tertarik

328 29 0
                                    

Mereka kembali memulai aktivitasnya sebagai siswa/siswi. Hari senin, sebagian orang menganggapnya sebagai hari killer, jelas saja, tidak Adil, dari hari senin ke Minggu, butuh waktu waktu enam hari, sedangkan Minggu ke senin? hanya sehari.

Wulan menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya, sejak tadi pagi Kasih tidak berhenti dengan binder dan pulpen ditangan kanannya, itupun jika jam pelajaran mulai Kasih berhenti, tapi jika selesai? kembali lagi dengan aktivitasnya tadi pagi.

"Kas, lo udah nulis puisi berapa banyak sih? Kok lo gak berhenti-berhenti?" Wulan menggoyangkan lengan Kasih yang duduk di sampingnya.

Masih belum di respon oleh Kasih, Wulan beranjak lebih dulu kekantin, jika meladeni sahabatnya itu terus, ia bisa mati kelaparan, apalagi Wulan tadi pagi tidak sarapan.

"ehh Lan tumben lo sendirian," Rian mengangkat tangan kanannya memberi kode pada Wulan yang sedan celingak celinguk me Cari meja yang kosong

"Kasih lagi sibuk di kelas," Wulan berdiri di samping Rian.

"yaudah, lo gabung sama kita aja," ajak Wulan, setelah meminta izin pada temannya yang telah lebih dulu duduk.

"emang gak apa-apa?" tanya Wulan pada yang lainnya.

"iya gak apa-apa kok," balas Randy, memberhentikan aktivitas makannya.
Wulan membenarkan posisinya, lalu segera menyantap makannya, karena tidak tega harus meninggalkan sahabatnya terlalu lama.

"elah, makannya pelan-pelan dong," celetuk Rian lalu menyeruput segelas teh hangatnya.

"gue gak bisa lama, Kasih kasian, masih di dalam kelas, belum makan," Wulan melanjutkan melahap baksonya.

"udah gak apa-apa, lo makannya pelan-pelan aja, nanti urusan Kasih biar bawain apa kek, soalnya gue juga habis ini ada urusan di gedung belakang, kan ngelewatin kelas lo," sahut Raka terlihat membereskan beberapa barangnya yang tersimpan di atas meja.

"nah bener tuh Lan, santai aja makannya," lanjut Rian.

"syukur deh, yaudah Rak, makasih yah sebelumnya," ucap Wulan sebelum ia beranjak meninggalkan mereka.

Raka mulai berjalan di koridor sekolah setelah membeli beberapa bungkus roti dan air mineral.

"Raka!" sahut salah satu Siswi.

Ersa, benar ia segera berlari menghampiri Raka yang masih berdiri di tempatnya.

"kamu mau kemana?" tanya Ersa tiba di depan Raka.

"gue ada urusan disana," Raka menunjuk ke belakang gedung.

"ohh, gue temanin yah?" Pinta Ersa.

"gak usah, lagian gak enak diliatin orang, berdua di belakang gedung," bohong Raka, yang memang niatnya hanya untuk ke kelas Kasih.

"lo mau makan disana yah?" Ersa menunjuk kantong kresek yang di bawa Raka, jelas terlihat sebotol Air.

"gue buru-buru, gue tinggal yah," Raka segera meninggalkan Ersa, bisa lama jika ia meladenin Ersa terus-terusan.

Tiba di depan kelas Kasih, ia mengintip sedikit di jendela kaca besar, terlihat Kasih melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menyimpan kepalanya di atas tangannya.

Ia segera masuk sebelum Kasih sadar, bisa malu Raka.

Cepat-cepat Raka menyimpan Kantongan itu.

Kasih merasakan ada susuatu yang menyentuh mejanya, membuatnya mengangkat kepalanya dengan mata masih kunang-kunang, terlihat samar-samar punggung seorang laki-laki, rasa kantuk dan lelah Kasih lebih besar daripada rasa penasarannya.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang