Chapter ini dan seterusnya belum di revisi. Mohon bantu koreksi bila ada kesalahan dan typo
.
.- ▫️▫️▫️▫️▫️ -
Namjoon mendorong kursi roda Taehyung dengan pelan, menyusuri lorong rumah sakit setelah mengitari taman rumah sakit saat Taehyung merasa jenuh di kamar rawatnya tadi.
Kondisi Taehyung sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah lewat dua hari Taehyung di rawat, dan kondisinya pun berangsur membaik meski masih belum di perbolehkan pulang. Setidaknya Namjoon masih bersyukur pemulihan Taehyung lebih cepat dari perkiraan Seokjin.
Hanya Jimin saja yang masih belum membaik. Sejak dua hari lalu masih belum siuman. Namjoon belum diperbolehkan menjenguk Jimin dari dekat, ia hanya bisa melihat Jimin dari kaca jendela ruang rawat Jimin.
Selama dua hari juga, Taehyung belum tahu kondisi Jimin.
"Apa besok aku sudah boleh pulang?"
Namjoon sedikit melirik Taehyung yang bertanya. Dia tersenyum tipis, sebelum berujar, "Belum bisa. Mungkin lusa kau sudah diperbolehkan pulang. Dokter masih harus memeriksa ada cidera dalam atau tidak."
"Tapi aku ingin pulang," bibir Taehyung melengkungkan sedih. Kecewa dengan jawaban ayahnya.
"Lagipula, Papa selalu menemanimu, kan? Tidak ada bedanya dengan di rumah." Namjoon kembali berujar, berusaha mengurangi kecewa sang anak. "Atau, kau ingin bertemu Jimin?"
Tanya yang Namjoon gaungkan membuat Taehyung terdiam. Entah kenapa, setiap mendengar nama Jimin, perasaannya di buat gusar tanpa sebab. Taehyung tidak pernah bertemu Jimin selama ia di rawat di rumah sakit, Jimin juga tidak menghubunginya atau berusaha meminta maaf padanya.
Taehyung ingin marah, tapi tidak bisa. Ia hanya kecewa akan kata-kata Jimin.
Tapi sebesar apapun kecewa Taehyung, ia tidak pernah sanggup untuk membenci Jimin. Taehyung bahkan tak pernah berhenti memikirkan Jimin selama ia di rawat. Selalu saja begitu, setiap Taehyung berusaha abai dan menjauh, pada akhirnya Jimin yang akan tetap mendominasi poros hidupnya.
"Tidak usah di jawab kalau tidak mau. Papa tidak memaksa." Lalu suara Namjoon kembali terdengar, sembari terus mendorong kursi roda Taehyung.
Namjoon mendorong kursi roda Taehyung sambil sesekali melirik pada sang anak. Ia memutuskan untuk segera membawa Taehyung kembali ke ruang rawatnya, takut jika Taehyung kelelahan dan berdampak buruk pada kondisinya.
Suasana kembali hening setelah Namjoon berujar, hanya suara beberapa perawat yang melintas terburu-buru, bahkan salah satu dari mereka tanpa sengaja menabrak Namjoon.
"Maafkan saya tuan. Saya tidak sengaja." perawat itu membungkuk meminta maaf saat tak sengaja menabrak Namjoon. Namjoon menggeleng maklum tak mempermasalahkannya. Perawat itu membungkuk sekali lagi sebelum melangkah terburu.
"Kenapa Papa tidak memarahinya?"
Namjoon tersenyum gemas mendengar suara ketus Taehyung, "Mereka sedang terburu-buru. Banyak pasien gawat darurat yang masuk kemarin malam. Kau masuk bersamaan dengan kecelakaan di bandara. Mangkanya Paman Seokjin tidak bisa istirahat sejak kemarin."
"Paman Seokjin kasihan sekali, ya." Taehyung berujar prihatin. "Mungkin karna terlalu sibuk dia sampai jadi perjaka tua."
Namjoon hampir tersedak seketika. Ia terkekeh geli setelahnya. Dalam hati merasa senang karna Taehyung sudah kembali seperti sedia kala. Namjoon kembali melangkah sambil mendorong kursi roda Taehyung yang sempat terhenti. Menatap sekeliling lorong yang di dominasi petugas medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos [Twins Brother]✔️
FanfictionKata orang, anak kembar itu berbeda. Mereka akan cenderung merasakan apa yang kembarannya rasakan. Kata orang, anak kembar itu kompak, saling terikat dan memahami perasaan satu sama lain. Tapi semua 'Kata orang' itu tidak berlaku bagi mereka. Nyatan...