Bandung

303 33 0
                                    

Kasih merasa tidak yakin akan keputusannya, ia memberanikan diri menghampiri kedua orangtua tuanya berserta kakaknya yang sedang asik menonton televisi di temani oleh setoples keripik.

"Bund, Kasih mau ngomong, boleh gak?" tanya Kasih berdiri disamping kursi Bundanya.

"boleh dong baby," matanya masih terfokus dengan televisi.

"besok sore Kasih mau izin ke Bandung."

"Apa?" serentak mereka bertiga memalibgkan wajahnya menatap Kasih yang masih berdiri.

"itu kan jauh sekali baby, kamu mau ngapain disana?" sahut Bunda.

"baru aja Kasih terpilih menjadi anggota Osis Bund, Kasih kesana banyak orang kok Bund, Ayah, Abang," Kasih meyakinkan semua orang.

"kamu kan tau, kamu gak pernah pergi jauh, apalagi sampai nginap," celetuk Bang Bintang.

"Wulan juga ikut kok Bang," Kasih menundukkan kepalanya.

"yaudah sih Bund, diizinin aja, toh Kasih selama ini juga gak pernah kemana-mana," ucap Ayah.

"hem, tapi kamu kalo ada apa-apa langsung hubungin Bunda yah?"

"siap Bund," Kasih berlari menuju Kamarnya, mulai membereskan apa-apa saja yang akan di bawahnya dan tidak lupa memberi kabar kepada sahabatnya itu.

Di atas kasur Kasih tidak dapat memejamkan matanya, ia masih berbayang dengan rencananya besok, maklum ia tidak pernah bepergian jauh seperti ini, ia mulai menghitung Domba agar matanya mau tertutup tapi ternyata gagal, Kasih menatap langit-langit kamarnya, menarik nafas kasarnya.

Kriiiinggggggggg!!!!
Jam Wekernya mulai berbunyi menujukan pukul 6.30
Kasih membuka matanya sebentar, menarik jamnya lalu mematikan alarmnya, 30menit berlalu Bunda segera mengetok pintu kamar Kasih untuk memastikan bahwa ia telah bangun dari tidurnya.

"Iya Bund, 10menit lagi yah," sahut Kasih masih memejamkan matanya.

"beneran yah, Bunda turun nih," Bunda meninggalkan kamar Kasih, melanjutkan kegiatan Paginya.

Kasih membuka paksa matanya, mengucak-ngucak perlahan kedua matanya, lalu menuju kamar mandi.

"Lama banget sih dek," sahut Bang Bintang melihat Kasih baru turun dari anak tangga.

"maaf bang, Kasih susah tidur soalnya," Kasih mulai meraih roti yang ada di atas meja.

"eh bukannya Kasih hari ini berangkat sama Wulan yah?" Ucap Bunda.

"lah iya yah Bund," Kasih memukul pelan dahinya.

"yaelah, tau gitu, gue berangkat duluan tadi," celetuk Bang Bintang.

"lupa Bang, Sorry," Kasih memperlihatkan sederat giginya.

"KASIH!" teriak dari ambang pintu rumah Kasih, terdengar suara Wulan.

"biar Abang yang bukain, sekalian mau berangkat," Bang Bintang mencium punggung tangan Bunda dan Ayah, begitupun dengan sebaliknya dilakukan oleh Kasih.

"Masuk gih, lagi sarapan, pasti belum sarapan juga kan?" ucap Bang Bintang setelah membuka pintu.

"iya Bang, kok tau," Wulan memperlihatkan sederet giginya.

Wulan segera masuk ke dalam, ikut bergabung dimeja makan, menarik kursi yang masih kosong.

"Bund, entar Kasih langsung berangkat yah, gak mampir ke rumah dulu, jadi barang Kasih langsung di bawa ke mobilnya Wulan," Sahut Kasih di tengah-tengah sarapan.

"Iya, kamu hati-hati yah disana, jangan bandel, Wulan Kamu kasih tau yah sama Kasih kali bandel, atau langsung telefon Bunda, nanti Bunda jemput pulang," celetuk Bunda.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang