****Taehyung masih mengingat jelas bagaimana percakapan singkat antara ia dan ayahnya semalam. Ia juga masih mengingat jelas bagaimana tatapan dingin ayahnya mengulitinya saat ia pulang dengan keadaan wajah babak belur penuh lebam.
Juga, penggal-penggal kalimat terakhir dari percakapan antara Jimin dan Namjoon yang Taehyung dengar diam-diam saat dirinya bersembunyi dibalik sekat kamarnya.
Jimin berhenti menari.
Kim Jimin, saudara kembarnya yang sangat terobsesi dengan tari dan musik itu tidak akan menari lagi.
Dan itu semua atas permintaan ayahnya.
Taehyung melihat jelas, saat matanya tak sengaja mengintip senyum getir Jimin saat berujar tentang dunia tari yang ia gandrungi harus ia tinggalkan atas permintaan ayahnya.
Taehyung melihat itu, bagaimana Jimin yang mati-matian menahan desakan dipelupuk matanya, bagaimana suara Jimin terdengar bergetar saat ia memutuskan untuk berhenti menari. Karna Taehyung terlampau memahami perasaan Jimin, dan karna Taehyung dapat merasakan perasaan sesak yang kembarannya rasakan itu.
Lalu, saat pagi harinya Taehyung melihat dimeja makan. Jimin sudah kembali sibuk dengan apronnya seperti kemarin--yang mungkin akan berlangsung selama bibi Lee cuti--yang tengah menyiapkan sarapan di atas meja dengan senyum cerah yang merekah diwajahnya.
Taehyung berjalan pelan menuju meja makan yang kini telah disinggahi oleh Jimin yang tengah menikmati nasi goreng kimchi. Taehyung mengernyit, saat tak menemukan piring lain diatas meja. Mungkin ayahnya memang sudah berangkat bekerja pagi-pagi buta.
Tapi hei! Apa Jimin lupa dia punya kembaran yang harus dihidupi?
"Kenapa hanya berdiri? Mau sarapan atau menjadi pajangan disitu." Jimin menceletuk, tanpa menoleh pada Taehyung. Masih sibuk menikmati sarapan hasil buah tangannya. "Ah, iya. Maaf ya aku hanya memasak sarapan untuk diriku sendiri. Aku terlalu malas merepotkan diri sendiri."
Taehyung mendengus dongkol. Si Kim sulung itu memang benar-benar menguji kesabarannya. Sungguh, Taehyung memang merasa heran saat mengingat jika Jimin adalah kembarannya.
Yang tak seiras. Dan berbeda dalam segala hal.
"Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengurusi hidupku." Taehyung berujar datar. Lalu duduk dan mulai mengambil selembar roti lalu mengoleskan selai kacang diatasnya. Memakannya dengan tenang tanpa menganggap presensi Jimin.
Jimin sendiri masih terlihat menikmati sarapannya, sambil sesekali melirik sendu pada saudara kembarnya itu.
Sejak semalam, Jimin sudah bertekad untuk memperbaiki hubungan keluarganya yang sudah rusak sejak orangtuanya bercerai yang membuat Taehyung jauh dan tertutup. Jimin hanya ingin hubungan ayah dan Taehyung kembali seperti hubungan ayah dan anak pada umumnya.
Tapi Jimin terlampau bingung untuk memulainya dari mana. Sebab hubungannya dengan saudara kembarnya pun tak begitu baik sejak mama tak lagi menampakan dirinya.
"Aku selesai."
Jimin menoleh, menatap Taehyung yang menggeser kursi dengan kasar, lalu hendak beranjak meninggalkan meja makan, namun tangan Jimin lebih dulu menahannya.
"Apa kita tidak bisa seperti dulu lagi?" Jimin berujar lirih, tanpa melepas cengkraman pada lengan Taehyung.
Suara lirih Jimin membuat Taehyung menahan mati-matian luapan emosinya yang seketika membuncah saat sang kembaran kembali mengungkit memori yang ingin ia lupakan.
"Apa maksudmu?" Taehyung bertanya dingin, menatap sengit pada Jimin yang justru memberinya tatapan sendu.
"Kita. Aku, kau dan papa," jawab Jimin lirih. "Apa kita tidak bisa seperti dulu lagi. Setidaknya kembali menjadi keluarga, tanpa mengingat mama lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos [Twins Brother]✔️
FanficKata orang, anak kembar itu berbeda. Mereka akan cenderung merasakan apa yang kembarannya rasakan. Kata orang, anak kembar itu kompak, saling terikat dan memahami perasaan satu sama lain. Tapi semua 'Kata orang' itu tidak berlaku bagi mereka. Nyatan...