Bersih - Bersih

273 29 0
                                    

Setelah jam pelajaran selesai, Kasih dan Wulan segera ke kamar mandi, mereka bergantian untuk mengganti seragam.

Kasih dan Wulan segera bergegas ke ruangan Osis, ia tidak ingin terlambat lagi seperti kemarin.

Setelah mendapatkan instruksi, mereka segera ke ruang Penyimpanan alat olahraga, sudah ada Ersa, Rian, Raka, Randy, Kasih dan Wulan.
Mereka bergotong royong untuk membersihkan semuanya.

Beberapa kali Kasih bersin di depan matras yang ia hilangkan debunya, Aksinya itu membuat Raka menolehnya.

"lo pake masker makanya," Raka menyodorkan selembar masker yang sekali pakai.

Pandangan Kasih terfokus dengan kantong training Raka.

"kalo sapu tangan aja boleh gak?" pinta Kasih, berharap ia akan dapat sapu tangannya lagi.

"ini? Gak boleh, bukan punya gue?" Raka memegang kantong trainingnya.
"lah dia tau kalo itu bukan punya dia, terus bagaimana bisa sapu tangan gue ada sama Raka?" Batin Kasih.

"lo gak mau ini?" Raka membuyarkan lamunan Kasih, menarik kembali tangannya.

"ehh, jangan deh, gue pake ini aja," dengan cepat Kasih meraih masker yang ada di tangan Raka, sebelum mengambilnya kembali.

"Raka, lo masih ada gak masker?" Ersa menghampiri Raka.

"hah? Udah gak ada, sisa satu udah gue bagiin sama anak-anak tadi," Raka meninggalkan Kasih dan Ersa yang masih disana.

"Rak, kok lo gak pernah ngerespon Ersa sih?" sahut Randy.

"buat apaan?" tanya Raka menoleh ke Randy yang masih fokus mengelap bola basket.

"yeeh, emang lo gak tau, Ersa itu suka sama lo," Randy memperjelas ucapannya.

"sotoi, tau darimana lo?"

"emang lo gak perhatiin apa tingkah laku Ersa?"

Raka tidak menghiraukan ucapan Randy yang terakhir, ia langsung menyelesaikan tugasnya dan meninggalkan ruang peralatan olahraga.

"eh Raka kenapa?" Rian baru saja tiba.

Randy mengangkat kedua bahunya.

Menjelang sore, akhirnya mereka selesai, bukan hanya ruang perlatan olahraga yang ia bersihkan, tapi beberapa peralatan upacara juga.

Wulan menuju kantin membeli minuman dingin karena sudah sejak tadi ia kehausan dan kepanasan.

Ersa berlari kecil menghampiri Raka yang tengah duduk di ujung koridor.

"nih, gue beliin," Ersa menyerahkan sebotol minuman dingin.

Kasih menoleh sebentar ke arah mereka lalu kembali fokus ke depan, Kasih lebih memilih mendengarkan lagu di earphone, rasanya kurang pantas jika Kasih mendengar percakapan mereka, namun Kasih juga terlalu lelah untuk berpindah tempat.

Wulan menepuk bahu Kasih, membuatnya melepaskan salah satu earphonenya.

"Kak Widi udah jemput gue di depan, gue balik duluan yah, nih minuman lo."

"Ohh ya udah, lo balik duluan aja, gue baru mau ngabarin Bang Bintang."

Setelah kepergian Wulan, Kasih mengeluarkan ponselnya.

"hem, pantesan dari tadi musiknya berhenti, handphonenya mati," Gerutu Kasih.

Kasih beranjak dari duduknya, berjalan di halte Bus, menunggu bus rujusan rumahnya, karena untuk memesan Ojek Online pun tidak bisa.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang