My Preference Is You

5.6K 748 56
                                    

"Jisoo, lo mending pulang aja dulu ke rumah, ya."

Jisoo menggeleng dengan kuat. Tidak, dia tidak ingin pulang. Kalaupun bisa, dia ingin terbang langsung ke Amerika dan meninggalkan semuanya lalu tak pernah kembali lagi.

Minho menghela nafas. Entah kenapa, ia tergerak memberitahu Sehun kalau Jisoo sedang ada bersamanya. Sehun cukup terkejut namun Minho menjelaskan permasalahannya. Sehun semakin terkejut setelah mendengarnya. Ia kemudian meminta pada Minho untuk menyampaikan kepada Jisoo bahwa ia akan menemui Jisoo di rumahnya. Itulah yang Minho coba sampaikan saat ini.

"Sehun nyuruh lo buat pulang," pujuknya lagi.

"Ngapain?" balas Jisoo kesal.

"Nggak tau, sih." Sejujurnya Minho juga tidak paham mengapa Sehun tampak panik dan memohon kepadanya untuk bisa meyakinkan Jisoo agar pulang. "Kayaknya ada sesuatu yang perlu diomongin, sama keluarga lo juga," katanya lagi kemudian.

Jisoo sepertinya tahu apa maksudnya. Perlukah hal ini dilakukan? Tapi kemudian Jisoo sadar, mau sampai kapan ia terus berlari? Toh, ternyata tidak ada yang menganggap serius pelariannya. Semua orang masih saja menganggapnya sama seperti dulu meskipun ia lulus dari Perguruan Tinggi bergengsi dan sempat bekerja di salah satu perusahaan ternama di Amerika. Semuanya seperti tidak ada apa-apanya di mata keluarganya.

Minho benar, Jisoo harus pulang. Ia harus menghadapi masalah ini, ia harus berhenti berlari. Ia harus menerima apapun yang akan terjadi pada hidupnya kini. Ia mesti belajar berdamai dengan diri sendiri sebelum bisa berdamai dengan orang lain. Akhirnya, ia pun memantapkan hati.

"Mau kemana, Jis?" tanya Mino, memastikan kemana gadis itu ingin pergi.

"Mau pulang," jawab Jisoo.

Minho tidak tahu apakah harus lega atau bagaimana. Baik dirinya maupun Jisoo sama-sama tidak mengetahui apa sebenarnya yang akan terjadi. Sehun tidak menjelaskan apapun kepadanya. Ia hanya terus memohon agar Jisoo mau pulang.

Minho dan Mino menatap punggung Jisoo yang menjauhi mereka hingga keluar dari bar. Sesampainya di luar, Jisoo menyalakan rokoknya. Sebatang saja, sebelum ia menghadapi realita yang sesungguhnya.

...

Tampaknya Jisoo tiba lebih dulu di rumah karena suasananya masih sepi seperti saat dia meninggalkannya. Ia merasa heran, namun tak lama karena bel pintu kemudian berbunyi.

Ia sendiri yang membuka pintu dan terkejut melihat banyak sekali orang mengantri untuk masuk ke dalam. Jennie masuk dengan tampang cemberut yang sangat ketara. Myungsoo menatapnya sejenak untuk kemudian membuang muka. Dongwan hanya menunduk, tidak tahu apa sebabnya. Lalu kemudian, Sehun muncul dengan tampang lega melihat Jisoo.

Tak terduga, Sehun melingkarkan lengannya di pinggang Jisoo dan mengajaknya untuk masuk. Ia kemudian berbisik di telinga Jisoo yang kaget karena perlakuannya.

"Kita perlu bicara, berdua aja."

Jisoo tak mengerti apa yang diinginkan oleh Sehun. Tapi dia menurut saja dan membawa Sehun naik ke atas dan masuk ke kamar Bona. Sehun kemudian mengunci pintunya.

"Kamu kemana aja?" tanyanya dengan suara pelan, khawatir orang lain bisa mendengar pembicaraannya dengan Jisoo.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini Jisoo menepis tangan Sehun yang ingin membelai pipinya. Raut wajah Sehun terlihat jelas keheranan.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Jisoo sengit.

Sehun mengulum bibirnya. Sepertinya Jisoo sedang salah paham, walau dia tidak tahu tentang apa itu.

Personal Preference | HunSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang