Lembar keenambelas

8.6K 1.1K 210
                                    

- o 0 o -

Di penghujung musim gugur, hujan lebih sering membasahi bumi. Jimin merasa, gerimis tak pernah absen membasahi bumi setiap sore menjelang petang. Itu yang Jimin amati saat dirinya tak memiliki pekerjaan lain selain mengamati gerimis-gerimis yang turun sejak kemarin.

Sejak kemarin setelah pertengkaran kecilnya dengan Namjoon, Jimin memang tidak di perbolehkan keluar rumah. Bahkan mungkin sejak kemarin ia belum keluar kamar sama sekali.

Yang Jimin lakukan hanya menepi dari bising dan mengamati gerimis dari jendela kamarnya. Yang tentu saja dengan isi kepalanya yang tak luput dari Taehyung. Sudah lebih dari seminggu Taehyung menghilang tanpa kabar. Jimin tahu, Namjoon pasti tak berhenti mencari keberadaan Taehyung, tapi ia tetap tidak bisa tenang sebelum memastikan keadaan Taehyung.

Jimin masih setia melamun saat pintu kamarnya di buka perlahan. Dia bahkan tidak menyadari langkah konstan Namjoon yang menghampirinya. Baru saat Namjoon menepuk pelan bahunya, Jimin mengalihkan atensinya dari gerimis yang sempat menghipnotisnya.

"Ada apa? Kau tidak sadar saat Papa datang."

Jimin menoleh menatap Namjoon, pekat irisnya langsung beradu dengan manik sayu papanya. Jimin yakin sang papa tak sempat beristirahat melihat sebarapa kacau wajahnya.

Mendadak Jimin kembali di serang rasa bersalah. Namjoon sudah sibuk mencari keberadaan Taehyung tapi dia justru menyusahkan sang papa dengan sifat keras kepalanya.

"Hey, Papa bicara denganmu, Jim." Namjoon mengangkat wajah Jimin sambil berujar lembut. Dia kemudian menghela napas lelah saat Jimin kembali menundukan kepalanya. "Apa kau masih marah karna kejadian kemarin?"

Jimin masih enggan menjawab, membuat Namjoon lagi-lagi mendesah pasrah. "Papa minta maaf. Maaf Papa sudah membentakmu kemarin, maaf sudah berkata kasar padamu. Papa hanya terlalu mencemaskanmu sampai Papa lepas kendali. Maaf, Papa benar-benar menyesal."

"Bukan Papa yang salah."

Namjoon mendongkak saat Jimin mulai membuka suara. Lalu melirik jemari Jimin yang saling bertaut resah. "Bukan Papa yang salah. Kenapa Papa minta maaf. Harusnya aku yang minta maaf. Aku yang egois, aku yang keras kepala. Maaf, maafkan aku."

Namjoon tersenyum simpul setelahnya. Setidaknya ia tahu Jimin tidak marah padanya. Dia lalu meraih jemari Jimin untuk ia bawa dalam genggamannya, lalu menatap Jimin dengan tatapan teduhnya.

"Kau juga tidak salah. Papa tahu kau hanya terlalu mencemaskan Taehyung. Papa bisa mengerti. Jangan menyalahkan dirimu lagi. Papa tidak menyukainya."

Jimin menatap lama manik teduh sang Papa yang sanggup membuatkan tenggelam dalam hangat yang membuatnya tenang. Dia lalu mengangguk pelan, membuat Namjoon tersenyum simpul sambil mengacak surainya.

Genggaman tangan besar Namjoon membuat Jimin merasa nyaman. Dia ikut menautkan jemarinya, menatap sang papa sebentar sebelum tatapannya kembali jatuh pada gerimis di luar sana.

"Biarkan seperti ini dulu, Pa. Rasanya hangat."

Namjoon tersenyum gemas di buatnya. Dia hanya mengangguk sambil terkekeh gemas. "Baiklah. Tidak masalah tangan Papa nanti kebas setelah ini."

Lalu, tawa keduanya pecah setelahnya. Menjadi melodi di antara detak jarum jam membaur bersama gerimis yang masih betah bersemayam. Keduanya lalu diam menikmati sunyi dengan tenang.

Mikrokosmos [Twins Brother]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang