depan Jisoo?

Taeyong sempat merasa ngeri dengan tatapan menusuk Sehun. Tapi ketika Jisoo menjawab, suasana kembali ke sedia kala.

"Ya, simple aja. Mungkin Myungsoo nggak ngerasa bangga punya adek kayak gue," Jisoo menjawab santai.

"Walaupun lo lulusan Harvard?" akhirnya Sehun berkomentar karena masih merasa geram dengan hal ini.

Semua orang terperangah tak percaya dengan perkataan Sehun. Jisoo lulusan Harvard?

Jisoo mengedikkan bahu. "Bagi Myungsoo, hal yang nggak menghasilkan uang adalah hal yang nggak membanggakan. Lo pada pasti sering ditraktirin sama dia, kan? Karena dia emang ngerasa bangga banget jadi anak orang kaya."

Semua orang mengernyit heran dengan penuturan Jisoo. Karena Myungsoo yang mereka kenal selama ini sangat flawless dan baik sekali.

"Oww... Gue nggak bilang Myungsoo bukan orang baik, ya!" jelas Jisoo saat melihat tatapan heran semua orang padanya. "Maksud gue adalah, Myungsoo sangat bangga dengan kekayaannya. Dan bagi dia, nggak ada hal lain yang lebih penting dari itu. Makanya dia lebih deket sama Jennie, karena pola pikirnya sama. Kalo sama gue selalu berselisih, karena gue nggak mau pake uang bokap sembarangan kalo memang nggak perlu."

Jisoo dapat merasakan tatapan semua orang mulai melunak padanya. Artinya mereka sudah mulai paham dengan maksud perkataannya.

"Being rich is nice, but it will be nicer if you are the one who earn the money."

TBC

Personal Preference | HunSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang