Enjoy~~~
- o 0 o -
Namjoon membuka matanya perlahan dan mengerjap pelan. Matanya menyipit saat sinar cahaya menyilaukan penglihatannya. Dia mengernyit, saat merasakan pening menjalar hingga kepala belakangnya, dia kembali memejam sebentar guna mengurangi pening dikepalanya.Namjoon dapat mendengar beberapa suara sedang bergerumul. Ia kembali membuka matanya, kali ini ia bisa melihat dengan jelas Seokjin yang mendekat dan memeriksanya. Lalu tatapan tajam Taehyung dan Jimin yang sama-sama berdiri dipinggir ranjang sambil bersidekap dada.
Namjoon mendudukkan dirinya perlahan setelah Seokjin selesai memeriksanya. Dia menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang, lalu mengurut pelipisnya yang masih berdenyut.
"Hei Twins, ku rasa yang harus di awasi itu Ayah kalian, bukannya kalian." Seokjin membereskan peralatannya. Lalu menatap Jimin dan Taehyung dengan senyum geli. Merasa lucu melihat wajah mereka yang terlihat siap menerkan Namjoon hidup-hidup.
Seokjin berdeham sejenak, meniru gaya si kembar dengan menatap Namjoon tajam juga tangan bersedekap, "Dehidrasi ringan, dan asam lambungnya naik. Kurasa dia belum menelan nasi sejak dua hari. Ah, ya, tekanan darahnya juga tinggi. Dan stres bisa menjadi pemicu utamanya."
Namjoon hanya mendesah pelan mendengar semua penjelasan dari Seokjin. Posisinya masih sama, masih mengurut pelipisnya sendiri sambil sesekali memejam. Dia mengernyit saat merasa sesuatu menempel didahinya. Dia menyentuhnya, lalu melepasnya.
Plester penurun demam.
Pasti pekerjaan Jimin. Hobi sekali memakai plester penurun demam. Namjoon kembali menghela napas pelan, menatap satu per satu presensi yang menatapnya tajam.
"Apa aku pingsan?"
Dan pertanyaan konyol Namjoon selanjutnya sukses membuat kedua putranya merotasikan matanya jengah sambil berdecak kesal.
"Tidak, Papa hanya tidur. Tidurnya dari pagi tembus pagi." Taehyung menyahut ketus, masih dengan tangan bersidekap.
"Aku ingat kemarin ada yang berbicara seperti ini 'Anak-anak, kalian harus tahu, sehat itu mahal. Meskipun kau kaya raya sampai tujuh turunan, kau tidak bisa seenaknya menyepelekan kesehatan." Itu Jimin. Yang berujar dengan meniru gaya Namjoon berbicara dengan bibir mencebik. Seokjin sampai hampir terpingkal ditempatnya melihat wajah Jimin.
"Kemarin siapa yang baru memberi wejangan panjang lebar tentang seberapa pentingnya kesehatan? Lalu sekarang malah tumbang seperti ini." Jimin kembali berujar, dengan tangan bersidekap dan tatapan menuntut pada sang ayah.
"Papa menyuruh kami menjaga diri tapi Papa sendiri malah mengabaikan kesehatan Papa." Taehyung ikut menyeletuk setelahnya.
Jimin mengangguk menyetujui ucapan Taehyung. Dia lalu kembali berujar, "Mangkanya jangan sok memberi nasehat kalau Papa sendiri masih tidak bisa menjaga diri. Dan, penyakitmu malah lebih banyak, mirip kakek kakek lansia."
Namjoon sendiri hanya mampu memasang wajah nelangsa saat mendapat cercaan bertubi-tubi dari kedua putranya. Mau mengelak, tetap dia yang salah. Namjoon jadi malu sendiri mengingat petuah yang ia berikan pada putranya. Dan dia malah tumbang dengan kondisi yang lebih memprihatinkan.
"Nah, anak-anak, sekarang gilaran paman sebagai dokter yang akan memberikan petuah." Seokjin ikut menyerukan suaranya setelah itu.
Namjoon mendesah pasrah, membiarkan Seokjin kembali membuat telinganya panas. "Baiklah ayahnya twins, aku tahu kau sangat menyayangi anak-anakmu. Aku juga tahu bagaimana sibuknya dirimu dikantormu. Tapi mengabaikan kesehatan bukanlah hal yang benar. Kau mencemaskan orang lain tapi kau malah mengabaikan dirimu sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos [Twins Brother]✔️
FanfictionKata orang, anak kembar itu berbeda. Mereka akan cenderung merasakan apa yang kembarannya rasakan. Kata orang, anak kembar itu kompak, saling terikat dan memahami perasaan satu sama lain. Tapi semua 'Kata orang' itu tidak berlaku bagi mereka. Nyatan...