Osis

366 29 0
                                    

Lagi-lagi suara itu mengawali pagiku, suara yang hampir tiap hari kudengar kecuali hari minggu. Sebenarnya sudah biasa, hampir 3tahun bersahabat dengan Wulan, berarti selama itu juga suaranya merusak pagiku.

"suara lo bisa dikecilin gak? "Ujarku setiba Wulan di sampingku.

"Kas jam istirahat bentar kita jadi kan ke ruang OSIS?" Tanya Wulan, kuangguki pelan.

Sejak tadi Wulan selalu saja menangguku, mulai pelajaran pertama dimulai, hingga jam istirahat, antusiasmenya itu yang ingin segera bergabung menjadi Anggota OSIS. Tidak ada pilihan lain, selain menuruti keinginannya.

"gue sama teman gue mau daftar yah Ian," Ucap Wulan setiba di ruang OSIS.

"Ohh tentu, ini selebarannya, bisa di isi dulu," sembari menyodorkan selembar kertas.

"Kas lo ada Pulpen gak?" pintah Wulan. Tanpa menjawab langsung saja kukeluarkan pulpen dari saku seragamku.

"lo aja yah yang isi punya gue, nanti gue tinggal tanda tangan doang, kan lo tau semua tentang gue, mau ketoilet dulu bentar," Langsung kutinggalkan Wulan menuju Toilet sekolah.

Raka, Rian dan Randy, masih di ruang Osis. Resiko jadi Anggota Osis apalagi jadi ketua Osis, Siswa/Siswi yang lain sudah pulang, tapi mereka masih stay di Sekolah. Berhubung Anggota lain lagi ada keperluan jadi yang stay cuman mereka bertiga.
Mereka masih memilih-milih calon anggota baru, melihat formulir beserta pas photo yang di kumpulkan.
"Gue minta pulpen dong, pengen gue tandain yang masuk kriteria," sahut Raka menyodorkan tangannya, Rian meraih Pulpen yang diatas meja lalu memberikan Raka.

"ini yang gue kasih tanda kalian pilih² lagi yah, karena kita gak butuh banyak, paling cuman 2 atau 3 orang doang, kan khusus di mading,"perintah Raka, menatap lekat-lekat puplen yang di pakenya.

"eehh ini pulpen siapa? Gak pernah gue liat ini," lanjut Raka.

"mana sih?" Sahut Randy mengambil pulpen yang dipegang Raka tadi, memutar-mutarnya. "ini ada namanya, Kasih."

"ohh, emang ada peserta yang daftar namanya kasih?" Tanya Raka.

"tunggu, gue coba cari dulu," Rian membongkar kembali kertas formulirnya, mencoba memilah-milah. Dan tepat di deretan paling belakang formulir Kasih terletak.

"ohh ini Rak, Cantik," Ucap Rian memegang photo Kasih.

"apaan sih, gue suruh cari bukan buat nilai dia cantik apa kagak, pulpen orang tuh," celoteh Raka merampas photo yang di pegang Rian.

Raka terdiam sejenak, menatap lekat-lekat sambil menyipitkan kedua matanya.

"kenapa lo Rak?" Tanya Randy memegang bahu Raka.

"kek pernah lihat gue ini cewek," Raka masih menatap Photo Kasih.

"yaelah Rak, jelas lah lo pernah liat, kan kita satu sekolah, gimana sih lo," celetuk Rian.

"bukan, kayaknya bukan di sekokah deh, malah gue belum pernah liat dia disekolah ini."

"ahh masa sih? Gue sering kok ketemu sama nih cewek, kadang di kantin atau ngak di pojokan dekat lapangan basket, emang sih ini anak kayaknya gak terlalu bergaul gitu, tapi dia selalu sama Wulan, teman SMP gue dulu," Ujar Randy.

"gue masih penasaran, yah udah, udah sore, masukin juga nih Kasih di list, nanti balikin pulpennya, punya orang soalnya, gak berkah dipakenya," Raka meninggalkan Ruang Osis menuju Perkiran motor.

                              ***

Tak Sabar Rasanya, bertemu dengan Bagas, kulihat lagi kalender di atas meja belajarku, menghitung hari dan tak lupa memberi tanda bulat merah disetiap tanggal yang kujalani.

Kurebahkan tubuhku diatas kasur sambil memeluk boneka Duck pemberian Bagas.

Ting!  Sebuah pesan singkat membuyarkan lamunanku.

"panjang umur dia," ucapku setelah menatap layar ponselku.

Tidak banyak yang kami bicarakan lewat pesan singkat itu, karena keterbatasannya dengan tugas-tugasnya, apalagi minggu ini Bagas pulang ke indonesia, Bagas lebih Ekstra menyelesaikan tugasnya itu,  agar bisa lebih lama di Jakarta denganku.

"uhh senangnya," Gumamku.

Aroma itu membuatku bangkit dari tempat tidurku, membuka pintu kamar, menatap ke bawah tepat ruang tengah.

"ahh Martabak Telor kang Aman," Ucapku lalu berlari ikut bergabung dengan mereka.

Siapa yang bisa tahan dengan martabak telor buatan kang Aman, apalagi ini salah satu makanan Favoritku, tidak akan kulewatkan.

"asal makanan aja, cepet, giliran dibangunin ke sekolah, lamanya pinta ampun," decak Kak Bintang yang masih melototiku.

"yah gimana yah Bang, coba aja bagunin Kasih pake ginian tiap pagi, pasti Kasih bagunnya rajin," ucapku dengan sepotong martabak dimulutku.

"pelan-pelan makannya, habis dulu dimulut baru ngomong," Sahut Bunda.

"enak aja, yang ada Abang bangkrut beliin kamu tiap pagi, itu sih maunya kamu," celetuk kak Bintang. Aku hanya terkekeh, Bunda dan Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku dengan kak Bintang

Suasana seperti ini yang kurindukan kelak, disaat Kak Bintang sudah menemukan Jodohnya dan pergi ke rumah baru mereka, jadi tiap waktu tak akan kubuang untuk mereka.

                              ***

Aneh suara yang berbeda dari biasanya, suara itu sangat asing ditelingaku, siapa dia, yang meneriaki namaku, kupalingkan wajahku mencari sumber suara tersebut.

"nama kamu Kasih kan?" tanyanya. Aku masih mengerutkan keningku, belum pernah lihat orang ini di sekolah tapi wajahnya tidak asing, kayak pernah ketemu.

"iya, ada apa?" tanyaku kembali tanpa menjawab pertanyaannya.

"Ohiya, ini pulpen kamu, kemarin ada di ruang Osis, ehh tapi aku boleh tanya gak?" menyodorkan pulpenku.

"makasih, boleh, kenapa?" sambil mengambil pulpen yang ada di tangannya.

"Kamu ngerasa gak kalo kita pernah ketemu dimana gitu?"

"lah iya yah, aku juga mikirnya gitu," Gumamku

"maaf kamu salah orang mungkin, Sorry gue buru-buru mau masuk kelas," ucapku berbohong, karena sebenarnya aku juga tidak tau pernah ketemu dimana dengannya.

"KASIH! "

nah kalo suara ini jelas kukenal.

"apa Lan?" ucapku setiba Wulan di hadapanku.

"gue baru dapat kabar dari Randy salah satu anggota Osis, katanya lo sama gue terpilih sebagai kandidat, mereka minta puisi yang di buat sendiri."

"hem, boleh, nanti gue buat di rumah."

"kan lo punya stok banyak di rumah lo, kenapa bukan itu aja yang lo stor, daripada buat lagi."

"nantilah gue pikirin lagi."

                                ***

Tiba saatnya yang kutunggu-tunggu, selama setahun, tepat hari ini akhirnya Aku bisa bertemu Bagas kembali, aku sangat merindukannya. Rasanya ingin cepat pulang sekolah dan menjemputnya ke Bandara.






Bersambung.  .  .
Stay tune yah dear 😊

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang