❤first kiss

396 31 5
                                    

Raka mencari Kasih dari kelas ke kelas, hingga akhirnya ia menunggu di parkiran, setengah jam menunggu, ia menghubungi kembali nomornya.

"Kamu belum pulang yah?" sahut Ersa, Raka menoleh lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku seragam.

"belum."

"nungguin siapa emangnya?"

"Kasih."

"bukannya Kasih udah balik yah dari tadi?"

"hah?" Raka mengerutkan keningnya, berfikir sejenak lalu pergi.

Raka semakin heran dengan tingkah Kasih hari ini, tidak seperti biasanya, tiba-tiba meninggalkannya di kantin habis itu langsung balik tanpa memberi tahu sesuatu.

                                ***

Tri Out telah selesai, Kasih masih saja menjaga jarak pada Raka, sebenarnya ia juga bertanya-tanya pada dirinya, mengapa sikapnya harus seperti ini pada Raka, terlalu terobsesi. Selama itu juga ia berangkat kesekolah tanpa Raka.
Beberapa pesan dan telfon yang di abaikan olehnya.

"Kas kok gue rasa lo ngehindar yah dari Raka?" tanya Wulan di dalam kelas.

"hah? Kata siapa? Gak kok, gue biasa aja."

"alah, lo gak usah bohong, gue tau kok, lo udah gak pernah lagi bareng Raka kesekolah, setiap kita kekantin lo juga gak mau kalo ada Raka di sana, terus terakhir, kemarin ngapain lo nyuruh gue bohong kalo lo udah balik, padahal lo ada di dalam mobil gue," jelas Wulan.

"Ah! Masa sih?"

Wulan menoleh mendongakkan kepalanya menatap Raka yang baru saja tiba di dalam kelas mereka.

"Kas! Kas, Kasih," Wulan menyiku lengan Kasih yang sedang menghadap jendela.

"apaan sih Lan? Udah jelas kok, gue gak apa-apa," ucap Kasih tanpa menoleh.

Raka memberi aba-aba pada Wulan, ia mengerti, Wulan langsung keluar dari tempat duduknya berdiri di samping Raka.

"aku perlu ngomong sama kamu," sahut Raka akhirnya, Kasih langsung menoleh menatap Raka lalu bola matanya terputar ke Wulan.

"aku mau ketoliet," Kasih berdiri menerobos lengan Raka. Ia Langsung menangkap tangan Kasih yang terayun.

"apaan sih Rak," Kasih merontah, tapi tenaga Raka lebih kuat dari tenaganya.

Raka melepaskan tangan Kasih setelah tiba di belakangnya sekolah.

"kamu kenapa sih? Salah aku apa?"

"gak kok Rak, aku yang salah, kamu gak ada salah," Kasih membelakangi Raka, bersiap ingin meninggalkannya.

"kamu gak bisa giniin aku Kas!" Kasih terhenti, menoleh kembali.

"emang kita ini apa sih Rak?"

Deg, jantung Raka saat ini terhantam pedang seketika, Raka terdiam. Bagaimana bisa Kasih menanyakan hal semacam itu? Sedangkan jelas-jelas ia sudah bersama pria lain. Apakah pantas Raka menjawab dan mengutarakan perasaannya pada Kasih? Ia tidak ingin menjadi duri di dalam hubungan mereka, apalagi jika Kasih lebih memilihnya dari pria yang telah bersamanya.

"kenapa kamu diam? Gak bisa jawabkan?" lanjut Kasih, bulir-bulir kristal jatuh dari mata indahnya, membasahi pipi kanannya. Padahal Kasih sekuat tenaga menahan air matanya.

"Kasih please, kamu jangan kek gini dong," Raka berusaha membujuknya, menghampiri lalu menyeka air matanya. Kasih menundukkan kepalanya dengan sisa isakan tangisnya.

"aku gak mau kamu pergi!" Kasih masih menundukkan kepalanya, tidak ada reaksi dari Raka.
Setelah beberapa detik ia menyadari bahwa Kasih sudah tau akan kepergiannya melanjutkan study di Inggris.

"Gak ada yang pergi!" balas Raka kemudian, memegang kedua bahunya, menatap beberapa detik lalu Raka memegang dagu Kasih mengangkat wajahnya, menatap bola mata indah Kasih dengan bulu mata yang basah, Raka tersenyum simpul, memperlihatkan bahwa ia baik-baik saja.

Raka kembali menyeka sisa air matanya sebelah kanan, mengusap pipi Kasih dengan lembut menggunakan ibu jarinya selama beberapa detik.

Raka mengkat tangan kanannya, mentup mata Kasih, ia mendekatkan wajahnya, semakin dekat, hingga deru nafasnya terasa di wajahnya.

Cup.

Raka menempelkan bibirnya pada bibir Kasih. Bibirnya terasa hangat menempel lembut di bibir Kasih, tidak ada pergerakan sama sekali.

Kasih memekik sambil menahan nafas. Rasanya jantungnya seperti meloncat keluar dan matanya terbelalak di balik tangan Raka.

Jantungnya mulai berdebar tidak beraturan setelah beberapa saat dan sudah pasti wajahnya merah merona.

Raka menjauhkan wajahnya, melepaskan secara perlahan tangannya yang sejak tadi menutupi mata Kasih.

"Aku sayang sama kamu," ujar Raka.

Kasih masih terdiam.

Raka tak butuh jawaban, ia langsung menarik Kasih dalam pelukannya, mengusap punggungnya perlahan.

"kamu jangan nangis lagi yah, kalo kamu nangis lagi, nanti aku cium kamu lagi loh," Raka berusaha menetralkan suasana. Tapi Kasih semakin merona malu.

Raka tau bahwa ia tak nyaman dengan suasana seperti ini, ia juga rela jika harus mendapatkan tamparan oleh Kasih, karena sikapnya yang begitu lancang menciumnya tanpa meminta persetujuan darinya. Sejak tadi Kasih hanya terdiam.

"aku anter pulang yah," pintah Raka, Kasih mengangguk pelan.

Mereka meninggalkan taman, tangan mereka saling bertautan satu sama lain hingga di parkiran, di koridor sekolah mereka hanya melewati Wulan, Randy dan Rian yang tengah menunggu mereka di depan ruang Osis.

"besok kamu tungguin aku yah, jangan ninggalin lagi," ucap Raka setiba di depan rumah Kasih.

Kasih berbalik meninggalkan Raka, sepanjang perjalanan menuju kamarnya ia memegangi bibirnya, Kasih menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, menyimpan tasnya secara asal.

"Ya Tuhan, Raka nyium bibir gue? My first kiss," Bagas dan Kasih tidak memiliki banyak waktu berdua selama mereka pacaran, setelah Bagas lulus SMA ia langsung ke Inggris dan itu hanya sebulan mereka bersama, yang awalnya memang Kasih tau bahwa ia akan menjalani long distance relationships dan ia tidak masalah dengan itu, sebelum ia terhianati.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu menyadarkan Kasih dari lamunannya.

"Beby, makan yuk," Ajak Bundanya.

"iya Bund, Kasih mau mandi dulu," teriak Kasih.

"ya udah, Bunda tunggu kamu di bawah yah, jangan lama, nanti abang kamu ngambek loh," Bunda segera pergi.

Kasih segera masuk ke dalam kamar mandi, lalu ikut bergabung dengan keluarganya yang sejak tadi menunggunya.

"lama amat sih, laper nih Abang," celoteh Bang Bintang, baru saja Kasih mendudukan bokongnya.

Kasih hanya berdecak memandang sinis Abangnya.

Setelah menghabiskan makan malam, Ayah segera ke kamarnya melanjutkan pekerjaan yang belum ia selesaikan, Bundanya merapikan piring dan Kasih beserta bang Bintang di ruang tengah menonton televisi, tak lupa mengambil stoples cemilan.

"Bang Bintang kemarin ketemu sama Bagas," Bang Bintang membuka suara di sela-sela mereka menonton.

Kasih tidak membahas ucapan Bang Bintang, ia masih fokus saja dengan camilannya dan tontonan di depannya.

"katanya lo udah ada cowok baru yah Kas?" Kasih tersedak berlari menuju dapur mengambil sebotol air dingin. Lalu kembali duduk di samping Bang Bintang.

"makanya kalo makan tuh pelan-pelan."

"apaan sih Bang," Kasih meninggalkan Bang Bintang lalu naik ke atas kamarnya.


Bersambung. . .
Masih sementara mikirin Endingnya Sad kah atau Happy.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang